Brunei
.
Negara Brunei
Darussalam
بروني دارالسلام
|
||
-
|
||
-
|
||
-
|
Abad
ke 14
|
|
-
|
1
Januari 1984
|
|
-
|
Total
|
5.765 km2
|
-
|
8.6
|
|
-
|
Perkiraan Juli
2008
|
381,371
|
-
|
66/km2
|
|
Perkiraan 2007
|
||
-
|
Total
|
$19.640
billion
|
-
|
$51,000
|
|
IPM (2008)
|
▲ 0.919 (high)
|
|
kiri
|
||
1
|
Brunei
Darussalam adalah sebuah negara kecil yang terletak di Asia Tenggara. Letaknya di bagian utara Pulau Borneo/Kalimantan dan berbatasan
dengan Malaysia. Brunei terdiri dari dua bagian yang
dipisahkan di daratan oleh Malaysia. Negara ini terkenal dengan kemakmurannya
dan ketegasan dalam melaksanakan syariat Islam, baik dalam bidang pemerintahan
maupun kehidupan bermasyarakat.
Nama
Borneo diberikan oleh orang-orang Inggris berdasarkan nama wilayah ini
karena pada masa lalu orang Eropa berdagang melalui bandar di Brunei sebagai
bandar perniagaan terbesar di pulau ini.
Asal-usul Brunei
Silsilah
kerajaan Brunei didapatkan pada Batu Tarsilah yang menuliskan Silsilah
Raja-Raja Brunei yang dimulai dari Awang Alak Betatar, raja yang
mula-mula memeluk agama Islam (1368) sampai kepada Sultan
Muhammad Tajuddin (Sultan Brunei ke-19, memerintah antara 1795-1804 dan
1804-1807).
Brunei
adalah sebuah negara tua di antara kerajaan-kerajaan di tanah
Melayu. Keberadaan Brunei Tua ini diperoleh berdasarkan kepada
catatan Arab, Cina dan tradisi lisan. Dalam
catatan Sejarah Cina dikenal dengan nama Po-li, Po-lo,
Poni atau Puni dan Bunlai. Dalam catatan Arab dikenali dengan Dzabaj atau Randj.
Catatan
tradisi lisan diperoleh dari Syair Awang Semaun yang menyebutkan Brunei
berasal dari perkataan baru nah yaitu setelah rombongan klan atau suku
Sakai yang dipimpin Pateh Berbai pergi ke Sungai Brunei mencari tempat
untuk mendirikan negeri baru. Setelah mendapatkan kawasan tersebut yang
memiliki kedudukan sangat strategis yaitu diapit oleh bukit, air, mudah untuk
dikenali serta untuk transportasi dan kaya ikan sebagai sumber pangan yang
banyak di sungai, maka mereka pun mengucapkan perkataan baru nah yang
berarti tempat itu sangat baik, berkenan dan sesuai di hati mereka untuk
mendirikan negeri seperti yang mereka inginkan. Kemudian perkataan baru nah
itu lama kelamaan berubah menjadi Brunei.
Replika
stupa yang dapat ditemukan di Pusat Sejarah Brunei menjelaskan bahwa agama Hindu-Buddha pada suatu masa dahulu pernah dianut oleh penduduk
Brunei. Sebab telah menjadi kebiasaan dari para musafir agama tersebut, apabila
mereka sampai di suatu tempat, mereka akan mendirikan stupa sebagai tanda serta
pemberitahuan mengenai kedatangan mereka untuk mengembangkan agama tersebut di
tempat itu. Replika batu nisan P'u Kung Chih Mu, batu nisan Rokayah
binti Sultan Abdul Majid ibni Hasan ibni Muhammad Shah Al-Sultan, dan batu
nisan Sayid Alwi Ba-Faqih (Mufaqih) pula menggambarkan mengenai kedatangan
agama Islam di Brunei yang dibawa oleh musafir,
pedagang dan mubaligh-mubaliqh Islam, sehingga agama Islam itu berpengaruh dan
mendapat tempat baik penduduk lokal maupun keluarga kerajaan Brunei.
