Rabu, 28 Desember 2011

KONSERVASI ALAM : SOLUSI PELESTARIAN ALAM

    Konservasi alam adalah upaya pengelolaan sumber daya alam untuk menjamin kelangsungan hidup manusia di masa kini dan masa mendatang. Pengelolaan sumber daya alam ini mencakup perlindungan flora dan fauna langka. Ada banyak organisasi internasional yang berkarya dalam konservasi, misalnya Internasional Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) dan United Nations Environment Programme (UNEP).
Konservasi Hutan melindungi seluruh ekosistemnya
    Tujuan konservasi alam adalah terjaminnya kebutuhan material dan spiritual manusia secara lestari dan berkesinambungan. Setiap negara menetapkan strategi konservasi alam sesuai dengan kondisinya. Negara miskin dan berkembang memanfaatkan sumber daya alam hayati secara rasional dan mengurangi pemborosan sumber daya alam non hayati. Adapun negara maju mencadangkan dan mengembangkan teknologi untuk mencari sumber daya pengganti. Di Indonesia, kebijaksanaan konservasi diatur dalam UU no 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

 Hutan Konservasi
  Konservasi In Situ dan Ex Situ
    Konservasi alam meliputi tiga hal yaitu perlindungan, pelestarian dan pemanfaatannya. Perlindungan berarti melindungi proses ekologis dan sistem penyangga kehidupan, misalnya perlindungan siklus udara dan air. Pelestarian berarti melestarikan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati. Adapun pemanfaatan berarti memanfaatkan secara bijaksana sumber daya alam dan lingkungannya, misalnya pemanfaatan lahan pertanian tanpa mengurangi potensinya.
    Konservasi dibagi dua macam, yaitu In situ dan Ex situ. Konservasi In situ adalah konservasi folra dan fauna yang dilakukan pada habitat asli. Konservasi ini meliputi 7 katagori yaitu Cagar alam, Suaka margasatwa, Taman laut, Taman buru, Hutan atau taman wisata, Taman Provinsi dan Taman Nasional. Adapun konservasi ex situ adalah konservasi flora dan fauna yang dilakukan di uar habitat asli, misalnya konservasi flora di Kebun Raya Bogor dan konservasi fauna di Suaka margasatwa Way Kambas, Lampung.
Penanaman bibit bakau untuk mencegah abrasi
Taman Nasional
    Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi (pembagian wilayah) dan dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan dan penunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Taman Nasional dibagi menjadi zona inti, zona pemanfaatan, dan zona lain sesuai keperluan. Taman Nasional berfungsi untuk melindungi ekosistem, melestarikan keanekaragaman flora dan fauna, melestarikan pemanfaatan sumber daya alam hayati, dan mendudukng perkembangan ilmu pengetahuan.
Generasi muda dibiasakan aktif melakukan konservasi dengan penanaman bibit tanaman kembali 
Flora dan Fauna Langka
    Pada umumnya, flora dan fauna langka yang terdapat di kawasan konservasi termasuk dalam katagori terancam punah (endengared). Berbagai jenis flora langka yang ditemukan di kawasan konservasi antara lain kaktus, anggrek selop, bunga bangkai dan kantong semar. Adapun jenis fauna langka yang sering ditemukan antara lain Gajah, macan tutul, harimau sumatera, badak sumatera, orang utan, komodo, jalak bali, cenderawasih, elang jawa dan penyu. Flora dan fauna langka tersebut dilindungi oleh Undang-undang Konservasi sehingga kepemilikannya harus memiliki izin khusus.

Kawanan Gajah Sumatera di Taman Nasional Way Kambas, Lampung

Rabu, 21 Desember 2011

ARSIP FOTO KEGIATAN TAHUN 2011


Wah, istri dan anakku tercinta bersiap-siap berangkat undangan ke Pernikahan Dita, anaknya bu Ratna. Di Kunciran indah. Tangerang.

