"SELAMAT DATANG DI BLOG EKOGEO"(Pendidikan, Geografi dan Lingkungan)

Selasa, 29 November 2016

BETET : BURUNG PENIRU SUARA

 
    Betet merupakan nama kelompok burung dari suku Psittacidae dan termasuk dalam bangsa Psittaciformes. Suku Psittacidae mencakup sekitar 320 spesies burung. Sebagian besar spesies betet memiliki bulu yang cemerlang, meskipun ada yang berwarna abu-abu, hitam, atau cokelat. Betet mempunyai ciri-ciri paruh yang berbentuk kait, tungkai pendek, dan kaki yang mampu memanjat dengan baik. Habitat betet tersebar luas di wilayah beriklim sedang di bagian selatan.

Betet
    Suku betet (Psittacidae) meliputi empat subsuku yaitu : Strigopinae (mencakup semua spesies kakapo dari Selandia Baru), Cacatuinae (mencakup 17 spesies burung kakatua), Psittacinae (mencakup lebih dari 200 spesies betet yang terdapat di Amerika, Afrika, Asia dan Australia), dan Loriinae (mencakup nuri dan nuri kecil, betet kerdil, betet pematuk kayu, betet kaka, betet kea, dan betet padang rumput).
Betet Love Bird

Pakan dan Perkembangbiakan
    Makanan utama betet adalah buah-buahan dan biji-bijian, namun ada juga yang memakan serangga. Pada umumnya, betet membuat sarang di liang pepohonan, tetapi mereka kadang-kadang juga membuat sarang di liang-liang dalam kaktus, sarang semut, batu karang atau di bangunan gedung. Saatbertelur, betet menghasilkan 2-4 butir telur yang kemudian akan dierami oleh betina selama 3-4 minggu hingga menetas. Anak betet yang lahir baru dapat terbang setelah berusia sekitar tiga bulan.
    
Nuri Bayan
Bayan
    Bayan merupakan nama burung besar berwarna cemerlang yang termasuk suku betet . Ada sekitar 15 spesies burung bayan yang hidup tersebar di hutan basah tropis di Meksiko dan Amerika Tengah serta di Amerika Selatan. Bayan tergolong dalam burung yang paling cemerlang  tata warna bulunya. Sebagian besar spesies bayan berwarna kuning, hijau, biru, dan merah gemerlap. Suku Indian Amerika Selatan sejak dahulu telah memanfaatkan bulu-bulu burung ini sebagai hiasan pada ikat kepala atau pakaian mereka.
    Spesies bayan yang paling besar adalah bayan merah (Ara macao) dengan panjang tubuhnya mencapai 92 cm. Habitat burung ini terdapat mulai dari Meksiko hingga Bolivia. Bayan merah dan bayan kuning biru (Ara ararauna) merupakan spesies yang paling banyak dipelihara di kebun binatang.
Parkit

Parkit
    Parkit adalah nama yang diberikan kepada betet kecil atau berukuran sedang yang umumnya memiliki ekor panjang dari subsuku Psittacinae. Salah satu yang menarik adalah parkit dari genus Psittacula. Semua parkit dari genus ini mempynyai ekor panjang yang berujung lancip dan sebagian besar memiliki pola warna warni yang mencolok pada kepala dan menjadi pengimbang warna hijau yang merata pada badan dan sayap. Indonesia, Malaysia, dan Pasifik Selatan merupakan habitat sebagian besar parkit genus Psittacula ini.

Nuri
Nuri
    Nuri adalah nama jenis burung dari subsuku Lorinae dan merupakan burung yang paling cemerlang warna bulunya di antara semua kelompok betet. Penyebaran nuri terpusat di pulau Papua dan Maluku tengah, ditambah spesies berukuran kecil di Australia dan kepulauan Pasifik. Nuri hidup berkelompok dan menyukai hiruk pikuk. Mereka memakan nektar, buah-buahan dan juga serangga.

Parkit Hijau
Dilindungi
    Meskipun populasi burung suku betet (Psittacidae) belum terancam punah, sebagian diantaranya termasuk dalam katagori dilindungi atau boleh diperdagangkan dalam kuota ketat. Beberapa jenis burung yang dilindungi antara lain adalah Kakatua Jambul Kuning, Kakatua koki, dan Nuri papua kepala hitam. Adapun kelompok yang boleh diperdagangkan namun dalam kuota ketat oleh CITES (Convention on International Trade of Endengered Species of Wild Flora and Fauna), diantaranya adalah kakatua putih, betet kepala biru, dan Nuri merah papua. Perdagangan ilegal burung betet di Indonesia umumnya berasal dari wilayah Maluku dan Papua yang menyebar ke seluruh Indonesia.