Islam
mulai berkembang dengan pesat di Kesultanan Brunei sejak Syarif Ali diangkat
menjadi Sultan Brunei ke-3 pada tahun 1425 M. Sultan Syarif Ali adalah seorang
Ahlul Bait dari keturunan / pancir dari Cucu Rasulullah Shalallahualaihi
Wassallam yaitu Amirul Mukminin Hasan / Syaidina Hasan sebagaimana yang
tercantum dalam Batu Tarsilah / prasasti dari abad ke-18 M yang terdapat di
Bandar Sri Begawan, Brunei. Keturunan Sultan Syarif Ali ini kemudian juga
berkembang menurunkan Sultan-Sultan disekitar wilayah Kesultanan Brunei yaitu
menurunkan Sultan-Sultan Sambas dan Sultan-Sultan Sulu.
Sejarah Brunei
Para
peneliti sejarah telah mempercayai terdapat sebuah kerajaan lain sebelum
berdirinya Kesultanan Brunei kini, yang disebut orang Tiongkok sebagai Po-ni.
Catatan orang Tiongkok dan orang Arab menunjukkan bahwa kerajaan perdagangan
kuno ini ada di muara Sungai Brunei awal abad ke-7 atau ke-8. Kerajaan itu memiliki wilayah yang cukup
luas meliputi Sabah, Brunei dan Sarawak yang berpusat di Brunei. Kesultanan
Brunei juga merupakan pusat perdagangan dengan China. Kerajaan awal ini pernah
ditaklukkan Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Sumatra pada awal abad ke-9 Masehi dan seterusnya
menguasai Borneo utara dan gugusan kepulauan Filipina. Kerajaan ini juga pernah menjadi
taklukan (vazal) Kerajaan Majapahit
yang berpusat di pulau Jawa. Nama Brunai
tercantum dalam Negarakertagama sebagai
daerah bawahan Majapahit. Kekuasaan Majapahit tidaklah lama karena setelah Hayam Wuruk wafat Brunai membebaskan diri dan
kembali sebagai sebuah negeri yang merdeka dan pusat perdagangan penting.
Pada
awal abad ke-15, Kerajaan Malaka di bawah pemerintahan Parameswara telah menyebarkan pengaruhnya dan
kemudian mengambil alih perdagangan Brunei. Perubahan ini menyebabkan agama
Islam tersebar di wilayah Brunei oleh pedagangnya pada akhir abad ke-15.
Kejatuhan Melaka ke tangan Portugis pada tahun 1511,
telah menyebabkan Sultan Brunei mengambil alih kepimpinan Islam dari Melaka,
sehingga Kesultanan Brunei mencapai zaman kegemilangannya dari abad ke-15 hinga abad ke-17 sewaktu memperluas
kekuasaannya ke seluruh pulau Borneo dan ke Filipina di sebelah utaranya.
Semasa pemerintahan Sultan Bolkiah
(1473-1521) yang terkenal disebabkan pengembaraan
baginda di laut, malah pernah seketika menaklukkan Manila. kesultanan Brunei memperluas pengaruhnya ke utara
hingga ke Luzon dan Sulu
serta di sebelah selatan dan barat Kalimantan; dan pada zaman pemerintahan sultan
yang kesembilan, Hassan
(1605-1619), yang membangun susunan aturan adat
istiadat kerajaan dan istana yang masih kekal hingga hari ini.
Pada
tahun 1658 Sultan Brunei menghadiahkan kawasan timur
laut Kalimantan kepada Sultan Sulu di Filipina Selatan sebagai penghargaan terhadap
Sultan Sulu dalam menyelesaikan perang saudara di antara Sultan Abdul Mubin
dengan Pengeran Mohidin. Persengketaan dalam kerajaan Brunei merupakan satu
faktor yang menyebabkan kejatuhan kerajaan tersebut, yang bersumber dari
pergolakan dalam disebabkan perebutan kuasa antara ahli waris kerajaan, juga
disebabkan timbulnya pengaruh kuasa penjajah Eropa di rantau sebelah sini, yang
menggugat corak perdagangan tradisi, serta memusnahkan asas ekonomi Brunei dan
kesultanan Asia Tenggara yang lain.