Selasa, 13 Desember 2011

JERAPAH : MAMALIA BERLEHER PANJANG

 
 Perkelahian Dua Jerapah
    Jerapah (Giraffa camelopardalis) adalah hewan anggota suku Giraffidae yang disebut sileher panjang karena lehernya panjang. Tingginya bisa mencapai 5,5 m atau lebih . Hewan ini berpunggung landai dengan ekor berjumbai. Tubuhnya berwarna cokelat kekuning-kuningan dengan kotak cokelat kemerah-merahan (kadru). Daerah persebarannya adalah Afrika, terutama Sudan, Somalia, hingga Afrika Selatan. 
 Sepasang Jerapah sedang bermesraan
     Jerapah mempunyai tanduk yang bersifat permanen berjumlah 2 atau 4 buah di puncak kepalanya. Tanduk pada jantan ataupun betina tidak digunakan untuk mempertahankan diri karena tanduk itu diselubungi dengan bulu-bulu lembut. Selain itu jerapah juga memiliki benjolan tulang di antara mata kiri dan mata kanan yang disebut tanduk kelima.
    Jerapah memiliki 32 buah gigi yang diadaptasi untuk merumput. Hewan ini juga memiliki taring yang lebar untuk membantu memperlebar bentang gigi depan. Gigi ini cenderung digunakan untuk menyisir daun-daun dan pepohonan serta semak perdu.
Kawanan Jerapah mencari pakan
Si Jantung Kuat
    Keunikan dari jerapah adalah kemampuan jantungnya yang dapat memompa darah agar mencapai otak yang terletak cukup jauh dan tinggi. Pada waktu lehernya tegak, tekanan darahnya 200 mm Hg. Adapun pada saat leher diturunkan, tekanan darahnya 175 mm Hg. Keadaanini disebabkan adanya katup-katup pada arteri di sepanjang lehernya yang berfungsi untuk mengurangi tekanan darah. Seandainya terjadi pada manusia, tekanan tersebut dapat mengakibatkan kematian. Jantung jerapah yang berbobot 11 kg berfungsi untuk menyuplai darah sebanyak 60 liter per menit.

Sepasang jerapah remaja di sabana Afrika
Pertahanan Diri
    Jerapah pada umumnya hidup di stepa, daerah setengah padang pasir, atau padang rumput sabana. Jerapah aktif mencari makanan pada pagi dan senja hari. Di habitat aslinya jerapah makan daun tumbuhan polong-polongan, misalnya akasia dan mimosa. Jika ada air, jerapah dapat minum sebanyak 9 liter per minggu. Jika tidak ada air, jerapah mampu tidak minum sampai berminggu-minggu. Bahkan di kawasan tandus jerapah mampu tidak minum selama 7 bulan. Untuk mempertahankan diri dari predator (singa, macan tutul dan buaya), jerapah menggunakan kaki depannya sebagai senjata. Tendangan kaki depan jerapah sangat kuat, sehingga dapat meremukkan tulang rusuk singa.
Jerapah sedang membelai anaknya yang baru dilahirkan
Reproduksi
    Jerapah bersifat poligami. Seekor jantan yang kuat akan menguasai suatu daerah dan juga betina yang hidup di daerah itu. Sebelum menjadi penguasa, jerapah jantan harus bertarung mempertaruhkan nyawanya agar dapat menjadi penguasa wilayah dan betinanya.
Hewan ini berkembang biak dengan cara melahirkan anak. Induk jerapah mengalami masa kehamilan selama 420-468 hari. Betina yang sedang hamil biasanya dijaga oleh 9 ekor jerapah betina lain untuk melindungi anak jerapah yang akan lahir dari terkaman predator. Seekor induk jerapah melahirkan satu ekor anak. Setelah 25 menit, anak jerapah yang baru lahir akan berjalan mengelilingi induknya untuk menyusu. Setelah berumur 3 minggu anak jerapah mulai makan dedaunan. Ketika berumur 3 bulan, anak jerapah disapih. Setelah berumur 3 minggu anak jerapah mulai makan dedaunan. Ketika berumur 3 bulan, anak jerapah  disapih. Setelah berusia 3 tahun, anak jerapah sudah dewasa dan siap bereproduksi.

