Selasa, 26 November 2013

KAPIBARA : RODENSIA TERBESAR DI MUKA BUMI

    Kapibara atau Celeng air adalah hewan pengerat atau rodensia terbesar dari suku Hydrochoeridae yang hanya dijumpai di wilayah Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Kelompok mamalia yang kenampakan fisinya mirip dengan babi guinea ini termasuk hewan semi-akuatik yang gemar makan tumbuhan. Kapibara terdiri dari dua spesies yaitu Hydrochoeros hydrochaeris yang hidup di sebelah timur pegunungan Andes dan Hydrochoeros istmius yang hidup di wilayah Panama.
    Ukuran Kapibara dapat mencapai panjang sekitar 130 cm dan bobot 65 kg. Bulu hewan ini berwarna cokelat. Kapibara dewasa memiliki kaki yang agak panjang tetapi mempunyai ekor yang pendek. Moncong yang tumpul dan telinga yang kecil membuat penampilan hewan ini sangat khas.
Gigi Kapibara berjumlah 20 buah yang terdiri dari 2 pasang gigi seri dan 8 geraham pada setiap rahang. Gigi yang panjang dan tidak berakar tersebut biasanya tumbuh secara berlebihan. Selain itu, gigi kapibara telah disesuaikan untuk menggiling pakan yang liat. Jika diperhatikan dengan seksama, tungkai belakang hewan ini memiliki tiga jari, sedangkan tungkai depannya memiliki empat jari.
Kapibara dengan anak-anaknya

Perenang dan Penyelam Ulung
    Sebagai hewan semi-akuatik, kapibara menghabiskan sebagian hidupnya di air. Hewan ini dikenal sebagai perenang dan penyelam ulung. Sebagian jari kakinya memiliki selaput renang. Kemampuan kapibara untuk mengambang di air juga didukung oleh lapisan lemak tebal yang terdapat di bagian dalam kulitnya. Ketika berada di dalam air, Kapibara bertingkah laku seperti kuda nil. Bagian tubuh yang kelihatan hanyalah ujung kepala atau lubang hidungnya. Kapibara akan segera menyelam ke dalam air jika diganggu.
    Pada umumnya kapibara hidup secara berkelompok. Satu kelompok beranggotakan 10-20 ekor. Hewan ini sering dijumpai ketika sedang makan bersama kelompoknya di sebuah wilayah yang penuh dengan rerumputan. Kapibara beristirahat di tepian danau atau sungai pada siang hari. Ketika sedang beristirahat, hewan ini duduk dengan cara melipat pangkal pahanya seperti anjing.
Kapibara bermain di sungai

Feromon
    Kapibara jantan memiliki suatu kelenjar bau yang bisa mengeluarkan hormon feromon di bagian hidungnya. Pada saat musim kawin, kapibara jantan akan menggoso-gosokkan hidungnya ke rerumputan di sekitarnya. Hal ini bertujuan agar kapibara betina tertarik dengan bau khas feromon tersebut. Selain untuk menarik pasangan, feromon juga digunakan sebagai penanda wilayah.
    Perkawinan hewan ini biasanya terjadi di air. Kapibara betina melahirkan anaknya hanya sekali dalam setahun. Masa hamil kapibara betina berlangsung sekitar 4 bulan. Pada umumnya, seekor induk akan melahirkan 2-8 ekor anak. Sesaat setelah dilahirkan, anak kapibara telah mampu berenang di dalam air dengan lincah. Anak kapibara kemudian menyusu kepada induknya sampai berumur 16 minggu. Anak Kapibara tidak hanya diasuh oleh induknya, tetapi juga diasuh oleh semua kapibara betina dalam kelompoknya.
Kapibara beristirahat di tepian sungai
Hewan Krepuskular
    Kapibara merupakan hewan krepuskular, yaitu aktif mencari pakan pada pagi dan sore hari. Selain rerumputan, kapibara juga gemar makan biji-bijian dan buah-buahan. Di Amerika Selatan, hewan ini sering merusak tanaman melon dan padi-padian yang dibudidayakan oleh penduduk setempat. Oleh sebab itu, kapibara dianggap sebagai hama pertanian. Meskipun demikian, kapibara dapat bernilai ekonomis bagi manusia. Di Brazil, Bolivia, Argentina, Kolombia, Venezuela dan Uruguay, hewan ini diburu untuk diambil daging dan kulitnya. Bahkan karena keunikan bentuknya, kapibara juga dijadikan sebagai hewan piaraan.