Scarlet Macaw

Senin, 28 November 2016

BINTANG LAUT : INVERTEBRATA UNIK DI DASAR LAUT

    Bintang laut adalah nama umum bagi kelompok hewan invertebrata dari kelas Asteroidea yang memiliki tubuh berbentuk bintang dengan lengan-lengan radial. Anggota filum Echinodermata  ini terdiri dari 7 bangsa, 35 suku, dan lebih dari 1.500 spesies. Bintang laut tersebar luas di lautan, mulai dari daerah pasang surut sampai laut dalam. Bangsa (ordo) bintang laut meliputi Brisingida, Forcipulatida, Paxillosida, Notomyotida, Spinulosida, Valvatida dan velatida.
    Bintang laut memiliki diameter tubuh yang bervariasi, mulai dari 1 cm sampai 65 cm. Tubuhnya terdiri dari cakram tubuh yang terletak di bagian tengah dan lengan-lengan radial yang umumnya berjumlah 5. Akan tetapi, bintang laut mahkota (Acanthaster planci) memiliki lengan radial yang berjumlah 30. Lengan radial pada bintang laut memiliki deretan kaki-kaki tabung yang disebut kaki ambulakral. Kaki tabung ini digunakan untuk bergerak di dasar laut, menempel di karang, dan menangkap mangsa.
Pedicellariae
    Rangka luar (eksoskeleton) bintang laut terdiri dari lempengan kalsium karbonat yang disebut osikel. Meskipun tampak kaku, namun rangka bintang laut bersifat fleksibel atau lentur. Hal ini dikarenakan oksikel terkait dengan jaringan penghubung dan otot-otot. Permukaan tubuh bintang laut ditutupi dengan duri-duri pendek dan tumpul. Di sekitar dasar duri terdapat struktur modifikasi berbentuk seperti penjepit yang disebut pedicellariae. Struktur ini berfungsi untuk mencegah penimbunan sisa-sisa makanan di bagian permukaan tubuh sekaligus untuk menangkap makanan.

Sistem Vaskular Air
    Salah satu ciri khas bintang laut adalah cara bergeraknya yang unik. Hewan ini bergerak melalui sistem veskular air. Dalam sistem ini, air laut masuk melalui lubang madreporit yang terletak di bagian atas cakram tubuh. Setelah itu, air mengalir ke saluran batu, saluran cincin, dan kemudian memasuki sistem veskular atau kanal yang terhubung dengan kaki-kaki ambulakral. Aliran air tersebut menyebabkan otot-otot pada kaki ambulakral berkontraksi sehingga bintang laut dapat bergerak ke depan.
Branchia Dermalis
    Proses pertukaran oksigen pada bintang laut terjadi di dalam branchia dermalis, yaitu struktur seperti bulu-bulu halus yang tersebar di permukaan atas tubuh. Dinding branchia dermalis sebelah luar dan dalam sama-sama memiliki cilia atau bulu getar. Cilia bagian luar akan mengalirkan air yang mengandung oksigen ke dalam branchia. Adapun cilia bagian dalam akan mengalirkan cairan tubuh ke dalam branchia. Dengan demikian terjadilah pertukaran oksigen dan karbon dioksida di dalam branchia dermalis.

Larva Bipinaria
    Ketika bereproduksi, bintang laut jantan dan betina masing-masing akan melepaskan sperma dan sel telur ke air. Bintang laut betinamampu melepaskan 2,5 juta telur dalam waktu 2 jam. Adapun bintang laut jantan dapat melepaskan sperma yang jumlahnya lebih banyak daripada sel telur betina. Setelah melewati proses fertelisasi, sel telur yang telah dibuahi akan tumbuh menjadi larva yang disebut bipinaria. Larva bipinaria kemudian tumbuh menjadi larva brachiolaria dan akhirnya bermetamorfosis menjadi bintang laut muda.

Hewan Karnivor
    Pada umumnya, bintang laut merupakan hewan karnivor yang sering memangsa spons, kerang, kepiting, koral, cacing laut dan anggota Ekinodermata lainnya. Namun beberapa jenis bintang laut mencari pakan dengan cara memakan bangkai ikan dan invertebrata lain, menyaring lumpur untuk mendapatkan zat-zat organik, dan menyaring air laut untuk mendapatkan plankton. Di alam salah satu predator atau pemangsa yang sering memburu bintan laut adalah paus hidung botol. Untuk mempertahankan diri, bintang laut dapat mengeluarkan racun dari duri-duri atau permukaan tubuhnya atau bersembunyi di bawah sedimen.
 Bintang laut Biru
 Bintang laut Cokelat
 Bintang laut Ular
 Bintang laut berduri
Bintang laut Ungu

Minggu, 27 November 2016

RAFFLESIA ARNOLDII, BUNGA TERBESAR DI DUNIA

    Bunga bangkai adalah bunga yang mengeluarkan bau busuk seperti bangkai. Di Asia dan Afrika terdapat lebih dari 170 jenis bunga bangkai, termasuk dua jenis yang paling terkenal yaitu Rafflesia arnoldii dan Amorphophallus titanum. Keduanya merupakan bunga terbesar di dunia.
    Raflesia arnoldii dan Amorphophallus titanum mengeluarkan bau busuk seperti bau bangkai. Bau busuk ini berfungsi untuk menarik perhatian serangga pemakan bangkai. Keberadaan serangga ini dapat membantu proses penyerbukan bunga bangkai. Rafflesia arnoldii pertama kali ditemukan oleh Thomas Stamford Rafles (1781-1826) di Bengkulu, Sumatera. Raffles adalah seorang pejabat pemerintah kolonial Inggris yang bertugas sebagai gubernur di Hindia, Belanda. Ia ditugaskan untuk mengepalai pos-pos kecil di Bengkulu bersama ahli ilmu alam Joseph Arnold. Di tempat inilah mereka menemukan bunga raksasa yang kemudian diberi nama Rafflesia arnoldi,gabungan nama keduanya.
Rafflesia Arnoldi