Keluarga Jerapah dan anak-anaknya



Kamis, 01 Desember 2011

PENGETAHUAN DASAR NAVIGASI DARAT

   
    Navigasi darat adalah ilmu praktis. Kemampuan bernavigasi dapat terasah jika sering berlatih. Pemahaman teori dan konsep hanyalah faktor yang membantu, dan tidak menjamin jika mengetahui teorinya secara lengkap, maka kemampuan navigasinya menjadi tinggi. Bahkan seorang jago navigasi yang tidak pernah berlatih dalam jangka waktu lama, dapat mengurangi kepekaannya dalam menerjemahkan tanda-tanda di peta ke medan sebenarnya, atau menerjemahkan tanda-tanda medan ke dalam peta. Untuk itu, latihan sesering mungkin akan membantu kita untuk dapat mengasah kepekaan, dan pada akhirnya navigasi darat yang telah kita pelajari menjadi bermanfaat untuk kita.
Pada prinsipnya navigasi adalah cara menentukan arah dan posisi, yaitu arah yang akan dituju dan posisi keberadaan navigator berada dimedan sebenarnya yang di proyeksikan pada peta.
Beberapa media dasar navigasi darat adalah :
Peta
Peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) dari sebagian atau keseluruhan permukaan bumi yang dilihat dari atas, kemudian diperbesar atau diperkecil dengan perbandingan tertentu. Dalam navigasi darat digunakan peta topografi. Peta ini memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis kontur.
Beberapa unsur yang bisa dilihat dalam peta :
  • Judul peta; biasanya terdapat di atas, menunjukkan letak peta
  • Nomor peta; selain sebagai nomor registrasi dari badan pembuat, kita bisa menggunakannya sebagai petunjuk jika kelak kita akan mencari sebuah peta
  • Koordinat peta; penjelasannya dapat dilihat dalam sub berikutnya
  • Kontur; adalah merupakan garis khayal yang menghubungkan titik titik yang berketinggian sama diatas permukaan laut.
  • Skala peta; adalah perbandingan antara jarak peta dan jarak horizontal dilapangan. Ada dua macam skala yakni skala angka (ditunjukkan dalam angka, misalkan 1:25.000, satu senti dipeta sama dengan 25.000 cm atau 250 meter di keadaan yang sebenarnya), dan skala garis (biasanya di peta skala garis berada dibawah skala angka).
  • Legenda peta ; adalah simbol-simbol yang dipakai dalam peta tersebut, dibuat untuk memudahkan pembaca menganalisa peta.

Di Indonesia, peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, lalu peta dari Jawatan Topologi, yang sering disebut sebagai peta AMS (American Map Service) dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960.
Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur 12,5 m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.
Koordinat
Peta Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak untuk membantu menentukan posisi dipeta dalam hitungan koordinat. Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu sama lain. Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua macam yaitu :
  1. Koordinat Geografis (Geographical Coordinate) ; Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik. Pada peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat geografis sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut satu karvak) lebarnya adalah 3.7 cm. Pada skala 1:25.000, satu karvak sama dengan 30 detik (30″), dan pada peta skala 1:50.000, satu karvak sama dengan 1 menit (60″).
  2. Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM) ; Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Pada peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak sebanding dengan 2 cm. Karena itu untuk penentuan koordinat koordinat grid 4 angka, dapat langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8 angka dibagi menjadi sepuluh bagian (per 1 mm).

