Selasa, 29 Juni 2010

BUAYA : REPTILIA PENGHUNI SUNGAI

    Buaya adalah kelompok reptilia dari bangsa Crocodilia yang terdiri dari tiga suku, yaitu Alligatoridae (aligator dan kaiman), Crocodilidae (buaya biasa) dan Gavialidae (gavial). Karnivora ini mampu menyesuaikan diri untuk hidup di perairan tawar dan asin serta di darat. Saat ini, buaya tersebar di daerah tropis dan subtropis.
    Tubuh buaya ditumbuhi sisik perisai dari bahan tanduk yang bagian bawahnya dilapisi sisik tulang. Tungkai belakangnya lebih panjang daripada tungkai depan. Ketika berenang, kaki buaya terlipat. Jari-jari kakinya berselaput. Kepalanya pipih dan moncongnya panjang. Lubang hidung dan mata buaya terletak pada bagian atas kepala sehingga air dapat merendam hampir seluruh tubuhnya tanpa mengganggu organ pernapasan dan alat penglihatannya.
Telur Buaya
    Ketika masih kecil, buaya memangsa cacing, ketam, dan amfibi. Setelah dewasa, buaya mampu memangsa mamalia yang berukuran sedang seperti babi hutan, dan anjing. Jenis kelaminnya sulit untuk dibedakan. Betina biasanya bertelur di darat dan bisa menghasilkan 100 butir telur. Sarang untuk meletakkan telur dapat berupa lubang atau gundukan lumpur. Induk buaya akan melindungi telur-telurnya dengan cara menutupinya dengan ranting atau menguburkannya di dalam lumpur. Induk betina menjaga telur tersebut sampai menetas. Induk buaya membawa anak-anaknya dengan cara memasukkannya ke dalam mulut.
Aligator dan Kaiman
    Suku Alligatoridae mencakup aligator (genus Alligator) dan kaiman (genus Caiman melanosuchus dan paleosuchus). berbeda dengan buaya lain, aligator tidak memiliki gigi bawah yang dapat dilihat ketika mulutnya dikatupkan. Aligator mampu merobek mangsanya dengan cara membanting atau memutarnya berkali-kali kedalam air. Kelompok buaya ini terdiri dari dua spesies yaitu Aligator Missisiphi (Alligator Mississiphiensis) dan aligator cina (Alligator sinensis). Adapun kaiman memiliki ciri-ciri yang umum dengan buaya lain, namun ukuran tubuhnya lebih kecil dan memiliki mulut yang lebih lebar.
 Kaiman
Aligator

Buaya Biasa
    Perbedaan antara buaya biasa (suku Crocodilidae) dan suku Alligatoridae terletak pada giginya. Pada buaya biasa,gigi keempat di setiap sisi rahang bawah dapat terlihat ketika mulutnya dikatupkan. Buaya biasa terdiri dari3 genus dan 13 spesies, antara lain buaya nil (Crocodilus niloticus), buaya muara atau buaya air asin (Crocodilus porosus). buaya sepit (Tomistoma schlegelii) dan buaya kerdil (Osteolaemus tetraspis). Buaya nil dapat dijumpai di wilayah Afrika bagian selatan, termasuk madagaskar dan Seycheles. Panjang buaya ini mencapai 6 m, sedangkan bobotnya mencapai 1 ton. Buaya muara atau buaya air asin tersebar luas mulai dari perairan srilanka sampai kekepulauan Fiji. Panjang tubuhnya mencapai 7 m, namun  tidak memiliki sisik lebar pada tengkuknya. Buaya sepit hidup di semenanjung malaya, sumatera dan kalimantan. Spesies ini memiliki moncong yang runcing dan sempit. Buaya kerdil yang berasal dari Afrika Barat dan Afrika Tengah memiliki moncong yang sangat pendek. Selain itu, panjang tubuh buaya kerdil hanya mencapai 1,7 m.
Buaya Muara

Gavial
    Suku Gavialidae hanya terdiri dari 1 genus dan 1 spesies, yaitu gavial India (Gavialis gangeticus). Gavial memiliki moncong yang sangat panjang dan menyerupai paruh. Moncongnya berbentuk pipih dengan gigi-gigi yang tajam. Pada bagian ujung moncong gavial melebar sehingga berbentuk segi delapan. Ketika menetas, anak gavial berukuran sekitar 38 cm dengan panjang moncong hanya sekitar 3-4 cm. Jenis buaya yang hidup di sungai-sungai india ini sering menyerang manusia.
Gavial