Bunga Rafflesia
    Rafflesia arnoldi atau bunga rafflesia merupakan spesies tumbuhan yang diklasifikasikan ke dalam suku Rafflesiaceae. Tumbuhan ini tidak memiliki akar, batang, dan daun, tetapi mempunyai bunga, buah dan biji. Karena tidak berklorofil, bunga rafflesia tidak dapat mensintesis atau memproduksi makanannya sendiri.
    Bunga Rafflesia termasuk tumbuhan parasit yang hidup pada liana dan anggur-angguran, misalnya pada tanaman genus Tetrastigma. Untuk menyerap makanan dari tanaman inang, bunga rafflesia menggunakan struktur benang halus seperti hifa jamur yang melekat pada tubuh inang. Bunga ini muncul di atas permukaan tanah dengan diameter sekitar 1 m dan berbobot 7-11 kg. Kelima daun mahkotanya berdaging tebal dan berwarna ungu atau cokelat kemerahan dengan bercak putih. Kuncup bunganya berwarna kuning kecokelatan. Kuncup tersebut berangsur-angsur membesar dan mahkotanya terbuka satu demi satu sampai bagian tengahnya terlihat seperti kubah yang berongga. Proses ini membutuhkan waktu sekitar 24 jam.
    Bunga Rafflesia tumbuh di hutan basah tropis Asia Tenggra, khususnya di wilayah Indonesia. Robert Brown (1773-1858), ahli botani asal Skotlandia, pernah menemukan bunga rafflesia di Malaysia, Kalimantan dan Filipina. Pada tahun 1970-an, bunga raksasa ini juga ditemukan di pulau Nusa Kambangan, Cilacap (Jawa Tengah) dan Cagar Alam Penanjung, Pangandaran (Jawa Barat).
Rafflesia Rhizanthes Ioweii

Spesies Bunga Rafflesia
    Pada kegiatan penelitian yang dilakukan di Taman Nasional Kerinci Seblat, Bengkulu, para ahli botani menemukan 4 spesies bunga rafflesia, yaitu Rafflesia arnoldi, Rafflesia haseltii, Rafflesia rhizanthes-Ioweii, dan Rafflesia Padma. Ke empat spesies tersebut berbeda pada faktor warna dan ukuran bunganya. Sampai saat ini, para ahli botani dan ekologi tumbuhan masih terus mengkaji manfaat dari tumbuhan yang langka ini.
Rafflesia Padma
Amorphophallus Titanum
    Amorphophallus Titanum adalah spesies bunga bangkai dari suku Araceae. Bunga ini biasanya tumbuh pada ketinggian 800 m di atas permukaan laut. Tumbuhan lili ini memiliki bunga majemuk yang berbentuk seperti terompet. Amrphophallus titanum memiliki ukuran yang besar. Tinggi bunga ini mencapai lebih dari 2 m. Mahkota bunganya berwarna merah keunguan, sedangkan tangkai putiknya mengeluarkan bau bangkai.
Bunga bangkai (Amorphophallus Titanum)

Sabtu, 26 November 2016

BELUT : IKAN KONSUMSI MIRIP SIDAT

    Belut adalah kelompok ikan dari bangsa (ordo) Synbranchiformes yang memiliki kemiripan fisik dengan sidat (bangsa Anguilliformes). Oleh karena itu, istilah belut seringkali rancu dengan sidat. Belut umumnya hidup di perairan tawar dan payau, sedangkan sidat hidup di laut dan perairan tawar. Meskipun demikian, kedua anggota kelas Actinopterygii ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga banyak dibudidayakan di beberapa negara seperti Jepang, Cina, Perancis dan Indonesia.
Belut Sawah
    Seperti sidat, belut memiliki tubuh yang panjang, ramping dan licin. Panjang tubuhnya mencapai 20-150 cm. Ikan ini tidak memiliki sirip dada dan sirip pinggul. Sirip punggung dan sirip anusnya termodifikasi menjadi bubungan berdaging.
    Belut memiliki mata yang berukuran kecil dan mulut yang lebar. Kulitnya berwarna kecokelatan dan tidak bersisik. Insang belut tidak berkembang sempurna. Bagian ini hanya memiliki satu lubang insang yang berukuran kecil. Belut menyerap oksigen melalui membram tenggorokan dan usus.
Belut Laut

Belut Padi
    Bangsa belut (Synbranchiformes) terdiri dari 3 famili (suku) yaitu Synbranchidae, Chaudhuriidae dan Mastacembelidae. Ketiga famili tersebut beranggotakan sekitar 15 genus dan 99 spesies. Spesies belut yang sering dijumpai antara lain adalah belut kali atau belut laut (Macroterma caligans), belut rawa (Synbranchus bengalensis), dan belut padi atau belut sawah (Monopterus albus). Belut padi bertahan hidup selama musim kemarau dengan cara membuat lubang di dalam lumpur atau tanah yang lembab.
Belut Sawah
Protandrous Hermaphrodite
    Belut aktif mencari pakan pada malam hari. Ikan ini gemar memangsa hewan-hewan kecil seperti larva ikan, cacing dan udang. Belut bersifat protandrous hermaphrodite, artinya dapat berganti kelamin dari betina menjadi jantan. Proses reproduksinya berlangsung selama musim hujan. Belut mampu bertelur lebih dari satu kali. Dalam sekali bertelur, belut betina menghasilkan sekitar 40 telur yang berdiameter sekitar 1,2 - 1,5 mm. Telur tersebut memiliki sepasang filamen atau benang tipis yang berfungsi sebagai alat pelekat pada dasar perairan.