Pada
Tahun 1839, James Brooke dari Inggris datang ke Serawak dan
menjadi raja di sana serta menyerang Brunei, sehingga Brunei kehilangan
kekuasaannya atas Serawak. Sebagai balasan, ia dilantik menjadi gubernur dan
kemudian "Rajah" Sarawak di Barat Laut Borneo sebelum meluaskan
kawasan di bawah pemerintahannya. Pada tanggal 19 Desember 1846,
pulau Labuan dan sekitarnya diserahkan kepada James
Brooke. Sedikit demi sedikit wilayah Brunei jatuh ke tangan Inggris melalui
perusahaan-perusahaan dagang dan pemerintahnya sampai wilayah Brunei kelak berdiri
sendiri di bawah protektorat Inggris sampai berdiri sendiri tahun 1984.
Pada
masa yang sama, Persekutuan Borneo Utara Britania sedang meluaskan
penguasaannya di Timur Laut Borneo. Pada tahun 1888,
Brunei menjadi sebuah negeri di bawah perlindungan kerajaan Britania dengan
mengekalkan kedaulatan dalam negerinya, tetapi dengan urusan luar negara tetap
diawasi Britania. Pada tahun 1906, Brunei menerima suatu lagi
langkah perluasan kekuasaan Britania saat kekuasaan eksekutif dipindahkan
kepada seorang residen Britania, yang menasihati baginda Sultan dalam semua
perkara, kecuali yang bersangkut-paut dengan adat istiadat setempat dan agama.
Pada
tahun 1959, Brunei mendeklarasikan kerajaan baru yang
berkuasa memerintah kecuali dalam isu hubungan luar negeri, keamanan dan
pertahanan di mana isu-isu ini menjadi tanggung jawab Britania. Percobaan untuk
membentuk sebuah badan perundangan pada tahun 1962
terpaksa dilupakan karena terjadi pemberontakan oleh partai oposisi yaitu Partai
Rakyat Brunei dan dengan bantuan Britania, pemberontakan ini
berhasil diberantas. Pada akhir 1950 dan awal 1960, kerajaan Brunei ketika itu
menolak rencana (walaupun pada awalnya menunjukkan minat) untuk bergabung
dengan Singapura, Sabah,
Sarawak, dan Tanah
Melayu untuk membentuk Malaysia dan akhirnya Sultan Brunei ketika itu
berkehendak untuk membentuk sebuah negara yang merdeka.
Pada
1967,
Omar Ali Saifuddin III
telah turun dari takhta dan melantik putra sulungnya Hassanal Bolkiah, menjadi Sultan Brunei ke-29.
Baginda juga berkenan menjadi Menteri Pertahanan setelah Brunei mencapai
kemmerdekaan penuh dan disandangkan gelar Paduka Seri Begawan Sultan. Pada tahun 1970,
pusat pemerintahan negeri Brunei Town, telah diubah namanya menjadi Bandar Seri Begawan
untuk mengenang jasa baginda. Baginda mangkat pada tahun 1986.
Pada
4 Januari 1979,
Brunei dan Britania Raya telah menandatangani Perjanjian Kerjasama dan Persahabatan. Pada 1 Januari 1984,
Brunei Darussalam telah berhasil mencapai kemerdekaan sepenuhnya.
Saat
ini Brunei memiliki wilayah yang lebih kecil daripada masa lalu, dengan
berbatasan dengan Serawak dari sebelah barat sampai timur wilayah itu, serta
sebelah utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan.
