"SELAMAT DATANG DI BLOG EKOGEO"(Pendidikan, Geografi dan Lingkungan)

Sabtu, 25 Maret 2017

METEOROLOGI

    Meteorologi adalah cabang ilmu yang mempelajari fenomena atmosfer, khususnya cuaca dan kondisinya. Selain itu ahli meteorologi juga melakukan pengkajian terhadap bahan kimia di atmosfer, seperti karbon dioksida dan ozon yang mempengaruhi iklim di bumi.

 Gejala cuaca ekstrem dipelajari dalam Meteorologi
    Kata Meteorologi berasal dari Meteorologica, judul sebuah buku yang ditulis Aristoteles (469-399 SM ; filsuf Yunani kuno). Dalam buku ini Aristoteles menulis hasil pengamatannya mengenai cuaca. Akan tetapi observasi ilmiah tentang cuaca dimulai sejak 1593 ketika Galilei Galileo (1564-1642, ilmuwan astronomi Italia) menemukan sebuah alat sejenis termometer untuk mengukur suhu udara. Pada tahun 1700-an ditemukan peralatan cuaca lainnya untuk mengukur kelembaban udara, angin, tekanan udara dan presipitasi (kandungan kelembaban udara). Pada tahun 1800-an penggunaan peta cuaca memungkinkan ramalan cuaca secara ilmiah.

 Satelit Cuaca
    Pada awal tahun 1900-an Vilhelm Frimann Koren Bjerknes (1862-1951: ahli fisika Norwegia dan perintis meteorologi modern) menemukan zona-zona di dalam atmosfer yang kondisinya dapat berubah sewaktu-waktu yang disebut front. Ahli lainnya adalah Carl-Gustaf Rossby (1898-1957; ahli meteorologi Amerika kelahiran Swedia) yang mempelajari arus angin kencang di kawasan atmosfer, tidak lama setelah Perang Dunia II berakhir (1945).

Observasi
    Meteorologi berguna untuk meramalkan iklim dan cuaca. Ramalan ini berguna bagi petani untuk mengetahui kondisi ketersediaan air, perusahaan penerbangan untuk menentukan kemungkinan penerbangan, serta stasiun radio dan TV untuk mengetahui gangguan siaran. Para ahli meteorologi melakukan observasi cuaca di darat, laut dan udara, dengan menggunakan alat seperti termometer, barometer, dan higrometer untuk mengukur aspek-aspek dasar cuaca. Selain itu digunakan juga balon terbang sebagai pembawa alat-alat observasi ke udara untuk mengukur kondisi atmosfer di ketinggian atmosfer, dan radar yang dipakai untuk menentukan lokasi, ukuran, kecepatan dan arah badai.

Orbit Satelit Cuaca
Satelit Cuaca
    Satelit cuaca atau satelit meteorologi mengambil gambar bumi dari ketinggian atmosfer. Para ahli menggunakan gambar ini untuk membuat diagram gerakan awan. Satelit cuaca juga digunakan untuk mengukur suhu,kelembaban udara dan mendeteksi badai di samudera.
    Komputer juga digunakan untuk meramalkan peta cuaca di seluruh dunia. Perkiraan cuaca dengan komputer disebut ramalan cuaca numerik. Di samping itu teknik komputer juga dapat digunakan untuk meramalkan badai guntur, melakukan riset pengembangan peralatan meteorologi, menganalisis sebab-sebab peristiwa cuaca yang ekstrem (seperti tornado dan banjir), serta mempelajari cara-cara memodifikasi cuaca, misalnya untuk membuat hujan buatan pada musim kemarau.

Tornado api di Amerika Serikat

LONTAR : TUMBUHAN PALEM DI DAERAH BERIKLIM PANAS DAN KERING

   
 Pohon Kelapa, Palem dan Lontar merupakan tanaman serumpun
Lontar, rontal atau siwalan adalah kelompok tumbuhan palem dari genus Borassus yang daunnya dapat digunakan untuk menulis dan membuat sasando (alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur). Lontar tersebar di beberapa negara seperti India, Myanmar, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Selain untuk menulis dan membuat sasando, tumbuhan ini juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti obat, bahan bangunan dan bahan pembuat tali. Buahnya setelah dikupas dapat juga dimakan, rasanya mirip dengan buah kelapa muda. 