Sidat
    Sidat adalah kelompok ikan dari bangsa Anguilliformes yang bertubuh panjang dan lentur seperti ular. Hewan ini memiliki sirip anus dan sirip punggung yang bergabung dengan sirip ekor. Beberapa spesies sidat memiliki sisik, namun spesies lain tidak bersisik. Ukuran ikan ini bervariasi menurut spesies, mulai dari 10 cm sampai 3 m dengan bobot mencapai 65 kg.
Sidat Eropa
Katadromus
    Dari 19 famili sidat, 4 famili yang terkenal adalah sidat air tawar (Angulidae), sidat ular (Ophichthidea), sidat morena atau sidat moray (Muraeinidae), dan sidat konger (Conridae). Seperti namanya sidat air tawar mnghabiskan sebagian besar hidupnya di perairan tawar. Namun sebagai hewan Katadromus, sidat ini akan menuju ke laut untuk bertelur. Contoh sidat air tawar adalah sidat Indonesia (Anguila bicolor bicolor) dan sidat eropa (Anguila anguila).
    Meskipun hidup di laut, sidat ular dapat berenang sampai ke sungai. Ikan yang ekornya mirip paku tajam ini berukuran kurang dari 90 cm. Contoh sidat ular adalah sidat cacing kepala pendek (Scolecenchelys breviceps).
    Sidat murena hidup di laut. Ikan yang tidak bersisik ini sering dijumpai  di terumbu karang atau pantai berbatu.  Contoh sidat morena adalah sidat murena Atlantik (Gymnothorax funebris) dan sidat morena helena (Muraena Hilena)
    Adapun sidat konger menghuni wilayah laut Tengah, Samudera Atlantik dan indo pasifik.Ikan katrodimas ini dapat tumbuh sampai 2,7 m, dengan bobot 38 kg. Contoh sidat konger adalah sidat konger biasa (Conger conger) dan sidat konger Afrika (Konger cinareus).

Katadromus

BELALANG : SERANGGA PENGHUNI RERUMPUTAN

     Belalang adalah nama umum dari beberapa serangga yang mencakup ordo Orthoptera (misalnya walang dan jangkrik), Dictyoptera (misalnya belalang sembah), dan Phasmida (belalang daun). Sebagian besar anggota belalang memiliki dua pasang sayap dan mulut tipe pengunyah.
 Belalang Sembah
    Belalang hidup di semua tempat, kecuali di daerah yang sangat dingin. Bagian belakang kepalanya memiliki struktur berbentuk pelana atau pronotum yang berfungsi untuk melindungi dada bagian depan. Belalang banyak melakukan aktivitas pada siang hari. Makanannya berupa rumput dan dedaunan. Karena gemar memakan tumbuh-tumbuhan, belalang sering merusak tanaman pertanian dan menyebabkan gagal panen.
Belalang Daun

Anatomi
    Belalang merupakan penerbang yang aktif. Kelompok serangga ini umumnya memiliki dua pasang sayap. Sepasang sayap luar berfungsi untuk melindungi sayap dalamnya yang lunak dan berbentuk kipas. Pada saat melompat, sayap belalang akan terbuka. Belalang mempunyai tungkai belakang yang panjang dan kuat. Ketika bersiap-siap untuk melompat, tungkai belakang belalang akan meregang, sedangkan badannya langsung melejit kedepan dengan gerakan tendangan. Tungkai belalang dilengkapi dengan duri-duri. Duri ini berfungsi sebagai senjata untuk melukai mangsa atau lawannya.
Anatomi Belalang

Perkembangbiakkan
    Belalang betina meletakkan telurnya di dalam tanah atau di permukaan tumbuhan dengan alat yang disebut ovipositor. Telur akan terdorong ke luar ketika otot-otot perut belalang betina meregang. Telur tersebut kemudian menetas kembali menjadi larva yang disebut nimfa. Meskipun belum memiliki sayap, namun bentuk nimfa sudah menyerupai induknya. Nimfa belalang makan dengan rakus selama masa pergantian kulit. Setelah berganti kulit hingga enam kali, nimfa akan berubah menjadi belalang dewasa yang bersayap sempurna.

Walang
    Walang adalah nama umum yang digunakan untuk menyebut anggota suku Acrididae dan Tettigoniidae dari ordo Orthoptera. Kelompok belalang tropis ini hidup secara berkelompok. Setiap tahunnya walang bisa bereproduksi sebanyak tiga kali. Hal ini terjadi karena vegetasi hijau tumbuh sepanjang tahun di daerah tropis sehingga tumbuhan ini menjadi sumber pakan bagi walang. Walang biasanya bertelur pada suatu tempat dan kemudian terbang secara berkelompok ke daerah lain yang subur.
Walang hijau