Politik
Kerajaan
Brunei Darussalam adalah negara yang memiliki corak pemerintahan monarki konstitusional
dengan Sultan yang menjabat sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan,
merangkap seagai Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan dengan dibantu oleh
Dewan Penasihat Kesultanan dan beberapa Menteri. Sultan Hassanal Bolkiah yang gelarnya diturunkan
dalam wangsa yang sama sejak abad ke-15, ialah kepala negara serta
pemerintahan Brunei. Baginda dinasihati oleh beberapa majelis
dan sebuah kabinet menteri, walaupun baginda
secara berkesan merupakan pemerintah tertinggi. Media amat memihak kerajaan, dan kerabat kerajaan
melestarikan status yang dihormati di dalam negeri.
Brunei
tidak memiliki dewan legislatif, namun pada bulan September 2000,
Sultan bersidang untuk menentukan Parlemen yang tidak pernah diadakan lagi
sejak tahun 1984. Parlemen ini tidak mempunyai kuasa selain menasihati sultan.
Disebabkan oleh pemerintahan mutlak Sultan, Brunei menjadi salah satu negara
yang paling stabil dari segi politik di Asia.
Pertahanan
Keamanan Brunei mengandalkan perjanjian pertahanan dengan Inggris di mana
terdapat pasukan Gurkha yang terutama ditempatkan di Seria. Jumlah
pertahanan keamanannya lebih kecil bila dibandingkan dengan kekayaannya dan
negara negara tetangga. Secara teori, Brunei berada di bawah pemerintahan
militer sejak pemberontakan yang terjadi pada awal dekad 1960-an. Pemberontakan itu dihancurkan oleh
laskar-laskar Britania Raya dari Singapura.
Brunei
memiliki dengan hubungan luar negeri terutama dengan negara negara ASEAN
dan negara negara lain serta ikut serta sebagai anggota PBB.
Kesultanan ini juga terlibat konflik Kepulauan Spratly yang melibatkan hampir semua
negara ASEAN (kecuali Indonesia, Kamboja, Laos
dan Myanmar), RRC dan Republik Cina. Selain itu terlibat konflik
perbatasan laut dengan Malaysia terutama masalah
daerah yang menghasilkan minyak dan gas bumi. Brunei menuntut wilayah di Sarawak, seperti Limbang. Banyak pulau kecil yang terletak di
antara Brunei dan Labuan, termasuk Pulau
Kuraman, telah dipertikaikan oleh Brunei dan Malaysia. Bagaimanapun,
pulau-pulau ini diakui sebagai sebagian Malaysia di tingkat internasional.
Raja-raja Brunei
Raja-raja
Brunai Darusalam yang memerintah sejak didirikannya kerajaan pada tahun 1363 M
yakni:
- Sultan Muhammad Shah (1383 - 1402)
- Sultan Ahmad (1408 - 1425)
- sultan Syarif Ali (1425 - 1432)
- Sultan Sulaiman (1432 - 1485)
- Sultan Bolkiah (1485 - 1524)
- Sultan Abdul Kahar (1524 - 1530)
- Sultan Saiful Rizal (1533 - 1581)
- Sultan Shah Brunei (1581 - 1582)
- Sultan Muhammad Hasan (1582 - 1598)
- Sultan Abdul Jalilul Akbar (1598 - 1659)
- Sultan Abdul Jalilul Jabbar (1669 - 1660)
- Sultan Haji Muhammad Ali (1660 - 1661)
- Sultan Abdul Hakkul Mubin (1661 - 1673)
- Sultan Muhyiddin (1673 - 1690)
- Sultan Nasruddin (1690 - 1710)
- Sultan Husin Kamaluddin (1710 - 1730) (1737 - 1740)
- Sultan Muhammad Alauddin (1730 - 1737)
- Sultan Omar Ali Saifuddien I (1740-1795)