Rabu, 23 Juni 2010

TRENGGILING : MAMALIA BERSISIK

    Trenggiling adalah kelompok mamalia bersisik dari genus Manis yang gemar makan semut dan rayap. Anggota suku Manidae ini hidup di kawasan tropis Asia dan Afrika. Karena keberadaannya terancam oleh perburuan, perdagangan ilegal dan kerusakan habitat, maka trenggiling ditetapkan sebagai hewan yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-undang RI N0.5/1990 dan Peraturan Pemerintah RI No. 17 tahun 1999.
    Trenggiling diperkirakan hidup sejak periode Pleistosen sekitar 10.000 - 2.500.000 tahun yang lalu. Pada awalnya, trenggiling dikelompokkan ke dalam ordo Edentata bersama dengan pemakan semut (anteater) dan armadilo. Akan tetapi karena berbeda secara anatomi, maka trenggiling dikelompokkan kedalam ordo yang terpisah, yaitu Pholidota.

Trenggiling Jawa
Sisik Kulit
    Sebagian besar tubuh trenggiling tertutup sisik kulit yang tersusun seperti genteng, kecuali bagian perut, tenggorokan dan kepala. Sisik tersebut berwarna kuning kecokelatan atau cokelat kehitaman. Hewan ini memiliki kepala berbentuk kerucut serta mata dan telinga berukuran kecil. Kaki trenggiling dilengkapi dengan cakar penggali. Trenggiling yang hidup di tanah mempunyai ekor berotot kuat. Panjang ekornya hampir sama dengan panjang tubuhnya. Adapun trenggiling yang hidup di pohon mempunyai ekor yang lebih panjang daripada tubuhnya. Ekor tersebut digunakan untuk berpegangan ketika memanjat pohon.

 Trenggiling Afrika
Pemakan Semut dan Rayap
    Trenggiling merupakan hewan pemakan semut dan serangga. Sebagian besar trenggiling aktif mencari makan pada malam hari, sedangkan sebagian yang lain mencari makan pada siang hari. Ketika mencari makan, cakar penggali pada trenggiling digunakan untuk membongkar gundukan sarang semut dan rayap. Hewan ini kemudian menangkap mangsa dengan lidahnya yang panjang dan lengket. Pakan yang telah menempel di lidah akan dihaluskan dan dicerna setelah sampai di lambung.
    Trenggiling pohon bersisik kecil dapat memakan serangga sampai 200 gram setiap malamnya. Trenggiling yang lebih besar biasanya tidak puas hanya makan serangga, karena itu juga mereka memakan berbagai jenis semut dan rayap yang lalu lalang pada malam hari.

 Trenggiling Pohon
Anak Trenggiling
    Trenggiling dapat hidup sendiri atau berpasangan. trenggiling yang hidup sendiri misalnya adalah spesies yang hidup di Afrika. Adapun spesies yang hidup di Asia tampak tinggal berpasangan di lubang atau gua bawah tanah. Trenggiling betina biasanya melahirkan seekor anak. Ketika dilahirkan, anak trenggiling memiliki sisik yang lunak. Sisik ini akan menebal setelah berumur dua hari. Anak trenggiling selanjutnya akan digendong di bagian ekor atau punggung induknya. Masa hidup hewan ini dapat mencapai 12 tahun.

Induk Trenggiling dan Anaknya
Beberapa Spesies Trenggiling
  1. Trenggiling India (Manis crassicaudata) terdapat di India dan Srilanka
  2. Trenggiling Cina (Manis Pentadacthyila) terdapat di Taiwan dan Cina
  3. Trenggiling Jawa (Manis Javanica) terdapat di Indonesia, Malaysia, Laos, Kamboja,Vietanam
  4. Trenggiling Pohon (Manis tricuspis) terdapat di Afrika tengah
  5. Trenggiling ekor panjang (Manis Tetradactyla) terdapat di Afrika
  6. Trenggiling raksasa (Manis gigantea) terdapat di Afrika
  7. Trenggiling temminch (Manis temmincki) terdapat di Afrika Timur

