Minggu, 22 April 2012

SELAMAT JALAN EYANG PUTRI

Hari sabtu, tanggal 21 April 2012 jam 17.30 WIB eyang putri tercinta meninggalkan kita semua, setelah sempat dirawat hampir sebulan. Eyang jatuh ketika melakukan aktivitas rutin berolahraga pada subuh hari di kediaman paklik di Salatiga. Tidak ada yang tahu eyang jatuh sampai pagi harinya ditemukan. Eyang maafkan aku yang tidak bisa menghadiri pemakamanmu karena setelah eyang jatuh akupun juga jatuh mengalami kecelakaan di hari Rabu 28 Maret 2012 sepulang melaksanakan tugas sebagai panitia Ujian Sekolah.Malam itu mobil angkutan yang aku tumpangi menabrak pembatas jalan keras sekali nyaris terbalik dan membuat aku terpelanting jatuh terbentur bodi mobil. Eyang hanya doa yang bisa aku panjatkan semoga amal ibadahmu diterima Allah SWT. Aku tak pernah lupa ketika saat terakhir di Larangan Tangerang dikediaman orangtuaku di hari raya Idul Fitri 2011 Eyang putri menanyakan kondisi kesehatanku terutama bagian leher dan bahuku yang lumpuh karena jatuh dimasa muda dari kegiatan rock Climbing. Eyang setia memijat pundakku dan terus berdoa akan kesembuhanku. Tapi Eyang kini aku jatuh lagi, dan sampai pelaksanaan Ujian Nasional SMP ini kesehatanku belum pulih benar karena jatuh yang kedua kali.. Maafkan aku Eyang...tidak bisa menengok waktu eyang putri sakit dan dirawat sampai eyang dipanggil yang maha kuasa, tapi aku cucumu akan selalu berdoa untuk eyang agar bahagia di alam sana.... selamat jalan eyang putri...