Jangkrik
    Jangkrik adalah kelompok serangga yang berkerabat dekat dengan walang. Anggota suku Gryllidae ini dapat memproduksi bunyi yang khas. Meskipun beberapa kelompok belalang dapat menghasilkan bunyi yang serupa dengan jangkrik, namun keduanya mempunyai tehnik yang berbeda dalam mengeluarkan bunyi tersebut. Belalang akan menggesek-gesekan paha belakang dengan sayapnya untuk menghasilkan bunyi. Adapun bunyi jangkrik berasal dari gesekan tepi belakang sayap depan sebelah kiri dengan sederet gerigi pada sayap kanannya. Tidak semua belalang dan jangkrik dapat menghasilkan bunyi karena kemampuan ini hanya dimiliki oleh belalang dan jangkrik jantan saja. Bunyi khas tersebut merupakan salah satu cara pejantan untuk menarik perhatian betina. Berbeda dari anggota belalang pada umumnya, jangkrik lebih banyak melakukan aktivitasnya pada malam hari. Pada siang hari, hewan ini tinggal di dalam lubangnya. Pakan jangkrik tidak hanya berupa tumbuhan. Sebagai contoh, jangkrik semak gemar memakan dedaunan dan serangga-serangga kecil seperti kutu daun.
Jangkrik
Belalang Sembah
    Belalang sembah merupakan serangga anggota ordo Dictyoptera yang umumnya hidup di kawasan tropis. Nama belalang sembah berasal dari kebiasaan serangga ini ketika menunggu mangsa. Posisi tungkai depannya terangkat ke atas sehingga tampak seolah-olah sedang menyembah.
    Sebagai hewan karnivora, belalang sembah hidup dengan memangsa serangga lain. Dengan bantuan matanya yang tajam, belalang sembah dapat mendeteksi gerakan serangga lain yang ada di dekatnya. Belalang sembah juga dapat memakan sesamanya. Hal ini sering membuat perkawinan belalang sembah berakhir dengan kematian bagi belalang jantan karena dimangsa betina.
    Belalang sembah umumnya bertubuh panjang dan pipih. Banyak spesies belalang sembah yang bersayap, tetapi ada juga spesies yang tidak memiliki sayap. Berkat warna dan bentuk tubuhnya, belalang sembah memiliki kemampuan menyamar dengan baik. Beberapa spesies diantaranya mirip sekali dengan daun, sedangkan spesies yang lain tampak seperti tangkai tanaman. Kamuflase ini membuat keberadaan belalang sembah sulit dilacak predator, khususnya burung.
    Meskipun secara lahiriah tampak sangat berbeda, sebenarnya belalang sembah masih kerabat dengan kecoa. Seperti kecoa, belalang sembah juga menyimpan telur di dalam pundi-pundi (ootheca) yang dilekatkan pada tanaman. Masing-masing spesies menghasilkan pundi-pundi yang bentuknya khas. Umumnya terdapat sekitar 30-300 butir telur dalam setiap pundi. Telur-telur tersebut akan menetas 3-6 bulan kemudian.
Belalang Sembah
Serangga Ranting dan Belalang Daun
    Serangga ranting (stick insect) dan belalang daun (leaf insect) merupakan kelompok serangga yang diklasifikasikan ke dalam ordo Phasmida. Keduanya sering dijumpai di hutan-hutan tropis dan subtropis atau di daerah padang rumput. Pakan serangga ranting dan belalang daun berupa daun-daun, bunga atau kulit kayu.
    Panjang tubuh serangga ranting bervariasi. Species terkecil adalah Timema critinae yang panjangnya sekitar 11 mm. Adapun spesies terbesar adalah Phobaeticus kirbyi yang panjangnya sekitar 11 mm. Adapun spesies terbesar adalah Phobaeticus kirby yang panjangnya 300-550 mm. Belalang daun terbesar adalah Phyllium gigantium yang panjangnya mencapai 113 mm. Adapun belalang daun terkecil adalah Nanophyllium pygmaeum yang panjangnya 28 mm.
    Seperti namanya, serangga ranting memiliki bentuk tubuh yang panjang dan ramping dengan warna hijau atau cokelat sehingga mirip dengan ranting tanaman. Adapun belalang daun memiliki bentuk tubuh yang pipih dengan sayap terpampang lebar sehingga menyerupai daun. Bentuk tubuh tersebut sangat berguna untuk membaur dengan lingkungan di sekitarnya. Dengan penyamaran itu, Phasmida dapat terhindar dari para pemangsanya.
Serangga ranting

Perkembangbiakkan Phasmida
    Meskipun kelompok Phasmida umumnya berkembang biak secara seksual, namun serangga ini bisa bereproduksi secara Parthenogenesis. Jika tidak ada pejantan, serangga betina dapat menghasilkan telur fertil tanpa melalui proses pembuahan. Pada reproduksi seksual, pembuahan terjadi  melalui proses pertukaran spermatofor (kantung sperma) dari jantan ke betina.
    Berbeda dari belalang sembah, telur Phasmida tidak dilekatkan pada daun, melainkan dibiarkan terjatuh ke tanah. Telur tersebut memiliki struktur mirip topi pet di bagian atas, yang disebut operkulum. Telur phasmida biasanya akan dibawa oleh semut untuk dimakan. Akan tetapi semut hanya memakan bagian operkulum, sedangkan bagian telur yang lain dibiarkan menetas.
   Nimfa atau serangga muda memerlukan waktu sebulan sampai lebih dari setahun untuk menetas. Nimfa phasmida ini memiliki kemiripan bentuk dengan individu dewasa. Nimfa tersebut mengalami pergantian kulit sebanyak 6-7 kali. Selama fase nimfa berlangsung, anggota anggota tubuh phasmida yang hilang dapat ditumbuhkan kembali pada saat pergantian kulit.
Phasmida

