Sabtu, 17 Agustus 2013

PIRANHA : IKAN KARNIVORA DARI AMAZONE

  
    Piranha adalah nama ikan air tawar bergigi tajam yang hidup di danau dan sungai di sebagian besar wilayah Amerika Selatan. Piranha berasal dari famili Characidae. Meskipun berukuran kecil tapi piranha terkenal dengan kebuasannya sebagai pemakan daging (karnivora). Bila ikan ini masuk ke perairan lain, mereka dapat memangsa ikan setempat.


 Piranha Merah dari Amazone
 Kawanan Piranha Merah

    Ada sekitar 25 spesies piranha. Spesies yang terbesar dapat tumbuh sampai 38 cm. Piranha bertubuh padat dan sisi tubuhnya berbentuk pipih. Rahangnya pendek dan kuat serta dilengkapi dengan gigi seri yang tajam. Sebagian besar piranha berwarna cokelat zaitun sampai biru hitam dengan perut merah atau oranye. Spesies piranha yang umum adalah piranha merah (Pygocentrus nattareri) Piranha merah berasal dari sungai Amazone, Amerika Selatan. Tubuhnya dapat mencapai panjang 30 cm. Punggungnya berwarna cokelat zaitun, sisi-sisinya cokelat muda dan banyak bintik perak cemerlang di tubuhnya. Perut dan pangkal siripnya berwarna merah darah, sedangkan sirip punggung dan sirip dubur berwarna hitam. Satu di antara spesies terbesar lainnya yaitu piranha putih (serrasalmus rhombeus). Piranha putih juga berasal dari sungai Amazone. Tubuhnya berwarna zaitun hingga keperak-perakan dengan bercak-bercak gelap tak teratur.
Serangan buas kawanan Piranha
Bau Darah
    Makanan piranha adalah ikan, mamalia, reptilia, burung bahkan manusia. Piranha juga dikenal kanibal. Ikan ini sangat tertarik pada bau darah, sehingga satu gigitan saja pada mangsa akan menarik ratusan anggota kawanan piranha lainnya ke tempat yang sama. Biasanya Piranha berenang sendirian dan mmangsa ikan-ikan yang lebih kecil. Kadang-kadang mereka berenang dalam kelompok. Sekelompok piranha dapat menyerang hewan yang lebih besar dan mencabik-cabik dagingnya. Namun piranha termasuk ikan yang pemalu. Biasanya mereka bersembunyi di gua kecil atau celah-celah dan keluar kalau ingin makan. Piranha lebih menyukai makanan hidup. Dalam jumlah banyak, ikan ini dapat menyerang apa saja yang bergerak dalam air, namun bila sendiri atau berdua, ikan ini menjadi pemalu dan takut sehingga akan diam. Piranha dapat menyerang secara intensif bila dirangsang oleh kehadiran piranha lainnya.
 Kawanan Piranha Biru

Perkembangbiakan
    Pada perkembangbiakan piranha selama masa pemijahan (pelepasan sel telur dan sperma untuk pembuahan), bagian bawah badan piranha jantan memperlihatkan warna merah cerah. Telur hasil pembuahan diletakkan pada tumbuhan air dan dijaga induknya. Pada saat menjaga telur-telurnya induk piranha tampak lebih garang. Sesudah menetas, anak piranha akan bersarang di dasar perairan yang berpasir.
Piranha Putih