Analisa Peta
Salah satu faktor yang sangat penting dalam navigasi darat adalah analisa peta. Dengan satu peta, kita diharapkan dapat memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang keadaan medan sebenarnya, meskipun kita belum pernah mendatangi daerah di peta tersebut.
  1. Unsur dasar peta ; Untuk dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya, pertama kali kita harus cek informasi dasar di peta tersebut, seperti judul peta, tahun peta itu dibuat, legenda peta dan sebagainya. Disamping itu juga bisa dianalisa ketinggian suatu titik (berdasarkan pemahaman tentang kontur), sehingga bisa diperkirakan cuaca, dan vegetasinya.
  2. Mengenal tanda medan ; Disamping tanda pengenal yang terdapat dalam legenda peta, kita dapat menganalisa peta topografi berdasarkan bentuk kontur. Beberapa ciri kontur yang perlu dipahami sebelum menganalisa tanda medan :
    • Antara garis kontur satu dengan yang lainnya tidak pernah saling berpotongan
    • Garis yang berketinggian lebih rendah selalu mengelilingi garis yang berketinggian lebih tinggi, kecuali diberi keterangan secara khusus, misalnya kawah
    • Beda ketinggian antar kontur adalah tetap meskipun kerapatan berubah-ubah
    • Daerah datar mempunyai kontur jarang-jarang sedangkan daerah terjal mempunyai kontur rapat.
    • Beberapa tanda medan yang dapat dikenal dalam peta topografi:
    • Puncak bukit atau gunung biasanya berbentuk lingkaran kecil, tertelak ditengah-tengah lingkaran kontur lainnya.
    • Punggungan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk U yang ujungnya melengkung menjauhi puncak
    • Lembahan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk V yang ujungnya tajam menjorok kepuncak. Kontur lembahan biasanya rapat. 
    • Saddle, daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian
    • Pass, merupakan celah memanjang yang membelah suatu ketinggian
    • Sungai, terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian kontur, biasanya ada di lembahan, dan namanya tertera mengikuti alur sungai. Dalam membaca alur sungai ini harap diperhatikan lembahan curam, kelokan-kelokan dan arah aliran.
    • Bila peta daerah pantai, muara sungai merupakan tanda medan yang sangat jelas, begitu pula pulau-pulau kecil, tanjung dan teluk
    • Pengertian akan tanda medan ini mutlak diperlukan, sebagai asumsi awal dalam menyusun perencanaan perjalanan
Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah, dan karena sifat magnetnya, jarumnya akan selalu menunjuk arah utara-selatan (meskipun utara yang dimaksud disini bukan utara yang sebenarnya, tapi utara magnetis). Secara fisik, kompas terdiri dari :
  • Badan, tempat komponen lainnya berada
  • Jarum, selalu menunjuk arah utara selatan, dengan catatan tidak dekat dengan megnet lain/tidak dipengaruhi medan magnet, dan pergerakan jarum tidak terganggu/peta dalam posisi horizontal.
  • Skala penunjuk, merupakan pembagian derajat sistem mata angin.
Jenis kompas yang biasa digunakan dalam navigasi darat ada dua macam yakni kompas bidik (misal kompas prisma) dan kompas orienteering (misal kompas silva, suunto dll). Untuk membidik suatu titik, kompas bidik jika digunakan secara benar lebih akurat dari kompas silva. Namun untuk pergerakan dan kemudahan ploting peta, kompas orienteering lebih handal dan efisien.
Dalam memilih kompas, harus berdasarkan penggunaannya. Namun secara umum, kompas yang baik adalah kompas yang jarumnya dapat menunjukkan arah utara secara konsisten dan tidak bergoyang-goyang dalam waktu lama. Bahan dari badan kompas pun perlu diperhatikan harus dari bahan yang kuat/tahan banting mengingat kompas merupakan salah satu unsur vital dalam navigasi darat
Cttn: saat ini sudah banyak digunakan GPS [global positioning system] dengan tehnologi satelite untuk mengantikan beberapa fungsi kompas.
Orientasi Peta
Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (atau dengan kata lain menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda mulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di peta. Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama puncakan, nama sungai, desa dll. Jadi minimal anda tahu secara kasar posisi anda dimana. Orientasi peta ini hanya berfungsi untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan posisi anda dipeta adalah benar. Langkah-langkah orientasi peta:
  1. Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok.
  2. Siapkan kompas dan peta anda, letakkan pada bidang datar
  3. Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai dengan arah medan sebenarnya
  4. Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekitar anda, dan temukan tanda-tanda medan tersebut di peta. Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan
  5. Ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya. Ingat hal-hal khas dari tanda medan.

Jika anda sudah lakukan itu semua, maka anda sudah mempunyai perkiraan secara kasar, dimana posisi anda di peta. Untuk memastikan posisi anda secara akurat, dipakailah metode resection.

Resection
Prinsip resection adalah menentukan posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda medan yang terlihat jelas dalam peta dan dapat dibidik pada medan sebenarnya (untuk latihan resection biasanya dilakukan dimedan terbuka seperti kebun teh misalnya, agar tanda medan yang ekstrim terlihat dengan jelas).
Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti.
Langkah-langkah melakukan resection:

  1. Lakukan orientasi peta
  2. Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah
  3. Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut (untuk alat tulis paling ideal menggunakan pensil mekanik-B2).
  4. Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas bidik. Kompas orienteering dapat digunakan, namun kurang akurat.
  5. Pindahkan sudut back azimuth bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut pelurusnya. Lakukan ini pada setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik acuan.
  6. Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita dipeta.

Intersection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan tetapi sukar untuk dicapai atau tidak diketahui posisinya di peta. Syaratnya, sebelum intersection kita sudah harus yakin terlebih dahulu posisi kita dipeta. Biasanya sebelum intersection, kita sudah melakukan resection terlebih dahulu.
Langkah-langkah melakukan intersection adalah:
  1. Lakukan orientasi peta
  2. Lakukan resection untuk memastikan posisi kita di peta.
  3. Bidik obyek yang kita amati
  4. Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta
  5. Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan langkah 1-3
  6. Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.