Senin, 09 April 2012

MACAN TUTUL DI JAWA TENGAH

 
   Macan Tutul Jawa atau sering juga disebut macan kumbang memiliki nama latin Panthera pardus melas. Kucing besar ini merupakan salah satu dari subspesies macan tutul yang hanya bisa ditemukan di hutan-hutan tropis di Pulau Jawa. Dengan kata lain, Macan Kumbang merupakan salah satu hewan endemik Indonesia.
  Macan Tutul Jawa memiliki 2 variasi, yaitu berwarna terang, dan berwarna hitam. Namun sepertinya yang berwarna hitam lebih banyak. Nah, yang berwarna hitam inilah yang lebih dikenal dengan nama Macan Kumbang. Disebut demikian karena pada umumnya mereka memiliki bulu yang menyerupai warna sayap kumbang yang hitam mengkilap dengan bintik-bintik gelap yang hanya akan tampak jika berada di bawah cahaya.
   Hewan yang menjadi identitas Provinsi Jawa Barat ini merupakan jenis macan tutul yang berukuran paling kecil jika dibandingkan dengan spesies macan tutul lainnya yang ada di dunia. Ukuran tubuh macan kumbang jantan cenderung lebih besar dibandingkan dengan ukuran tubuh betinanya.
Hewan predator ini memiliki indera penciuman dan penglihatan yang tajam. Dan mereka adalah pemanjat pohon yang ulung. Warna bulu macan kumbang yang hitam akan membantunya beradaptasi dengan lingkungan hutan lebat yang gelap. Terlebih lagi karena binatang ini lebih aktif berburu di malam hari. Mangsa Macan Kumbang adalah hewan-hewan penghuni hutan yang ukurannya lebih kecil darinya.
   Hewan yang suka menyendiri (Soliter) ini merupakan satu-satunya spesies kucing besar di Pulau Jawa.yang masih tersisa. Sejak 2007, IUCN memasukkan Macan Kumbang sebagai salah satu hewan yang berstatus "Kritis". Dan terdaftar dalam status Appendix I oleh CITES.
   Saat ini, hewan yang dilindungi UU No.5 tahun 1990 dan PP No.7 tahun 1999 ini hanya dapat ditemui di beberapa cagar alam di Pulau Jawa, seperti Taman Nasional Gunung Merapi-Merbabu. Untuk penyebaran Habitat Macan Tutul ini di Jawa Tengah lainnya menyebar dari daerah dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan, bahkan dapat dijumpai dekat dengan perkebunan Jati masyarakat .
Penyebaran habitat Macan Tutul Jawa (Panthera Pardus Melas) di Jawa Tengah antara lain ...
  1. Pegunungan Pembarisan diperbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah antara lain di Gunung Sawal,  Gunung Kumbang, dan bukit-bukit disekitarnya.
  2. Pulau Nusa Kambangan sampai hutan rawa sepanjang aliran sungai Citanduy ke perbatasan Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. 
  3. Pegunungan Serayu terutama di hutan lembah antara sungai serayu. Tahun 1980-an masih ditemukan beberapa ekor, namun sekarang kebradaannya tidak terdengar lagi.
  4. Gunung Slamet dan sekitarnya.
  5. Pegunungan Dieng, perbatasan kabupaten Pekalongan, Wonosobo dan Purwokerto dan beberapa gunung- gunung skitarnya seprti G.Prahu dan G.Rogojembangan.
  6. Hutan karang bolong sekitar goa jatijajar, tahun 1980-an masih ada, sekarang keberadaannya tidak pernah  terdengar lagi.
  7. Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing
  8. Gunung Ungaran dan beberapa gunung kecil disekitarnya.
  9. Gunung Muria dan beberapa gunung disekitarnya.
  10. Pegunungan Kendeng Utara sampai batas kota Blora sebelah utara
  11. Gunung Merapi dan Merbabu.
  12. Gunung Lawu dan bebeerapa bukit sekitarnya.
  13. Pegunungan Sewu/kidul sampai perbatasan Jawa Timur
  14. Pegunungan Manoreh, perbatasan Jawa Tengah dan DI Yogyakarta
  15. Banyumas Barat dan Banyumas Timur
  16. Perbatasan Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah) dan Gunung Kidul (Yogyakarta)
  17. Pebukitan Semarang selatan dan Alas Roban
  18. Hutan sebelah Selatan wilayah Kabupaten Tegal dan Kendal
  19. Dan beberapa wilayah Hutan Jati lainnya 