Kamis, 15 Agustus 2013

HARIMAU JAWA : SOSOK YANG MISTERIUS

 
   Harimau Jawa adalah spesies karnivora besar  yang hanya dapat ditemukan di Pulau Jawa (endemik). Harimau ini termasuk salah satu sub-spesies harimau (Panthera tigris) yang secara alami tersebar di Asia, mulai dari danau laut Kaspia, Siberia India, China, daerah kontinen Asia Tenggara hingga Kepulauan Nusantara. Meskipun secara umum, kebiasaan hidup Harimau Jawa sama dengan harimau lainnya. Namun berdasarkan fisiknya, sosok Harimau Jawa memperlihatkan ciri  khas yang jauh ‘berbeda”.
    Bersama dengan singa, macan tutul dan jaguar, Harimau Jawa termasuk keluarga kucing besar (Felidae) yang menduduki posisi puncak dalam rantai makanan. Untuk menjamin tetap tersedianya hewan mangsa, harimau memiliki daerah teritorialnya sendiri. Pejantan umumnya memiliki luas daerah teritorial berukuran 10 x 10 km. Sedangkan betina memiliki daerah jelajah yang lebih kecil.Ukuran tubuh rata-rata harimau Jawa lebih besar dari harimau Sumatera dan harimau Bali, bahkan sedikit lebih besar dari harimau Malaya dengan panjang rata-rata 200-245 cm. Berat jantan berkisar antara 100-140 kg dan betina berkisar antara 75-115 kg (Tabel 1).
   Dibandingkan dengan subspesies lainnya, bentuk tubuh harimau Jawa termasuk yang paling unik dan “sexy”. Berikut ini adalah awetan (taxidermi) utuh dari seekor harimau Jawa yang tersimpan di sebuah museum Eropa .
Harimau Jawa
  Berbeda dengan singa yang hidup dalam kelompok, harimau cenderung hidup soliter dan  lebih suka berburu pada malam hari (nokturnal). Harimau jantan juga sangat intoleran terhadap pejantan lain yang memasuki daerah kekuasaannya. Oleh karena itu, sebagai peringatan, harimau akan menandai batas wilayahnya dengan air seni dan gurat-gurat cakaran pada batang pohon tertentu. Tiap individu harimau memiliki bau air seni yang sangat khas.
   Dari jejak dan kotoran yang ditinggalkan, diketahui bahwa Harimau Jawa tergolong predator yang oportunis.  Harimau Jawa akan memangsa hewan apa saja yang dapat ditemukan selama menjelajahi hutan. Rusa (Muntiacus muntjak) dan Babi hutan (Sus scrofa) adalah makanan favoritnya. Satwa lain seperti: Banteng (Bos javanicus), Kera ekor panjang (Macaca fascicularis), trenggiling (Manis javanica), ular, ayam hutan,  bahkan hingga serangga seperti kumbang badak juga termasuk dalam daftar menunya. 
    Selain harimau, di hutan-hutan dan pegunungan Pulau Jawa juga dapat ditemukan hewan pemangsa (Karnivor) lain yang ukurannya lebih kecil yaitu macan tutul Jawa (Panthera pardus melas) dan Ajag,  sejenis anjing hutan (Cuon alpinus javanicus).