Azimuth – Back Azimuth
Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat. Azimuth disebut juga sudut kompas. Jika anda membidik sebuah tanda medan, dan memperolah sudutnya, maka sudut itu juga bisa dinamakan sebagai azimuth. Kebalikannya adalah back azimuth. Dalam resection back azimuth diperoleh dengan cara:
  • Jika azimuth yang kita peroleh lebih dari 180º maka back azimuth adalah azimuth dikurangi 180º. Misal anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200º. Back azimuthnya adalah 200º- 180º = 20º
  • Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180º, maka back azimuthnya adalah 180º ditambah azimuth. Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak, diperoleh azimuth 160º, maka back azimuthnya adalah 180º+160º = 340º


Dengan mengetahui azimuth dan back azimuth ini, memudahkan kita untuk dapat melakukan ploting peta (penarikan garis lurus di peta berdasarkan sudut bidikan). Selain itu sudut kompas dan back azimuth ini dipakai dalam metode pergerakan sudut kompas (lurus/ man to man-biasa digunakan untuk “Kompas Bintang”). Prinsipnya membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikaan kompas ke depan dan ke belakang pada jarak tertentu.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
  1. Titik awal dan titik akhir perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan hitung sudut yang menjadi arah perjalanan (sudut kompas). Hitung pula sudut dari titik akhir ke titik awal. Sudut ini dinamakan back azimuth.
  2. Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan. Perhatikan tanda medan lain pada lintasan yang dilalui.
  3. Bidikkan kompas seusai dengan arah perjalanan kita, dan tentukan tanda medan lain di ujung lintasan/titik bidik. Sudut bidikan ini dinamakan azimuth.
  4. Pergi ke tanda medan di ujung lintasan, dan bidik kembali ke titik pertama tadi, untuk mengecek apakah arah perjalanan sudah sesuai dengan sudut kompas (back azimuth).
  5. Sering terjadi tidak ada benda/tanda medan tertentu yang dapat dijadikan sebagai sasaran. Untuk itu dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai tanda. Sistem pergerakan semacam ini sering disebut sebagai sistem man to man.

Merencanakan Jalur Lintasan
   Dalam navigasi darat tingkat lanjut, kita diharapkan dapat menyusun perencanaan jalur lintasan dalam sebuah medan perjalanan. Sebagai contoh anda misalnya ingin pergi ke suatu gunung, tapi dengan menggunakan jalur sendiri.
Penyusunan jalur ini dibutuhkan kepekaan yang tinggi, dalam menafsirkan sebuah peta topografi, mengumpulkan data dan informasi dan mengolahnya sehingga anda dapat menyusun sebuah perencanaan perjalanan yang matang. Dalam proses perjalanan secara keseluruhan, mulai dari transportasi sampai pembiayaan, disini kita akan membahas khusus tentang perencanaan pembuatan medan lintasan. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan sebelum anda memplot jalur lintasan.
  
Pertama, anda harus membekali dulu kemampuan untuk membaca peta, kemampuan untuk menafsirkan tanda-tanda medan yang tertera di peta, dan kemampuan dasar navigasi darat lain seperti resection, intersection, azimuth back azimuth, pengetahuan tentang peta kompas, dan sebagainya, minimal sebagaimana yang tercantum dalam bagian sebelum ini.
Kedua, selain informasi yang tertera dipeta, akan lebih membantu dalam perencanaan jika anda punya informasi tambahan lain tentang medan lintasan yang akan anda plot. Misalnya keterangan rekan yang pernah melewati medan tersebut, kondisi medan, vegetasi dan airnya. Semakin banyak informasi awal yang anda dapat, semakin matang rencana anda.
Tentang jalurnya sendiri, ada beberapa macam jalur lintasan yang akan kita buat. Pertama adalah tipe garis lurus, yakni jalur lintasan berupa garis yang ditarik lurus antara titik awal dan titik akhir. Kedua, tipe garis lurus dengan titik belok, yakni jalur lintasan masih berupa garis lurus, tapi lebih fleksibel karena pada titik-titik tertentu kita berbelok dengan menyesuaian kondisi medan. Yang ketiga dengan guide/patokan tanda medan tertentu, misalnya guide punggungan/guide lembahan/guide sungai. Jalur ini lebih fleksibel karena tidak lurus benar, tapi menyesuaikan kondisi medan, dengan tetap berpatokan tanda medan tertentu sebagai petokan pergerakannya.