Rabu, 06 November 2013

BATUBARA : BAHAN TAMBANG FOSIL

    Batubara adalah bahan tambang yang berasal dari hasil sedimentasi tumbuhan air dan tumbuhan darat berjuta-juta tahun lalu. Bahan tambang ini biasanya terpendam di dalam kerak bumi. Proses pembentukan batubara terjadi secara bertahap dan memerlukan waktu yang sangat lama.
    Pembentukan batubara dipengaruhi oleh faktor panas dan tekanan bumi. Pada awal proses pembentukannya, batubara berbentuk jeli atau agar-agar yang terakumulasi dan terpadatkan menjadi gambut. Gambut tersebut kemudian membentuk lapisan batubara. Batubara dapat dikelompokkan menjadi lignit, subbitumen dan bitumen (antrasit). Pada umumnya, jenis batubara yang terdapat di Indonesia berupa lignit dan bitumen.
Batubara panas
Kandungan Batubara
    Batubara mengandung bahan organik dan bahan anorganik.Bahan organik yang menyusun batubara terdiri dari karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen dan sulfur. Bahan anorganik batubara tidak dapat terbakar. Bahan anorganik tersebut akan menghasilkan abu setelah melalui proses pembakaran. Untuk mengetahui kandungan dan sifat yang terdapat di dalam batubara, para ahli geologi melakukan beberapa metoda analisis. Metoda pertama adalah analisis kasar (Proksimat) yang bertujuan untuk mengetahui kadar air, abu, dan zat asiri yang terdapat di dalam batubara.
    Metoda kedua adalah analisis tuntas (ultimat) yang bertujuan untuk memberikan data tentang kandungan unsur karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, dan pasfat yang terkandung di dalam batubara. Adapun metode ketiga menggunakan analisis abu yang bertujuan untuk mengetahui nilai kalor (panas) pada batubara.

Manfaat Batubara
    Batubara memiliki banyak manfaat. Bahan tambang ini sering dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit listrik, tanaga uap, pembekaran kinkler semen, bahan bakar pemanas ruangan (terutama di negara-negara sub tropis), serta bahan baku industri kokas, minyak bumi dan gas alam. Selain itu batubara juga menghasilkan produk berupa ter batubara yang dimanfaatkan untuk membuat jalan.
    Salah satu produk samping dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara adalah abu batubara. Pada awalnya, abu batubara merupakan limbah yang tidak bisa diolah lagi. Akan tetapi setelah dikaji lebih lanjut, abu batubara masih dapat diolah karena partikel halus yang bersifat amorf dapat bereaksi dengan kapur di dalam media air. Reaksi ini terjadi pada temperatur kamar dan dibantu oleh senyawa yang bersifat mengikat. Kandungan unsur abu batubara diantaranya adalah silika, kapur, magnesium, sulfat dan karbon.

Batubara di Indonesia
    Indonesia memiliki sumber batubara yang cukup melimpah. Sentra penghasil batubara di Indonesia adalah Sumatera (sekitar 68%) dan Kalimantan (sekitar 31%). Sisanya terdapat di Jawa Barat, Sulawesi dan Papua. Pertambangan batubara di Indonesia terdapat di Ombilin (Sumatera Barat), Tanjung Enim (Sumatera Selatan) Bengkulu dan sepanjang sungai Mahakam (Kalimantan Timur).Penambangan batubara dilakukan dengan sistem tambang terbuka dipermukaan bumi maupun sistem tambang di bawah tanah. Sejauh ini, pemanfaatan batubara di Indonesia masih kurang optimal bila dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar minyakbumi. Oleh sebab itu,pemerintah Indonesia berusaha untuk memasyarakatkan dan meningkatkan penggunaan batubara untuk mengurangi konsumsi bhan bakar minyak bumi.
 Bongkahan Batubara
 Penambangan Batubara
Batubara Tua