Karakter unik Harimau Jawa
 
Kepala Harimau Jawa
Kepala harimau Jawa terlihat kecil untuk ukuran badannya yang agak besar, panjang dan ramping. Bentuk kepala juga lebih pipih dengan hidung yang sempit dan panjang. Warna kepala kuning kemerahan gelap dengan sedikit surai/janggut yang tumbuh di dagu/leher. Pipi di dominasi warna putih dengan 2 garis loreng berwarna kontras yang tebal.  Leher  harimau Jawa terlihat lebih jenjang. Kaki agak panjang dengan ukuran telapak kaki yang sangat besar. Bahkan menurut Wikipedia, garis tengah rata-rata jejak kaki harimau Jawa lebih besar dari diameter jejak kaki Harimau Benggala.
  Pola belang harimau Jawa juga sangat unik. Dibandingkan subspesies lainnya, harimau Jawa memiliki jumlah belang yang paling banyak (dapat mencapai total lebih dari 100 garis belang per ekor). Bentuk belangnya juga sangat tipis dan panjang dengan jarak yang rapat terutama di bagian paha dan sekitarnya. Anehnya lagi, belang harimau Jawa hanya terkonsentrasi di bagian belakang tubuh. Saat mencapai bagian perut, garis belang tampak menghilang secara tiba-tiba. Setengah bagian perut hingga bagian depan pun terlihat lebih polos  dengan jumlah garis belang yang minim. Hal ini terlihat dengan jelas pada foto awetan (taxidermi) harimau Jawa pada Gambar 2 (di atas) dan 4 berikut ini
Perbandingan Harimau Sumatra dan Harimau Jawa
Gambar 4. Perbandingan pola belang pada Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dengan pola belang harimau Jawa (Panthera tigris sondaica). Belang harimau sumatera terlihat lebih lebar dan tebal (atas). Sedangkan harimau Jawa memiliki pola belang yang tipis, panjang dan sangat rapat (bawah). 
  Dari gambar di samping  terlihat jelas perbedaan fisik Harimau Jawa dengan saudaranya Harimau Sumatera. Perbedaan yang paling menyolok terlihat pada bagian surai (jenggotnya). Perlu diketahui bahwa Harimau Sumatera adalah subspesies harimau yang memiliki surai paling lebat di antara seluruh subspesies harimau di dunia. Jadi, jika anda ingin memastikan suatu harimau tergolong harimau Sumatera atau bukan, lihat saja jenggotnya. 
  Pola belang Harimau Jawa dan Sumatera juga berbeda. Dengan pola belangnya yang tipis memanjang, warna bulu harimau Jawa terlihat lebih cerah.  Belang harimau Sumatera lebih lebar rapat dan hampir merata di sekujur tubuh sehingga warna bulu terlihat lebih gelap. 
   Postur tubuh juga memperlihatkan perbedaan yang jelas. Tubuh Harimau Sumatera sedikit lebih kecil, pendek, gempal namun proporsional.  Sedangkan postur tubuh harimau Jawa terlihat lebih unik, dengan kepalanya yang kecil, tubuh ramping dan telapak kaki yang besar (Gambar 4)
Gambar 5. Perbandingan pola belang antara Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) dengan Harimau Benggala (Panthera tigris tigris).
Perbandingan Harimau Jawa Dan Harimau Benggala
Pola belang pada harimau Benggala biasanya dijadikan “standar” untuk menggambarkan sosok harimau, baik dalam film, iklan maupun karya seni lainnya. Hal ini wajar mengingat Harimau Benggala dapat ditemukan hampir di setiap kebun binatang di seluruh dunia. Sebagian besar Harimau putih yang menjadi maskot kebun binatang juga merupakan bagian dari subspesies Harimau Benggala. 
Dari Gambar 5 terlihat jelas perbedaan pola belang dan postur tubuh Harimau Benggala dengan Harimau Jawa. Harimau Benggala memiliki postur yang lebih besar. Warna bulu tubuh sangat cerah dengan warna belang hitam yang kontras. Jumlah belang Harimau Benggala jauh lebih sedikit dibandingkan dengan harimau Jawa. Bentuk belang pun lebih lebar dengan jarak yang lebih renggang.
Gambar 5. Perbandingan pola belang Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dengan harimau Benggala (Panthera tigris tigris).
Perbandingan HarimauSumatra dan Harimau Benggala
   Meskipun berukuran jauh lebih kecil, raut muka Harimau Sumatera cenderung lebih mengintimidasi jika dibandingkan dengan Harimau Benggala. Dengan surai jenggotnya yang lebat, Harimau Sumatera tampak lebih garang dan sangar. Dari Gambar 5 di atas,  terlihat jelas jika Harimau Sumatera memiliki belang yang lebih banyak dan lebih rapat. Sedangkan belang pada Harimau Benggala jumlahnya lebih  sedikit namun lebih lebarGambar 6. Perbandingan pola belang Harimau Bali (Panthera tigris balica) dengan harimau Jawa (Panthera tigris sondaica). 
 
Perbandingan Harimau Bali dan Harimau Jawa
Berdasarkan ukuran panjang dan berat tubuhnya, Harimau Bali dinyatakan sebagai subspesies harimau terkecil di dunia (Tabel 1). Hal ini kemungkinan merupakan adaptasi terhadap habitat yang  sempit dengan mangsa yang berukuran kecil pula. Pola belang harimau Bali juga unik karena memiliki jumlah loreng yang lebih sedikit dibandingkan dengan Harimau Jawa dan Sumatera. Jarak antar belang pun juga lebih renggang. Bahkan di antara belang terdapat “motif’ tambahan berupa bintik-bintik hitam yang tidak ditemukan pada subspesies harimau lainnya. Dari sampel kulit awetan yang masih tersisa juga diketahui bahwa Harimau Bali memiliki warna kulit/bulu yang lebih gelap dibandingkan dengan harimau lainnya.

Benarkah Harimau Jawa telah Punah ?