- Sultan Muhammad Tajuddin (1795-1804) (1804-1807)
- Sultan Muhammad Jamalul Alam I (1804)
- Sultan Muhammad Kanzul Alam (1807-1826)
- Sultan Muhammad Alam (1826-1828)
- Sultan Omar Ali Saifuddin II (1828-1852)
- Sultan Abdul Momin (1852-1885)
- Sultan Hashim Jalilul Alam Aqamaddin (1885-1906)
- Sultan Muhammad Jamalul Alam II (1906-1924)
- Sultan Ahmad Tajuddin (1924-1950)
- Sultan Omar 'Ali Saifuddien III (1950-1967)
- Sultan Haji Hassanal Bolkiah Mu'izzaddin Waddaulah (1967-kini)
Filipina
Republika
ng Pilipinas
República de Filipinas Republic of the Philippines |
||
-
|
||
-
|
||
-
|
||
-
|
||
-
|
||
-
|
Total
|
300,000 km2
|
-
|
0,6%
|
|
-
|
Perkiraan 2006
|
86.000.000
|
-
|
Sensus 2000
|
76.498.735
|
-
|
276/km2
|
|
Perkiraan 2005
|
||
-
|
Total
|
$409.445 juta
|
-
|
$4.770
|
|
kanan
|
||
.ph
|
||
63
|
Filipina adalah sebuah negara republik di Asia Tenggara, sebelah utara Indonesia dan Malaysia. Filipina merupakan sebuah negara
kepulauan. Negara ini terdiri dari 7.107 pulau.
Filipina seringkali dianggap sebagai satu-satunya negara Asia Tenggara di mana
pengaruh budaya Barat terasa sangat kuat.
Filipina adalah negara paling maju di Asia
setelah Perang Dunia II,
namun sejak saat itu telah tertinggal di belakang negara-negara lain akibat
pertumbuhan ekonomi yang lemah, penyitaan kekayaan yang dilakukan pemerintah,
korupsi yang luas, dan pengaruh-pengaruh neo-kolonial. Saat ini Filipina
mengalami pertumbuhan ekonomi yang moderat, yang banyak disumbangkan dari
pengiriman uang oleh pekerja-pekerja Filipina di luar negeri dan sektor teknologi informasi
yang sedang tumbuh pesat.
Masalah-masalah besar negara ini termasuk gerakan separatis
muslim di sebelah selatan Mindanao, pemberontak-pemberontak dari Tentara
Rakyat Baru (New People's Army) yang beraliran komunis di wilayah-wilayah pedesaan,
kebijakan-kebijakan pemerintah yang sering tidak konsisten, tingkat kejahatan
yang makin meningkat, dan kerusakan lingkungan seperti penebangan hutan dan
polusi laut. Filipina juga mengalami masalah banyaknya penduduk di
daerah-daerah perkotaan akibat kurangnya lapangan pekerjaan di wilayah pedesaan
dan tingkat kelahiran yang tinggi.
Sejarah
Peninggalan tertulis Filipina dimulai sekitar abad ke-8
berdasarkan temuan lempeng tembaga di dekat Manila. Dari tulisan pada lempeng
itu diketahui bahwa Filipina berada dalam pengaruh Sriwijaya. Namun demikian bukti tertulis ini
sangat sedikit sehingga bahkan ahli-ahli sejarah Filipina masih beranggapan
sejarah Filipina dimulai pada era kolonialisme.
Sebelum orang-orang Spanyol datang pada abad ke-16, di Filipina
berdiri kerajaan-kerajaan kecil yang bercorak animisme yang terpengaruh sedikit
kultur India dan yang bercorak Islam di bagian selatan kepulauan.
Kerajaan-kerajaan muslim ini mendapat pengaruh kuat dari Kerajaan Malaka.
Sepanjang masa 265 tahun, Filipina merupakan koloni Kerajaan Spanyol (1565-1821)
dan selama 77 tahun berikutnya diangkat menjadi provinsi Spanyol (1821-1898).
Negara ini mendapat nama Filipina setelah diperintah oleh penguasa
Spanyol, Raja Felipe II.