Rabu, 23 November 2016

BANGKONG DAN KODOK

    Bangkong merupakan istilah umum bagi kelompok katak dari suku Bufonidae, sedangkan kodok merupakan istilah umum bagi kelompok katak dari suku Ranidae. Akan tetapi kedua istilah tersebut sering dipakai untuk menyebut semua katak dari ordo Anura, baik yang berkulit kaar dan hidup di darat maupun yang berkulit mulus dan hidup di dekat air. Bangkong dan kodok tersebar hampir di seluruh dunia, kecuali di wilayah Antartika dan di sejumlah kepulauan samudera.
    Pada umumnya, bangkong dan kodok mengalami dua tahap siklus hidup. Telur bangkong dan kodok akan menetas menjadi berudu yang mirip dengan ikan. Setelah mengalami metamorfosis, berudu akan tumbuh menjadi bangkong atau kodok dewasa. Dalam satu kali bertelur, bangkong dan kodok mampu menghasilkan ribuan telur yang terbungkus dengan selaput bening. Selaput tersebut berfungsi untuk melindungi telur dari para predator serta menjaga agar telur tersebut tetap basah.
 Katak
Bufonidae
    Suku Bufonidae (bangkong sejati) beranggotakan lebih dari 17 genus yang tersebar di sejumlah wilayah dunia, kecuali Madagaskar dan Australia. Bufo merupakan genus terbesar yang anggotanya antara lain mencakup bangkong biasa (Bufo bufo), bangkong amerika (Bufo americanus) dan bangkong punggung bergaris (Bufo calamita).
    Panjang tubuh bangkong berkisar dari 20 mm sampai lebih dari 25 cm. Berbeda dari anggota ordo Anura yang lain, bangkong memiliki bentuk badan yang lebih lebar dan kaki belakang yang lebih pendek. Salah satu ciri khas dari hewan ini adalah kulitnya yang kering dan berbintil-bintil. Bintil-bintil kulit tersebut mengandung racun yang terkenal sebagai bufotoksin. Racun tersebut diproduksi oleh sepasang kelenjar paratoid yang terletak di belakang kepala. Selain itu, sebagian besar bangkong memiliki warna kulit yang kusam. Meskipun demikian, beberapa jenis bangkong seperti Bufo periglenes dan Atelopus varius memiliki warna kulit yang cerah.
    Bangkong memiliki naluri tajam untuk pulang ke tampat tinggalnya semula. Sebagai hewan noktural, bangkong sering bersembunyi di lubang-lubang tembok, pipa-pipa air, atau celah-celah batu pada siang hari. Pada malam hari, hewan ini aktif mencari serangga atau hewan-hewan kecil yang bergerak. Di daerah subtropis, bangkong menjalani masa hibernasi pada musim dingin. Hewan ini, mengubur dirinya di dalam air atau di dalam tanah, baik sendiri maupun secara berkelompok.

Ranidae
    Suku Ranidae (kodok sejati) mencakup lebih dari 35 genus dan 600 spesies, diantaranya kodok biasa (Rana temporaria), kodok hijau (Rana clamitans), dan kodok banteng afrika (Pyxicephalus adspersus). Ukuran hewan ini berkisar dari 20 mm sampai 30 cm. Kodok hutan (Rana sylvatica) merupakan spesies terkecil, sedangkan kodok goliath (Conraua goliath) merupakan spesies terbesar. Apabila dibandingkan dengan bangkong, kodok memiliki bentuk tubuh yang lebih langsing, kaki belakang lebih panjang, dan kulit lebih halus. Kulit kodok biasanya berwarna cokelat atau hijau. Selain itu, sebagian besar kodok memiliki selaput renang di sela-sela jarinya. Kodok umumnya hidup di perairan atau di daerah yang dekat dengan air. Meskipun demikian, beberapa kelompok kodok hidup di habitat lain, misalnya genus Tornopterna yang hidup di dalam liang dan genus Platymantis yang hidup di hutan.

Kodok Makanan
    Kodok makanan (Rana esculenta) merupakan jenis kodok yang sering dikonsumsi oleh manusia. Kodok ini memiliki kepala pipih yang berbentuk segitiga dengan moncong yang pendek dan runcing. Kodok makanan menghabiskan sebagian besar hidupnya di air. Seperti kodok biasa, kodok makanan memiliki kantong suara yang dapat menggelembung ketika mengeluarkan suara.
Bangkong sawah
 Kodok Hijau
 Budidaya Kodok
Kodok Makanan