Hingga pertengahan abad ke 19 (tahun 1850), Harimau Jawa masih banyak ditemukan di seluruh pelosok Pulau Jawa. Bagi penduduk lokal yang tinggal di daerah pinggiran pedesaan dan pemerintah kolonial Hindia Belanda saat itu, Harimau Jawa dianggap sebagai hama karena seringkali mencuri dan memangsa hewan ternak  seperti kambing dan domba.
Dua Ekor Harimau Jawa di Sebuah KB Batavia
   Pembukaan lahan pertanian yang lebih luas akibat pertambahan penduduk yang pesat menyebabkan ruang hidup bagi harimau jawa semakin menyempit. Akibatnya timbul konflik antara penduduk lokal dengan harimau. Kasus penduduk yang tewas diterkam harimau pun semakin sering terdengar.  Sejak saat itu nasib harimau Jawa kian tak pasti dan hingga kini masih menjadi misteri. Sebagian ahli satwa liar meyakini Taman Nasional Meru Betiri di Jawa Timur  sebagai habitat terakhir bagi Harimau Jawa. Setidaknya hingga tahun 1980-an, 3 ekor harimau Jawa diperkirakan masih hidup di daerah tersebut. 
   Di awal tahun 1990-an, TN Meru Betiri yang didukung oleh WWF Indonesia berinisiatif memasang kamera jebak (camera trap) untuk memastikan adanya individu harimau Jawa yang masih tersisa. Kamera Jebak pun di pasang di 19 titik yang diduga menjadi daerah perlintasan harimau Jawa. Pemantauan dilakukan selama setahun penuh dari bulan Maret 1993 hingga Maret 1994. Selain dengan kamera, survei juga dilakukan terhadap jejak dan kotoran (faeces) yang ditinggalkan Harimau Jawa. 
   Hasil pemantauan selama setahun tersebut sungguh menyedihkan. Tak satu pun foto dan jejak harimau Jawa yang berhasil ditemukan. Bahkan, berdasarkan hasil survei tersebut, IUCN (1996) secara resmi menyatakan bahwa Harimau Jawa telah punah dari muka bumi untuk selamanya. Walaupun IUCN telah menetapkan status kepunahan harimau Jawa, sebagian masyarakat melaporkan masih melihat keberadaan kucing besar tersebut di kawasan hutan Meru Betiri. Hal ini juga didukung oleh mahasiswa dan pencinta alam yang menemukan jejak dan kotoran harimau Jawa selama melakukan penjelajahan di  daerah tersebut.
   Atas laporan tersebut, pihak Taman Nasional Meru Betiri pun berinisiatif melakukan survei kembali. Dengan dukungan kamera infra merah dari The Tiger Foundation Kanada, 12 jagawana yang telah dilatih sebelumnya kemudian memasang kamera jebak dan membuat peta observasi. Hasil survei selama setahun tersebut, memperkuat fakta punahnya harimau jawa karena tidak satu foto pun yang berhasil ditemukan. Bahkan, foto satwa yang menjadi makanan harimau pun termasuk jarang. Kekecewaan semakin bertambah lengkap dengan banyaknya foto pemburu yang terjebak kamera Infra merah…!
   No picture, no evidence. Tidak adanya foto terbaru seolah menasbihkan kepunahan harimau Jawa. Namun hal ini dibantah oleh Didik Raharyono, seorang peneliti Harimau Jawa yang berdomisili di Cirebon. Sampel faeces, foto jejak dan bekas cakaran di batang pohon menjadi bukti bahwa harimau Jawa benar-benar masih ada. Penelitiannya selama beberapa tahun yang dikombinasikan dengan informasi dari rekan-rekan pencinta alam menunjukkan bahwa harimau Jawa masih eksis. Populasi harimau Jawa tersebut, umumnya tersebar di daerah hutan terpencil atau daerah pegunungan besar di pulau Jawa.
Taman Nasional Meru Betiri, Rumah Terakhir Harimau Jawa
   Jejak-jejak kaki misterius di dekat kandang ternak yang ditemukan oleh penduduk pasca meletusnya gunung Merapi seolah membuktikan bahwa raja Rimba tersebut memang benar-benar masih ada. Survei yang lebih detail pun perlu dilakukan sebagai langkah awal untuk memastikan keberadaan harimau Jawa.  Informasi dari penduduk yang masih sering melihat harimau di hutan sekitar tempat tinggalnya pun juga tak bisa dipandang sebelah mata. Pemburu harimau Jawa juga harus diajak bekerja sama karena merekalah yang paling mengenal seluk beluk Harimau yang menjadi buruannya. Jika kita semua peduli, kemungkinan punahnya Harimau Jawa masih dapat dicegah sebelum terlambat. Berapa lama lagikah misteri keberadaan Harimau Jawa ini akan terpecahkan ?. Hanya waktu yang bisa menjawabnya...
Sumber Referensi : Dody94Wordpress.Com