BURUNG RHEA : BURUNG BESAR TUNA TERBANG

    Rhea adalah nama burung besar tidak terbang dari Amerika Selatan. Burung rhea termasuk ke dalam suku famili Raeidae dan bangsa ordo Rheiformes. Burung ini masih merupakan kerabat burung unta. Rhea dikenal juga dengan sebutan burung unta Amerika Selatan. Hanya ada dua spesies burung rhea di dunia, yaitu rhea biasa (Rhea americana) yang merupakan spesies yang lebih besar dan rhea kecil atau rhea Darwin (Pterocnemia pennata) yang berukuran lebih kecil.
    Burung Rhea tergolong ke dalam kelompok burung tidak terbang dan tidak memiliki lunas pada tulang dadanya. Rhea memiliki tinggi 120-150 cm dengan bobot mencapai sekitar 25 kg. Bulunya berurai agak kedodoran dengan sayap agak lebih besar dibandingkan dengan burung tidak terbang lainnya. Tungkai rhea panjang dan kuat serta kakinya hanya memiliki 3 jari. Meskipun tidak dapat terbang, Rhea mampu berjalan dengan cepat.

 Sepasang Burung rhea
 Rhea Biasa dan Rhea Kecil
    Hanya ada dua spesies burung rhea di dunia saat ini, yaitu rhea biasa dan rhea kecil. Rhea biasa (Rhea americana) yang merupakan spesies yang lebih besar, adalah burung berwarna cokelat abu-abu dengan bulu ekor putih, tetapi kadang-kadang ada juga yang bulu ekornya tidak putih. Spesies ini tersebar di wilayah Brazil bagian timur laut hingga Argentina bagian tengah. Lebih jauh ke barat terdapat rhea kecil (Pterocnemia pennata). Rhea kecil juga sering disebut dengan rhea darwin. Ukuran tubuhnya lebih kecil daripada rhea biasa dengan tubuh berbintik-bintik putih. Tidak ada perbedaan warna antara jantan dan betina.

 Kawanan Burung rhea

Pakan dan Perkembangbiakan
    Rhea merupakan hewan yang hidup berkoloni dengan kelompok terdiri dari 20-30 ekor atau lebih. Burung ini hidup di padang rumput (pampa) dan pedalaman bersemak. Mereka sering pula berada di sekitar sungai dan rawa-rawa. Makanan rhea adalah biji-bijian, akar-akaran, serta serangga seperti siput dan belalang. 
    Rhea memiliki suara yang cukup baik. Rhea jantan biasanya akan menyuarakan bunyi seperti raungan ketika merangsang betina. Pada saat demikian, sayapnya juga akan direntangkan. Burung Rhea bersifat poligami, dan seekor rhea jantan dapat memiliki pasangan hingga 6-8 ekor betina. Induk rhea dapat menghasilkan telur sampai 20 butir, tetapi telurnya banyak yang sia-sia karena kerap ditinggalkan di sembarang tempat, sebelum sarangnya sempat dibangun.
 Rhea jantan mengerami telur betina
    Sarang rhea sendiri berupa lubang di dalam tanah yang dibuat oleh rhea jantan. Sarang tersebut dilapisi dengan bahan dari tanam-tanaman kering dan tempatnya biasanya tersembunyi. Semua Rhea betina yang menjadi pasangan dari seekor rhea jantan akan menempatkan telur mereka dalam sarang yang sama. Sebuah sarang rhea berisi antara 20-30 butir telur. Rhea jantanlah yang kemudian akan mengerami telur-telur tersebut selama sekitar 35-40 hari. Anak rhea yang lahir berwarna abu-abu dengan garis-garis gelap. Anak rhea ini nantinya akan meninggalkan sarang bersama ayahnya dan ia akan menjadi dewasa penuh saat berusia sekitar 5 bulan.
Burung Rhea dan anak-anaknya

Mirip Burung Unta
    Burung rhea sepintas lalu mirip dengan burung unta dari Afrika. Bedanya adalah burung unta memiliki jari kaki dua buah, sedangkan rhea memiliki jari kaki tiga buah, dengan kepala, leher, dan pahanya berbulu. Meskipun demikian, ketika sedang berlari di sepanjang pampa, rhea terlihat sangat mirip dengan burung unta berukuran kecil.

Pengelana
    Meskipun tidak dapat terbang, rhea adalah burung yang pandai berenang. Jika berada dalam keadaan bahaya, burung rhea akan lari tunggang langgang dengan cepat atau menyuruk. Rhea juga merupakan burung pengelana. Mereka tidak bermigrasi, namun berkelana mengarungi jarak yang sangat jauh, terutama ketika di luar musim mengeram.