Selasa, 22 November 2016

CAPUNG : SERANGGA BERSAYAP TIPIS TEMBUS PANDANG

    Capung adalah kelompok serangga dari sub ordo Anisoptera yang berekor panjang dan memiliki dua pasang sayap tipis tembus pandang. Seperti anggota ordo Odonata lainnya, mulut capung termasuk tipe penggigit dan pengunyah. Hewan ini dapat dijumpai hampir di setiap tempat yang berdekatan dengan perairan tawar, seperti kolam, danau dan sungai.
    Kelompok capung bersifat aerial atau menghabiskan sebagian besar hidupnya di udara. Meskipun demikian, hewan ini juga bersifat akuatik atau hidup di air, terutama pada stadium nimfa (larva). Capung dewasa gemar memangsa serangga kecil, seperti nyamuk, agas, dan ngengat. Capung yang berukuran lebih besar dapat memangsa lebah atau kupu-kupu.
Spesies Capung
    Kelompok capung terdiri dari 2.500 spesies yang memiliki bentuk, corak dan warna bervariasi, misalnya spesies dari genus Aesha, Gomphus, Somatochlora dan Anax. Sebagian besar spesies capung ditemukan di daerah tropis dan sub tropis, seperti di wilayah Amerika Selatan dan Amerika Utara. Wilayah Australia yang jumlah perairan tawarnya sedikit memiliki 302 spesies capung. Adapun di wilayah Indonesia yang banyak memiliki sungai dan danau, capung terdiri dari 757 spesies yang tersebar hampir di setiap pulau.

Mata Faset
    Ukuran tubuh capung berkisar dari 2 cm hingga 13,5 cm. Matanya yang berukuran besar merupakan mata majemuk atau mata faset yang terdiri dari 30.000 mata ommatidia. Mata capung memenuhi seluruh bagian kepala. Antenanya sangat kecil seperti rambut. Sayapnya yang berjumlah dua pasang berbentuk tipis dan memanjang. Sayap bagian belakang umumnya lebih besar daripada sayap bagian depan. Rangka sayapnya berselaput dan memiliki stigma (sel berpigmen). Toraks atau dada capung berukuran kecil dan kompak (menyatu). Abdomen atau bagian perutnya panjang dan langsing. Alat kelamin jantan dan betina terdapat pada bagian abdomennya. Kaki capung yang berjumlah enam buah ditutupi oleh duri-duri halus. Kaki tersebut hanya digunakan sebagai penangkap mangsa ketka terbang dan tidak digunakan untuk berjalan.

Hemimetabola
    Capung mampu terbang dengan kecepatan sekitar 80-90 km perjam. Individu jantan dan betina terbang secara bersama-sama dan kemudian melakukan kopulasi (kawin) di udara. Hewan ini menga-
lami hemimetabola ataumetaforsis tidak sempurna. Telut-telur capung akan diletakkan didalam jaringan tumbuhan, di atas tanah atau di air. Telur yang menetas akan membentuk nimfa atau larva yang bernuansi dan bersifat aquatik. Pada tahap ini organ-organ tubuh capung mulai terbentuk. Semua nimfa capung bersifat karnivora, bahkan kadang-kdang bersifat kanibal  atau memakan kawannya sendiri.
 Capung Biru
 Capung nektar
 Capung semak
Capung komik

Senin, 21 November 2016

BAMBU : TANAMAN YANG BATANGNYA PANJANG BERUAS-RUAS

    Bambu adalah kelompok tumbuhan monokotil dari sub famili Bambusoidaea yang batangnya beruas-ruas sehingga membentuk buluh panjang. Anggota suku Poaceae atau Gramineae (rumput-rumputan) ini tersebar di daerah tropis dan sub tropis, termasuk wilayah Asia Tenggara dan Asia Timur. Hampir semua bagian dari bambu dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai keperluan sehari-hari.
    Sekitar 45 genus dan 480 spesies bambu merupakan tumbuhan perenial (siklus hidupnya lebih dari dua tahunan). Tumbuhan ini biasanya berbentuk semak atau rumpun. Tinggi bambu berkisar dari 15 cm sampai lebih dari 40 m, sedangkan diameter pangkal batangnya mencapai 30 cm. Perbanyakan bambu menggunakan rimpang akar atau potongan buluhnya.
Hutan Bambu
Rebung
    Pohon bambu umumnya berbatang tegak seperti bambu ater (Gigantochloa atter), namun ada juga yang berbatang menjalar seperti bambu eul-eul (Nastus elegantissimus). Ruas batang atau buluhnya memiliki ketebalan yang beragam. Batang bambu memiliki rongga di bagian tengahnya, kecuali bambu buta (Schizostachyum caudatum) yang berbatang pejal (padat). Cabang bambu dapat tumbuh di permukaan tanah dan baru muncul setelah tumbuh sekitar 1,5 - 2 m di atas permukaan tanah. Tunas muda atau rebung bambu selalu dilindungi oleh pelepah batang. Apabila rebung telah tumbuh menjadi buluh, maka pelepah tersebut akan terlepas atau tetap menempel pada batang. Bagian daun terdiri dari tangkai, pelepah dan helaian daun. Tumbuhan ini jarang berbunga. Apabila terdapat pohon bambu yang berbunga, maka bunga tersebut berbentuk bulir atau seperti sikat botol. Bunga bambu biasanya terdapat di ujung atau di sepanjang batangnya.

Jenis Bambu
    Jenis bambu yang dikenal oleh masyarakat indonesia mencakup lebih dari 20 jenis, antara lain bambu betung,  bambu kuning, bambu tali dan bambu jepang. Bambu betung (Dendrocalumus asper) memiliki panjang buluh sekitar 20 m dan diameter sekitar 15 cm. Buluhnya yang tebal digunakan sebagai bahan bangunan, pipa atau saluran air, dan kerajinan tangan. Bambu kuning atau bambu ampel (Bambusa vulgaris) berbatang tegak dengan tinggi 15-20 m dan diameter sekitar 10 cm. Tumbuhan yang berbatang  kuning dan bergaris hijau ini sering dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan kerajinan tangan.  Bambu tali atau bambu apus (Gigantochloa apus) memiliki batang yang berwarna hijau kekuningan dengan garis cokelat kehitaman. Panjang batangnya dapat mencapai 10-20 m. Masyarakat Indonesia biasanya memanfaatkan jenis bambu ini sebagai bahan kerajinan tangan, peralatan rumah tangga dan alat musik. Adapun bambu jepang (Thyrsostachys siamensis) merupakan jenis yang berasal dari Thailand. Di Indonesia jenis ini biasanya dimanfaatkan sebagai tanaman hias.