 Pohon Lontar
    Tumbuhan lontar termasuk anggota suku Arecaceae atau Palmae dan terdiri dari beberapa spesies seperti Borassus flabellifer dan Borassus aethiopum. Di Indonesia, lontar banyak ditemukan di beberapa wilayah seperti Aceh, Palembang, Bengkulu, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Selatan. Tumbuhan ini biasanya ditanam di dataran rendah, dengan ketinggian tempat sekitar 0-500 m di atas permukaan laut. Lontar memerlukan curah hujan rendah, temperatur udara tinggi dan penyinaran matahari penuh bagi pertumbuhannya.

Daun Lontar
Daun Lontar
    Seperti tumbuhan monokotil umumnya, lontar ditunjang oleh akar serabut. Tinggi tanaman ini mencapai 6-20 m dengan diameter batang sekitar 20-40 cm. Daun lontar berukuran lebar dan berbentuk seperti kipas. Daunnya mempunyai banyak lekukan dengan ujung yang lancip. Bunga tersusun dalam malai atau tandan bunga. Bunga jantan dan betina terpisah pada individu yang berbeda. Buah lontar berbentuk bulat dan berwarna hitam. Bagian ini memiliki serabut yang berwarna kuning dan biji yang keras.

Buah Lontar
Buah Lontar
    Daging buah lontar berwarna putih, kenyal dan berair. Kulit buahnya berserabut, sedangkan biji buahnya berjumlah tiga. Ketika tua, biji buah lontar sangat keras sehingga perkecambahannya memerlukan panas dan kelembaban yang tinggi. Karena itu, tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di daerah panas dan kering, seperti di kepulauan Nusa Tenggara.

Nira Lontar
Nira Lontar
    Hampir semua bagian lontar dapat dimanfaatkan oleh manusia. Batang lontar yang keras dapat digunakan sebagai bahan bangunan dan kayu bakar. Halaian daunnya sering dimanfaatkan untuk membuat atap, tikar dan kerajinan tangan. Adapun serat dari tangkai daun lontar dapat dipintal menjadi tali. Getah tumbuhan ini berguna sebagai bahan perekat. Tandan bunga lontar biasanya disadap untuk diambil niranya. Nira tersebut kemudian diolah menjadi minuman berakohol dan gula merah. Selain itu, bunga lontar juga dimanfaatkan sebagai obat wasir, sakit telinga dan pegal linu. Daging buah lontar dapat dimakan sebagai buah segar, sedangkan serabut buahnya digunakan sebagai pewangi makanan.

Daging buah Lontar
Naskah Kuno
    Sejak abad ke 16, suku-suku bangsa di Indonesia seperti suku Lombok, Bali, Bugis, dan Jawa menggunakan daun lontar untuk menulis berbagai naskah kuno yang menggambarkan kebudayaan dan adat istiadat masyarakat setempat. Naskah tersebut berisi catatan mengenai berbagai hal seperti ramuan obat tradisional, pedoman pembuatan perahu, pedoman pembuatan rumah, pedoman pemakaman, catatan perjanjian dan kumpulan syair atau prosa. Sebelum digunakan untuk menulis naskah, daun lontar biasanya dikeringkan terlebih dahulu. Naskah tersebut kemudian disusun dan dijilid menjadi sebuah buku atau kitab. Bagi masyarakat Bali, pembacaan lontar suci merupakan salah satu bagian dari ritual maligia (upacara kematian).

Naskah Kuno dari Daun Lontar

MOLUSKA : INVERTEBRATA DI PERAIRAN DARAT DAN LAUT

   
     Moluska adalah nama umum untuk menyebut filum Mollusca yang anggota-anggotanya bertubuh lunak dan sebagian besar bercangkang. Kelompok invertebrata ini mencakup lima kelas, yaitu kelas Amphineura, Bivalvia atau Pelecypoda, Gastropoda, Scaphopoda dan Cephalopoda. Pada umumnya kelompok moluska seperti cumi-cumi, kerang, dan siput dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan makanan sumber protein dan lemak.