Setelah Perang
Spanyol-Amerika pada tahun 1898,
Filipina diperintah Amerika Serikat. Ia
kemudian menjadi sebuah persemakmuran di bawah Amerika Serikat sejak tahun 1935.
Periode Persemakmuran dipotong Perang Dunia II saat Filipina berada di bawah
pendudukan Jepang. Filipina akhirnya memperoleh kemerdekaannya (de facto) pada 4 Juli 1946. Masa-masa penjajahan asing
ini sangat mempengaruhi kebudayaan dan masyarakat Filipina. Negara ini dikenal mempunyai
Gereja Katolik Roma
yang kuat dan merupakan salah satu dari dua negara yang didominasi umat Katolik di Asia selain Timor Leste.
Politik
dan hubungan luar negeri
Pemerintah Filipina mengikuti Pemerintah Amerika
Serikat. Dia ditata sebagai sebuah republik, di mana Presiden berfungsi sebagai kepala negara, kepala pemerintahan,
dan Panglima
Tertinggi angkatan
bersenjata. Presiden dipilih dalam pemilu untuk masa jabatan 6
tahun, dan memilih dan mengepalai kabinet. Dewan
Legislatif Filipina mempunyai dua kamar: Kongres terdiri dari Senat dan Dewan Perwakilan; anggota keduanya dipilih oleh
pemilu. Ada 24 senator yang menjabat selama 6 tahun di Senat, sedangkan Dewan
Perwakilan terdiri dari tidak lebih dari 250 anggota kongres yang melayani
selama 3 tahun. Cabang yudikatif pemerintah dikepalai oleh Mahkamah Agung, yang memiliki seorang Ketua Mahkamah Agung
sebagai kepalanya dan 14 Hakim Agung, semuanya ditunjuk oleh Presiden.
Filipina merupakan anggota aktif dari PBB
sejak penerimaannya pada 24 Oktober 1945.
Filipina juga merupakan negara pendiri ASEAN,
dan merupakan pemain aktif dalam APEC, Uni Latin dan anggota dari Grup 24.
Filipina juga merupakan sekutu Amerika Serikat, tetapi juga merupakan anggota dari
Gerakan Non-Blok.
Filipina bersengketa dengan Republik Cina (Taiwan), Republik Rakyat Cina,
Vietnam, dan Malaysia atas minyak dan gas alam di Kepulauan Spratly dan Scarborough
Shoa, dan dengan Malaysia atas Sabah.
Sultan Sulu yang menerima Sabah sebagai hadiah pada 1703 setelah menolong
Sultan Brunei mengalahkan pemberontak, telah memberikan
Pemerintah Filipina kuasa untuk mengklaim wilayahnya yang hilang. Sampai saat
ini, keluarga Sultan
Sulu masih menerima pembayaran "sewa" untuk Sabah dari
Pemerintah Malaysia.
Ekonomi
Filipina terkenal dengan pertanian padi bukitnya, yang
diperkenalkan kira-kira 2.000 tahun lalu oleh suku Batad. Padi-padi bukit
tersebut terletak di lereng-lereng Gunung
Ifugao dan berada di ketinggian 5.000 kaki dpl. Luasnya mencakup
4.000 mil² serta diusahakan secara tradisional tanpa penggunaan pupuk. Ia
dinyatakan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO (Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan
Kebudayaan) pada tahun 1995.
Pada 1998 ekonomi Filipina, sebuah
campuran dari pertanian, industri ringan, dan jasa pendukung;
mengalami kemunduran sebagai akibat dari krisis finansial Asia
dan cuaca yang buruk. Pertumbuhan jatuh ke 0,6% pada 1998 dari 5% pada 1997,
tetapi kembali ke sekitar 3% pada 1999, dan 4% pada 2000.