Rabu, 09 Juni 2010

BUNGA MATAHARI

 
Bunga matahari adalah kelompok tumbuhan terna setahun dari genus Helianthus yang memiliki struktur bunga tabung dan bunga pita. Anggota suku Asteraceae ini bermahkota banyak dan berwarna kuning terang ketika mekar. Bunga matahari menghasilkan biji yang kaya akan kandungan vitamin E sehingga dapat dikonsumsi secara langsung atau diolah menjadi minyak biji matahari.
Hamparan bunga Matahari di Jepang
    Bunga matahari mencakup sekitar 60 spesies, termasuk bunga matahari biasa (H.annuus) dan artikok yerussalem atau jerusalem artichoke (H.tuberosus). Tanaman ini tumbuh secara optimum pada daerah yang mendapatkan penyinaran matahari langsung. Selain itu, bunga matahari juga memerlukan kelembaban udara sekitar 80-90% bagi pertumbuhannya. Di Indonesia, bunga matahari dapat dijumpai hampir di semua tempat, tetapi budidaya dalam skala besar masih jarang dilakukan.
 Hamparan bunga matahari di Hokkaido
Bunga Tabung dan Bunga Pita
    Tinggi batang bunga matahari dapat mencapai 90-350 cm. Batangnya kecil, berbulu kasar, dan biasanya tidak bercabang. Daun bunga matahari berbentuk lanset (bulat panjang), berujung runcing dan berbulu halus. Panjang daunnyamencapai 8-14 cm, sedangkan lebarnya sekitar 4-6 cm. Bagian bunga yang berdiameter sekitar 20-30 cm merupakan gabungan dua macam bunga, yaitu bunga tabung atau bunga cakram dan bunga pita. Bunga tabung mempunyai mahkota yang berbentuk tabung dan berukuran kecil. Bunga yang berkelompok di bagian tengah ini membentuk struktur yang mirip dengan cakram. Masing-masing bunga tabung memiliki satu butir biji. Adapun bunga pita mempunyai mahkota yang berwarna kuning terang atau oranye. Kelompok bunga pita tersusun melingkari bunga tabung. Bunga matahari yang telah tua akan menggugurkan mahkota bunga pitanya, sedangkan bunga tabung tetap membalut biji. Biji bunga matahari berwarna putih kecokelatan, berbentuk lonjong, dan meruncing pada bagian ujung.
Bunga Matahari

Kandungan Vitamin
    Selain sebagai tanaman hias, bagian-bagian dari bunga matahari dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Daun dan batang bunga matahari sering dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sedangkan bunganya digunakan sebagai bahan pewarna kuning. Bagian tanaman yang paling sering digunakan oleh manusia adalah bijinya. Biji bunga matahari mengandung beberapa komponen kimia seperti karbohidrat, protein, lemak, minyak asiri, maupun vitamin A, B1, B12, dan E. 
    Biji yang dikeringkan dapat diolah menjadi minyak biji matahari dan kuaci. Hasil penyulingan minyak biji matahari digunakan sebagai bahan pengolah makanan karena memiliki kualitas yang hampir sama dengan minyak zaitun. Adapun sisa penyulingan minyak biji matahari dimanfaatkan dalam pembuatan sabun dan lilin. Argentina, Rusia, Ukraina, Perancis, Amerika Serikat, dan Cina merupakan negara-negara penghasil biji matahari terkemuka di dunia. Umbi akar dari artikok yerusalem dapat diolah menjadi sayuran dan pakan ternak. Selain itu, umbi artikok yerusalem merupakan sumber bahan inulin ( polisakarida yang memiliki rasa manis ) dan juga levulosa (fruktosa).
Biji dan kelopak bunga matahari

Bunga Persembahan
    Di Amerika latin, bunga matahari merupakan simbol cinta dan kehormatan. Di India, bunga matahari dipakai untuk merayakan hari kebesaran dan menghormati pahlawan. Sebagian masyarakat Indonesia mengaitkan bunga matahari dengan mitos. Contoh : masyarakat di wilayah Jawa Barat menanam bunga matahari di depan rumah sebagai penolak bala. Di Jawa Tengah, bunga matahari dipercaya sebagai pembawa kedamaian, kebahagiaan, dan keharmonisan di dalam rumah tangga. Di Jawa Timur, bunga matahari dijadikan sebagai bunga persembahan dalam upacara Kasada pada masyarakat Hindu di Tengger, kabupaten Probolinggo.
Bunga matahari bermekaran