Manfaat Bambu
   Di Indonesia, bambu sering dimanfaatkan oleh masyarakat terutama masyarakat di daerah pedesaan. Selain berguna untuk menahan erosi tanah, akar bambu juga dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Rebungnya dapat dikonsumsi atau diolah menjadi berbagai macam masakan. Batang atau buluh bambu merupakan bagian yang paling sering dipakai oleh manusia untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai bahan bangunan, kerajinan tangan, dan mebel (furnitur). Bagian daunnya sering digunakan sebagai pakan ternak dan pembungkus makanan, sedangkan bijinya dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan obat tradisional. Adapun serat bambu dari spesies D.strictus dan B.arundinacea digunakan sebagai bahan pembuat kertas.
 Bambu Jepang
 Bambu Kuning
 Bambu Betung
Bambu Tali

BAKAU : TANAMAN PENCEGAH ABRASI

    Bakau adalah tumbuhan khas yang hidup di daerah pesisir, terutama di daerah pantai dan estuari. Tumbuhan ini mempunyai akar tunjang yang tertutup oleh air laut ketika pasang. Selain itu, beberapa jenis bakau juga memiliki pneumatofor atau akar napas yang muncul ke permukaan air dan berfungsi untuk menyerap oksigen.
    Hutan bakau atau mangrove merupakan istilah yang menggambarkan suatu komunitas di daerah pantai dan estuari (perairan tempat air laut bertemu dengan air tawar) Hutan ini didominasi oleh beberapa spesies tumbuhan yang dapat hidup di perairan asin dengan substrat lumpur. Ada sekitar 18 juta hektar hutan bakau di seluruh dunia. Indonesia merupakan negara yang mempunyai komunitas hutan bakau terluas di dunia, yaitu sekitar 8,6 juta hektar. Adapun pulau Papua merupakan daerah yang mempunyai komunitas hutan bakau terluas di Indonesia.
Pengaruh Salinitas
    Tumbuhan bakau terdiri dari beberapa suku, antara lain Rhizophoraceae, Arecacaea, Celastraceae dan Combretaceae. Marga bakau yang paling dominan di Indonesia adalah Rhizopora, Avicennia, Bruguira dan Soneratia. Pertumbuhan bakau umumnya dipengaruhi oleh salinitas atau kadar garam air laut. Tumbuhan ini mempunyai kemampuan untuk menjaga keseimbangan kadar garam, yaitu dengan cara mengeluarkan partikel garam dari sel-selnya dan mengurangi penyerapan garam dari air laut.

Manfaat Bakau
    Hutan bakau memiliki tiga manfaat penting bagi ekosistem pantai. Aspek pertama berkaitan erat dengan manfaat bakau terhadap flora dan fauna di laut. Hutan bakau kaya akan bahan organik sehingga tumbuhan ini digunakan sebagai tempat hidup dan tempat mencari makan bagi hewan-hewan laut seperti ikan, kepiting, udang, dan burung. Aspek kedua berkaitan dengan manfaat bakau terhadap kondisi fisik pantai. Keberadaan hutan bakau sangat berguna sebagai penahan abrasi atau pengikisan batuan oleh air laut. Selain itu, proses intrusi atau perembesan air laut ke daratan juga dapat dicegah dengan adanya hutan bakau. Adapun aspek ketiga berhubungan dengan manfaat bakau terhadap kondisi sosial ekonomi penduduk pantai. Hutan bakau menghasilkan kayu bakar, bahan banunan, bahan baku kertas, tanin, (senyawa kimia untuk penyamakan kulit), bahan makanan, dan obat-obatan.

Kerusakan Hutan Bakau
    Selain faktor alam, kerusakan hutan bakau sebagian besar disebabkan oleh faktor aktivitas manusia. Penebangan liar, pembukaan lahan untuk perumahan, dan pembuatan tambak ikan merupakan contoh kegiatan manusia yang dapat merusak hutan bakau. Saat ini, kerusakan hutan bakau di Indonesia mencapai lebih dari 5,9 juta hektar atau sekitar 68% dari luas total.
    Secara alami, bakau mempunyai kemampuan untuk melestarikan dirinya sendiri. Tumbuhan ini berkembang biak dengan perkecambahan biji. Ketika air laut surut, biji bakau yang jatuh di atas substrat akan berkembang menjadi tunas muda. Proses ini tidak terjadi bila air laut pasang karena biji tersebut akan terendam. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa usaha reboisasi atau penanaman kembali hutan bakau yang rusak membutuhkan waktu cukup lama. Adapun faktor aktivitas manusia dapat mengakibatkan kerusakan hutan bakau yang bersifat permanen.
 Hutan Mangrove
 Pohon Bakau
Hutan Bakau