Sumber Referensi : Wikipedia Indonesia

Rabu, 04 April 2012

PERJUMPAAN DENGAN MACAN TUTUL JAWA DI PROVINSI JAWA BARAT

 
    Populasi Macan Tutul Jawa sampai saat ini belum diketahui pasti jumlahnya, karna hingga saat ini belum ada sensus resmi pendataan populasi Macan Tutul Jawa (Panthera Pardus Melas). Namun secara Zoogeografis penyebaran merata di seluruh Provinsi di Pulau Jawa kecuali tentu saja DKI Jakarta.
   Berdasarkan pengalaman saya selama masih aktif di kegiatan Pencinta Alam sejak SMA tahun 1984 , keberadaan Macan Tutul Jawa hampir bisa dijumpai di seluruh Gunung- gunung di P.Jawa. Termasuk ketika masih kuliah di IKIP Jakarta dan melakukan KKL di Desa Darmasari, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak , Banten. Perjumpaan langsung terjadi pada tahun 1985 saat saya masih duduk di kelas 2 SMA ketika mencoba membuka rute baru ke puncak Gunung Salak I dari arah dusun Warung Loa, Ciapus. Perjalaanan satu jam dengan membuka jalur di hutan lebat yang berbatasan dengan aliran sungai tiba-tiba terhenti karena terbentur tebing dan jurang yang dalam. Pada saat beristirahat itulah dalam kegelapan malam kami mendengar suara geraman hewan sayup-sayup. Dan dari arah atas pohon terlihat dua cahaya kecil dalam kegelapan  yang kemudia langsung kami sorot dengan senter ternyata seekor macan tutul berkulit serba hitam sedang beristirahat di dahan pohon . Spesis ini dikenal dengan sebutan Macan Kumbang .
   Pada pendakian Gunung Pangrango yang kedua tahun 1986 lepas dari pos Kandang Badak sekitar jam 3 pagi (malam) ada sekelebatan hewan melintas didepan kami kurang lebih 20 meter kedepan, karena jalan agak mendaki dan terhalang rimbunnya pohon cantigi saya tidak bisa menebak hewan apa itu , apakah babi hutan, macan tutul atau anjing hutan.Apalagi pendakian yang kedua ini kami lakukan pada malam hari. Namun dalam pendakian gunung pangrango yang pertama kami menemukan jejak kaki macan tutul selepas pos kandang batu. Kami bisa melihatnya jelas karena pendakian yang pertama ini dilakukan mulai pagi hari dan sampai di puncak Pangrango jam 16.00 sore. Dalam pendakian Gunung Gede dengan rute yang sama dari Pos Kandang Badak dan dua lembah puncak Gunung Gede - Pangrango yaitu lembah (alun-alun) Suryakencana dan Mandalawangi mungkin saja Macan tutul pernah dijumpai pendaki - pendaki gunung disana.
Pada saat KKL di Hutan lindung Bayah, di pinggir aliran sungai Ci Pamubulan yang berbatasan dengan desa Sawarna kami menemukan jejak kaki beerukuran sedang dan dapat dipastikan itu adalah jejak Macan Tutul. Karena ukurannya lebih besar dari ukuran jejak Kucing Hutan. Didesa Darmasari ini selain Macan Tutul/Kumbang perjumpaan langsung dengan hewan liar adalah Owa Jawa  yang bergelantungan di atas pohon perbatasan hutan lindung dan Perkebunan Karet peninggalan Belanda yang kurang terawat. Jumlahnya sedikit dan kera ini termasuk penyendiri berbeda dngan monyet ekor panjang yang populasinya masih banyak ditemukan.
Foto KKL di Tepi Cimadur, Bayah Banten tahun 1990
   Hewan liar yang sering melintas di dekat Base Camp kami di Kantor desa  Darmasari adalah babi hutan yang melintas menyeberangi jalan menuju ke arah hutan lindung.
Semasa SMA dalam pendakian gunung-gunung di Banten dan Jawa Barat Macan Tutul Jawa tidak banyak prjumpaan langsung. Namun dari jejak telapak kaki dan bekas guratan di kulit pohon bisa dipastikan Macan Tutul dapat dijumpai di Gunung Gede, Gunung Pangrango, G.Salak, G.Ciremay, G.Patuha, G.Tangkubanperahu, G.Malabar, G.Karang, G.Papandayan, G.Cikuray, G.Burangrang, G.Aseupan, dan Gunung-gunung kecil lainnya di Jawa Barat. Bahkan pada saat saya mengikuti pendidikan dasar Pencinta alam di desa Cipanas, Lebak Banten beberapa kali kami diberitahu warga sekitar akan keberadaan Macan tutul disana. Distribusi macan tutul ditemukan di hutan-hutan Gunung Endut, Gunung Ciawitali, G.Jaya, dan gunung-gunung kecil lainnya tempat kami menjelajah disekitar wilayah yang sekarang termasuk kawasan Taman Nasional Gunung Salak-Halimun.

    Diluar Gunung-gunung tersebut Macan Tutul bisa dijumpai di Taman Nasional Ujung Kulon dalam jumlah segnifikan. Hutan Rawa Dano dan bukit-bukit sekitar Kota Serang Banten. Telaga warna puncak dan hutan hutan sekitarnya hingga puncak gunung Sanggabuwana Purwakarta yang berbatasan dengan Waduk Jatiluhur Jawa Barat. Pada tahun 1984 masih dijumpai macan kumbang dipebukitan tebing Ciseeng Parung Jawa barat tempat berlatih rock Climbing untuk kegiatan Pencinta Alam. Namun tempat-tempat yang dulu sering dijumpai Macan Tutul sudah tidak lagi terdengar berita keberadaan hewan itu. Ini menandakan terjadi kepunahan lokal dan penurunan populasi yang apabila tidak dicegah maka Macan Tutul jawa akan mengalami nasib yang sama dengan Harimau Jawa yang sudah terlebih dahulu punah.