Pemerintah telah menjanjikan untuk terus mereformasi ekonominya untuk membantu
Filipina setanding dengan perkembangan negara industri Asia Timur. Hutang besar ("public debt"
sekitar 77% dari PDB), menghambat perbaikan situasi ekonomi. Alokasi dana untuk
hutang lebih tinggi dari pada untuk Departemen Pendidikan dan militer
digabungkan.
Strategi yang dilakukan termasuk peningkatan infrastruktur, merombak sistem pajak
untuk menambah pendapatan pemerintah, juga deregulasi dan penswastaan ekonomi, dan meningkatkan integrasi
perdagangan di wilayah sekitar. Prospek masa depan sangat tergantung dari
performa ekonomi dari dua partner dagang utama, Amerika Serikat dan Jepang, dan administrasi yang lebih tepercaya dan kebijakan
pemerintah yang konsisten.
Geografi
Geografi Filipina
Filipina tediri dari 7.107 pulau dengan luas total daratan
diperkirakan 300.000 km². Negara ini terletak antara 116° 40' dan 126° 34' T.
longitude, dan 4° 40' dan 21° 10' LU. latitude. Di timur dia berbatasan dengan Laut Filipina, di barat dengan Laut China Selatan,
dan di selatan dengan Laut Sulawesi.
Pulau Borneo terletak beberapa ratus kilometer di barat
daya dan Taiwan di utara. Maluku dan Sulawesi di selatan, dan di
timur adalah Palau.
Kepulauan ini dibagi menjadi tiga kelompok utama: Luzon
(Region I sampai V + NCR & CAR), Visayas (VI sampai VIII), dan Mindanao (IX sampai XIII + ARMM). Pelabuhan sibuk
Manila, di Luzon,
adalah ibu kota negara dan kota
terbesar-kedua setelah Kota Quezon.
Demografi
Filipina berada di urutan ke-12 di dunia dalam jumlah
penduduk dengan jumlah 86,241,697 jiwa pada 2005.
Sekitar dua per tiga penduduk tinggal di Pulau Luzon dan Manila, ibu kotanya, berada di urutan ke-11 dalam jumlah
penduduk area metropolitan. Orang-orang Filipina dikenal dengan nama Filipino
yang berasal dari orang aborigin Taiwan dan bercampur dengan
orang-orang Tiongkok
Selatan, Polinesia, dan Spanyol/Amerika. Orang Filipina terbagi dalam 12 kelompok
etnolingustik dengan yang terbesar adalah Tagalog, Cebuano, dan Ilocano.
Penduduk asli Filipina ialah suku Aeta
namun sudah terpinggir dan populasinya tinggal 30 ribu jiwa.
Tiga kelompok minoritas terbesar asing adalah orang Tionghoa, Amerika, dan Asia Selatan. Sisanya adalah orang-orang Eropa,
Arab, Indonesia, Korea,
dan Jepang. Orang-orang Mestizo adalah minoritas sebesar 1-2% yang
berpengaruh. Dalam penelitian dari Universitas Stanford,
ditemukan bahwa 3,6% populasi memiliki turunan dari bangsa Eropa.
95,9% penduduk Filipina bisa membaca, salah satu yang
tertinggi di Asia, dan setara untuk pria
maupun wanita. Angka harapan hidup penduduknya adalah
69,29 tahun; 72,28 untuk wanita dan 66,44 untuk pria. Pertumbuhan penduduk per
tahunnya sebesar 1,92% dan sekarang Filipina sedang mengalami masalah kepadatan
penduduk karena angka kelahirannya tinggi.
Filipina mempunyai kira-kira 85 juta penduduk menurut
perkiraan sensus 2005.
Budaya
Kebanyakan masyarakat Filipina gemar menyanyi serta menari
pada setiap kali pesta keramaian. Tarian bambu ini memerlukan pergerakan
kaki yang cocok.
Bahay
Kubo merupakan rumah tradisional yang terkenal di Filipina, yang
dibuat dari daun kelapa, nipah, dan bambu. Terdapat tanglung berbentuk bintang
yang digantung di hadapan rumah yang bernama Parol. Semasa Natal,
kebanyakan masyarakat di sana gemar menjadikan parol sebagai hiasan rumah
mereka.