Sabtu, 10 Agustus 2013

SINGA : PENGUASA PADANG SABANA

    Singa (Panthera leo) adalah nama spesies anggota suku Felidae, kerabat kucing besar yang dapat mengaum, paling besar, paling kuat, dan dijuluki raja hutan. Singa hidup di tempat terbuka. Tubuhnya agak buntak (pendek berotot) dengan warna bulu kuning kecokelatan. Pada bagian bawah perutnya berwarna lebih muda. Ekornya panjang, berbulu sedikit dan berakhir dalam segumpal bulu hitam yang menutupi duri bertanduk. Singa jantan bertubuh besar dan berbulu surai (bulu panjang di sekitar leher). Sebaliknya singa betina lebih kecil dan tidak berbulu surai.

 Keluarga Singa
    Singa sering mengeluarkan suara dari erungan lemah hingga erungan yang sangat keras. Singa hidup dalam kelompok-kelompok yang besarnya bervariasi dari beberapa ekor hingga puluhan ekor. Kelompok singa terdiri dari seekor pemimpin atau raja, beberapa singa betina dan anaknya. Keluarga inti singa dapat bergabung dengan singa-singa lain, sehingga ada dua raja dalam satu kelompok. Posisi raja diperoleh dan dipertahankan berdasarkan superioritas fisik. Bila seekor raja di bebas tugaskan, singa itu biasanya pergi dan berburu bersama singa bujangan muda. Singa mengaum untuk memberitahukan kekuasaan wilayahnya.


 Singa Jantan beristirahat
 Binatang Karnivora
    Singa adalah binatang karnivora. Cara berburu mangsanya sopan karena bila sedang berburu ia mengaum terlebih dahulu memberitahukan mangsanya bahwa ia datang. Bila mangsa telah dibunuh, pertama kali yang dimakan adalah usus, karena usus mengandung makanan dari tumbuhan yang sebagian telah tercerna dan kaya vitamin. Sesudah usus, singa kemudian makan daging mangsanya. Singa lebih suka makan zebra dan antelop. Bila tidak tersedia, singa dapat makan hewan lain, bangkai ikan, bahkan belalang. Singa merupakan jenis kucing besar yang malas. Bila hari panas, khususnya sesudah makan sampai kenyang, singa bermalas-malas dengan sikap diam atau tiduran tidak melakukan perburuan sampai beberapa hari.

Singa betina dan anak-anaknya
Cakar
    Tungkai depan singa sangat kuat. Dengan sekali pukul, kaki depan singa dapat mematahkan leher zebra. Cakar jempolnya mirip kucing, namun singa menggunakan cakarnya ini sebagai tusuk gigi. Jika ia melahap daging yang cukup besar, maka cakar ini digunakan untuk mengambil daging tersebut dengan cara ditusuk dengan cakarnya.
Singa melakukan perburuan
Hidup di Dataran Rendah
    Singa sering dilukiskan sebagai raja hutan, padahal ia hidup di dataran Afrika dan di daerah dengan tetumbuhan rendah, tidak di gurun dan tidak di hutan. Sebagai hewan pemburu, singa memerlukan wilayah teritorium yang luas. Dalam keadaan normal singa dapat menempuh jarak 5 km/jam, namun ia memiliki kekuatan fantastis saat menyerang.

 Keluarga Singa

Berkembang Biak
    Singa berkembang biak dengan cara beranak. Masa kehamilan singa betina 105 hari dan melahirkan 2-3 anak. Anak singa dapat melihat setelah usia 2 minggu. Pada usia 6 bulan anak singa bersama induknya ikut berburu. Namun anak singa ini menjadi sasaran mangsa bagi macan tutul, hiena, dan serigala. Umur 3-4 tahun, singa sudah matang kelaminnya dan dapat hidup di alam selama 20-30 tahun.