Selasa, 05 November 2013

PENYELAMATAN HARIMAU SUMATERA (PANTHERA TIGRIS SUMATRENSIS)

Animasi Harimau Sumatera
   Harimau Sumatera merupakan satu dari enam sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically endangered). Jumlah populasinya di alam bebas hanya sekitar 600 ekor. Sebagai predator utama dalam rantai makanan, harimau mempertahankan populasi mangsa liar yang ada di bawah pengendaliannya, sehingga keseimbangan antara mangsa dan vegetasi yang mereka makan dapat terjaga.
   Harimau Sumatera menghadapi dua jenis ancaman untuk bertahan hidup: mereka kehilangan habitat karena tingginya laju deforestasi dan terancam oleh perdagangan illegal dimana bagian-bagian tubuhnya diperjualbelikan dengan harga tinggi di pasar gelap untuk obat-obatan tradisional, perhiasan, jimat dan dekorasi. Harimau Sumatera hanya dapat ditemukan di pulau Sumatera, Indonesia.
Peta Kepadatan Harimau Sumatera di Taman Nasional Pulau Sumatera

Ciri-ciri Fisik
Harimau Sumatera memiliki tubuh yang relatif paling kecil dibandingkan semua sub-spesies harimau yang hidup saat ini. Jantan dewasa bisa memiliki tinggi hingga 60 cm dan panjang dari kepala hingga kaki mencapai 250 cm dan berat hingga 140 kg. Harimau betina memiliki panjang rata-rata 198 cm dan berat hingga 91 kg. Warna kulit harimau Sumatera merupakan yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan hingga oranye tua.

Ancaman

Harimau Sumatera berada di ujung kepunahan karena hilangnya habitat secara tak terkendali, berkurangnya jumlah spesies mangsa, dan perburuan. Laporan tahun 2008 yang dikeluarkan oleh TRAFFIC – program kerja sama WWF dan lembaga Konservasi Dunia, IUCN, untuk monitoring perdagangan satwa liar – menemukan adanya pasar ilegal yang berkembang subur dan menjadi pasar domestik terbuka di Sumatera yang memperdagangkan bagian-bagian tubuh harimau. Dalam studi tersebut TRAFFIC mengungkapkan bahwa paling sedikit 50 harimau Sumatera telah diburu setiap tahunnya dalam kurun waktu 1998- 2002. Penindakan tegas untuk menghentikan perburuan dan perdagangan harimau harus segera dilakukan di Sumatera.
Peta Taman Nasional Di Pulau Sumatera dan Sebaran Habitat Harimau Sumatra
   Populasi Harimau Sumatera yang hanya sekitar 600-an ekor saat ini tersisa di dalam blok-blok hutan dataran rendah, lahan gambut, dan hutan hujan pegunungan. Sebagian besar kawasan ini terancam pembukaan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan komersial, juga perambahan oleh aktivitas pembalakan dan pembangunan jalan. Bersamaan dengan hilangnya hutan habitat mereka, harimau terpaksa memasuki wilayah yang lebih dekat dengan manusia dan seringkali dibunuh atau ditangkap karena tersesat memasuki daerah pedesaan atau akibat perjumpaan tanpa sengaja dengan manusia.
   Provinsi Riau adalah rumah bagi sepertiga dari seluruh populasi harimau Sumatera. Sayangnya, sekalipun sudah dilindungi secara hukum, populasi harimau terus mengalami penurunan hingga 70 persen dalam seperempat abad terakhir. Di Provinsi Riau, saat ini diperkirakan hanya tersisa 192 ekor harimau di Riau.