Untuk membuat jalur lintasan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
  1. Usahakan titik awal dan titik akhir adalah tanda medan yang ekstrim, dan memungkinkan untuk resection dari titik-titik tersebut.
  2. Titik awal harus mudah dicapai/gampang aksesnya
  3. Disepanjang jalur lintasan harus ada tanda medan yang memadai untuk dijadikan sebagai patokan, sehingga dalam perjalanan nanti anda dapat menentukan posisi anda di peta sesering mungkin.
  4. Dalam menentukan jalur lintasan, perhatikan kebutuhan air, kecepatan pergerakan vegetasi yang berada dijalur lintasan, serta kondisi medan lintasan. Anda harus bisa memperkirakan hari ke berapa akan menemukan air, hari ke berapa medannya berupa tanjakan terjal dan sebagainya.
  5. Mengingat banyaknya faktor yang perlu diperhatikan, usahakan untuk selalu berdiskusi dengan regu atau dengan orang yang sudah pernah melewati jalur tersebut sehingga resiko bisa diminimalkan.

Penampang Lintasan
Penampang lintasan adalah penggambaran secara proporsional bentuk jalur lintasan jika dilihat dari samping, dengan menggunakan garis kontur sebagai acuan. Sebagaimana kita ketahui bahwa peta topografi yang dua dimensi, dan sudut pendangnya dari atas, agak sulit bagi kita untuk membayangkan bagaimana bentuk medan lintasan yang sebenarnya, terutama menyangkut ketinggian. Dalam kontur yang kerapatannya sedemikian rupa, bagaimana kira-kira bentuk di medan sebenarnya. Untuk memudahkan kita menggambarkan bentuk medan dari peta topografi yang ada, maka dibuatlah penampang lintasan.

Beberapa manfaat penampang lintasan :
  1. Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan perjalanan
  2. Memudahkan kita untuk menggambarkan kondisi keterjalan dan kecuraman medan
  3. Dapat mengetahui titik-titik ketinggian dan jarak dari tanda medan tertentu
  4. Untuk menyusun penampang lintasan biasanya menggunakan kertas milimeter block, guna menambah akurasi penerjemahan dari peta topografi ke penampang.

Langkah-langkah membuat penampang lintasan:
  1. Siapkan peta yang sudah diplot, kertas milimeter blok, pensil mekanik/pensil biasa yang runcing, penggaris dan penghapus
  2. Buatlah sumbu x, dan y. sumbu x mewakili jarak, dengan satuan rata-rata jarak dari lintasan yang anda buat. Misal meter atau kilometer. Sumbu y mewakili ketinggian, dengan satuan mdpl (meter diatas permukaan laut). Angkanya bisa dimulai dari titik terendah atau dibawahnya dan diakhiri titik tertinggi atau diatasnya.
  3. Tempatkan titik awal di sumbu x=0 dan sumbu y sesuai dengan ketinggian titik tersebut. Lalu peda perubahan kontur berikutnya, buatlah satu titik lagi, dengan jarak dan ketinggian sesuai dengan perubahan kontur pada jalur yang sudah anda buat.Demikian seterusnya hingga titik akhir.
  4. Perubahan satu kontur diwakili oleh satu titik. Titik-titik tersebut dihubungkan sat sama lainnya hingga membentuk penampang berupa garis menanjak, turun dan mendatar.
  5. Tembahkan keterangan pada tanda-tanda medan tertentu, misalkan nama-nama sungai, puncakan dan titik-titik aktivitas anda (biasanya berupa titik bivak dan titik istirahat), ataupun tanda medan lainnya. Tambahan informasi tentang vegetasi pada setiap lintasan, dan skala penampang akan lebih membantu pembaca dalam menggunakan penampang yang telah dibuat.
Ingatlah hai engkau penjelahan alam :
  1. Take nothing, but pictures [jangan ambil sesuatu kecuali gambar]
  2. Kill nothing, but times [jangan bunuh sesuatu kecuali waktu]
  3. Leave nothing, but foot-print [jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak kaki]
dan senantiasa ;
  1. Percaya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
  2. Percaya kepada kawan [dalam hal ini kawan adalah rekan pegiat dan peralatan serta perlengkapan, tentu saja juga harus dibarengi bahwa diri kita sendiri juga dapat dipercaya oleh “teman” tersebut dengan menjaga, memelihara dan melindunginya]
  3. Percaya kepada diri sendiri, yaitu percaya bahwa kita mampu melakukan segala sesuatunya dengan semaksimal mungkin

    Sumber Referensi : Mountenering.Org