 Moluska, Siput Snail
   Ada sekitar 50 ribu spesies moluska yang menghuni habitat laut, perairan tawar dan daratan. Sebagian dari anggota Gastropoda dan Amphineura (terutama chiton) merupakan herbivora yang memakan tumbuhan darat, tumbuhan air, dan rumput laut. Kelompok Bivalvia pada umumnya menyaring materi organik dan air untuk mendapatkan makanannya. Adapun anggota Cephalopoda dan sebagian dari anggota Gastropoda merupakan hewan karnivora yang memangsa hewan lain.

Siput Laut
Lapisan Mantel dan Rongga Mantel
    Tubuh Moluska pada umumnya memiliki lapisan mantel dan rongga mantel. Lapisan mantel pada sebagian besar anggota moluska menyekresikan kalsium karbonat (CaCO3) sebagai bahan pembuat cangkang. Cangkang tersebut digunakan untuk melindungi tubuh moluska yang lunak dan berlendir. Pada Cephalopoda (misalnya cumi-cumi), cangkang hanya terdapat di bagian dalam tubuhnya. Rongga mantel pada moluska terletak di antara mantel dan tubuhnya. Rongga tersebut berisi lembaran insang atau ctenidia (alat penyaring), kelenjar lendir atau kelenjar hipobrankial (hypobranchial glands) serta muara saluran pencernaan, ekskresi dan reproduksi.

Siput darat
Pertahanan Diri
    Sebagian besar moluska memiliki penglihatan yang buruk, namun mata Cephalopoda telah dilengkapi dengan lensa dan retina seperti pada mata vertebrata. Beberapa anggota Gastropoda memiliki penciuman yang tajam sehingga mampu mendeteksi keberadaan predator melalui sensor kimiawi sehingga dapat menghindar dengan cepat.
    Pertahanan diri pada moluska berlangsung dengan berbagai cara. Bersembunyi di dalam cangkang merupakan cara yang paling umum dilakukan, selain mengubur diri di dalam substrat. Selain itu, kelompok Gastropoda dan Scaphopoda memanfaatkan lendir yang disekresikan oleh bagian mantel untuk menghadapi predator. Moluska juga memanfaatkan sekresi senyawa racun dan tinta yang dihasilkan oleh organ tertentu untuk melumpuhkan pemangsanya.

Moluska : Chiton
Fertilisasi Eksternal
    Masing-masing individu pada moluska pada umumnya memiliki jenis kelamin yang berbeda, kecuali pada anggota Gastropoda yang bersifat hermaprodit. Fertilisasi kelompok hewan ini berlangsung secara eksternal. Larva yang dihasilkan akan berenang dan kemudian menetap di dasar air sampai tumbuh menjadi dewasa. Beberapa kelompok moluska seperti tiram memasukkan anak-anaknya ke dalam rongga mantel sehingga terlindung dari predator.


Radula
    Pada umumnya,sistem pencernaan moluska dilengkapi dengan rahang berbentuk lidah yang disebut radula, perut, dan sepasang kelenjar pencernaan. Sistem syarafnya terdiri atas sebuah cincin saraf (ganglia) dengan sepasang batang saraf yang menuju ke bagian kaki dan visera (organ-organ dalam). Cincin syaraf pada moluska biasanya berkembang menjadi otak dengan berbagai organ pengindera. Jantung yang terletak di bagian belakang tubuhnya berfungsi untuk memompadarah ke bagian rongga utama tubuhnya.

Moluska yang merugikan
    Selain menguntungkan, beberapa jenis moluska juga dapat merugikan manusia. Bekicot (Achatina fulica) bisa menjadi hama tanaman pertanian. Adapun siput air tawar (Lymnaea) bisa menjadi perantara bagi cacing hati (Fasciola hepatica).

Sumber : Ensiklopedia Umum Untuk Pelajar