Upaya yang Dilakukan WWF

WWF bekerja sama dengan pemerintah Indonesia, organisasi konservasi lainnya, dan masyarakat setempat untuk menyelamatkan harimau Sumatera dari ancaman kepunahan. WWF juga berupaya melakukan pendekatan dan bekerja sama dengan perusahaan yang konsesinya mengancam habitat harimau agar mereka mampu menerapkan praktik-praktik pengelolaan lahan yang lebih baik (Better Management Practices) dan berkelanjutan. Pemerintah Indonesia di tahun 2004 telah mendeklarasikan sebuah kawasan penting, Tesso Nilo, sebagai taman nasional untuk memastikan perlindungan gajah dan harimau Sumatera di alam. WWF juga berpartisipasi aktif dalam penyusunan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Harimau Sumatera 2007-2017 yang dipimpin oleh Departemen Kehutanan RI.
Peta Distribusi Harimau Sumatera di TN Leuser, TN Kerinci-Seblat dan TN Bukit Barisan Selatan
   Melalui momentum Kampanye Tahun Harimau 2010, WWF-Indonesia secara aktif mendorong dimasukkannya enam lanskap prioritas harimau Sumatra kedalam Program Nasional Pemulihan Harimau Sumatra. Program nasional tersebut kemudian diadopsi sebagai program global oleh 13 negara sebaran harimau dalam International Tiger Forum di St. Petersburg, Russia Nov 2010. Landskap prioritas perlindungan harimau Sumatra tersebut adalah Ulu Masen, Kampar-Kerumutan, Bukit Tigapuluh, Kerinci Seblat, Bukit Balai Rejang Selatan, dan Bukit Barisan Selatan.
   WWF terus melakukan penelitian ilmiah tentang harimau Sumatera di Riau dengan menggunakan kamera jebakan (camera trapping) untuk memperkirakan besarnya populasi, habitat, dan distribusi satwa loreng tersebut, serta untuk mengidentikasi koridor-koridor satwa liar yang membutuhkan perlindungan. WWF--bersama dengan mitra terkait di lapangan--juga membentuk tim patroli anti perburuan dan tim pendidikan dan penyadaran yang bertugas membantu masyarakat lokal memitigasi konflik manusia-harimau di daerah-daerah rawan konflik harimau.
   Berdasarkan Sensus data Populasi Harimau Sumatera tahun 2012 yang dilakukan Peneliti Wibisono dan Colin ada kecenderungan penurunan populasi dari tahun 2000 yang tercatat 742 individu dewasa menurun menjadi 618 individu dewasa yang disebabkan makin berkurangnya luas hutan habitat Harimau akibat deforestasi pembukaan lahan kelapa sawit sehingga sebagian besar lanskap Harimau Sumatera mengalami Fregmentasi menjadi petak-petak kecil dan terpisah dari zone utama Taman Nasional. Makin menyempitnya luas hutan ini kalau dibiarkan terus menerus oleh pemerintah akan sangat membahayakan kelangsungan hidup Harimau Sumatera yang jumlahnya semakin menyusut dan dampak yang paling mengkuatirkan Harimau Sumatera terancam lenyap dari bumi Indonesia menyusul saudaranya Harimau Jawa dan Harimau Bali yang sudah terlebih dahulu punah.

                    Tabel Populasi Harimau Sumatra Tahun 2000 dan 2012
Lanskap Hutan harimau
Jumlah Harimau Tahun 2012
Jumlah Harimau  Tahun 2000
 1 — Ulu Masen
45
51
 2 _  Gunung Leuser
140
154
 3 — Sibolga & Batang Toru
52
54
 4 — Batang Gadis / Rimbo-Panti
61
67
 5 — Rimbang Baling & Batang Hari
53
71
 6 __ Kerinci Seblat
122
145
 7 — Bukit Barisan Selatan
41
46
 8 — Bukit Tiga Puluh
22
36
 9 — Senepis-Buluhala
14
23
10 — Kuala Kampar
26
42
11 — Tesso Nilo
6
13
12 — Bukit Dua Belas
3
5
13 — Berbak
16
17
14 — Harapan
8
9
15 — Way Kambas
10
10
Total
618
742
Sumber Data : Www.Nature.Com

Sumber Referensi : WWF Indonesia