Organ bambu ini menggunakan lebih kurang 1.000
batang bambuh. Konon ini adalah satu-satunya organ yang dibuat dari bambu di
dunia.
Masakan
Halo halo merupakan salah satu pencuci mulut yang
terkenal di Filipina, terutama pada musim panas. Halo halo mengandung nangka,
kelapa, kacang, keladi, custard, santan kelapa, dan perahan es bersama
es krim di atasnya.
Lanzones merupakan sejenis buah-buahan. Ukurannya
agak kecil, manis dan berwarna cokelat. Keistimewaan buah ini adalah dapat
menghalau nyamuk yang berada di sekeliling kita.
ransportasi
Di Filipina, masyarakatnya menggunakan jeepney
sebagai kendaraan umum. yang akan terasa pengap apabila menaiki kenderaan ini.
Sebab, setiap kali menaiki jeepney pasti senantiasa penuh sesak dengan orang
banyak yang berdesak-desakan untuk turut menaikinya.
Kamboja
-
|
||
-
|
||
-
|
Total
|
181,040 km2
|
-
|
2,5%
|
|
-
|
Perkiraan 2005
|
13.881.427
|
-
|
Sensus 1998
|
11.437.656
|
-
|
74/km2
|
|
Perkiraan 2003
|
||
-
|
Total
|
$29.344
juta
|
-
|
$2.189 (
|
|
kanan
|
||
855
|
||
Kamboja berbatasan dengan Thailand di sebelah barat, Laos di utara, Vietnam di timur, dan Teluk Thailand di selatan. Sungai Mekong dan Danau Tonle Sap melintasi negara ini.
Menjelang kemerdekaannya, Negara Kesatuan Republik Indonesia banyak membantu negara Kamboja ini. Buku - buku taktik perang karangan perwira militer Indonesia banyak digunakan oleh militer Kamboja. Oleh karenanya, para calon perwira di militer Kamboja, wajib belajar dan dapat berbahasa Indonesia.
Sejarah
Perkembangan peradaban Kamboja terjadi pada abad 1 Masehi. Selama abad ke-3,4 dan 5 Masehi, negara Funan dan Chenla bersatu untuk membangun daerah Kamboja. Negara-negara ini mempunyai hubungan dekat dengan China dan India. Kekuasaan dua negara ini runtuh ketika Kerajaan Khmer dibangun dan berkuasa pada abad ke-9 sampai abad ke-13.Kerajaan Khmer masih bertahan hingga abad ke-15. Ibukota Kerajaan Khmer terletak di Angkor, sebuah daerah yang dibangu pada masa kejayaan Khmer. Angkor Wat, yang dibangun juga pada saat itu, menjadi simbol bagi kekuasaan Khmer.
Pada tahun 1432, Khmer dikuasai oleh Kerajaan Thai. Dewan Kerajaan Khmer memindahkan ibukota dari Angkor ke Lovek, dimana Kerajaan mendapat keuntungan besar karena Lovek adalah bandar pelabuhan. Pertahanan Khmer di Lovek akhirnya bisa dikuasai oleh Thai dan Vietnam, dan juga berakibat pada hilangnya sebagian besar daerah Khmer. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1594. Selama 3 abad berikutnya, Khmer dikuasai oleh Raja-raja dari Thai dan Vietnam secara bergilir.
Pada tahun 1863, Raja Norodom, yang dilantik oleh Thai, mencari perlindungan kepada Perancis. Pada tahun 1867, Raja Norodom menandatangani perjanjian dengan pihak Perancis yang isinya memberikan hak kontrol provinsi Battambang dan Siem Reap yang menjadi bagian Thai. Akhirnya, kedua daerah ini diberikan pada Kamboja pada tahun 1906 pada perjanjian perbatasan oleh Perancis dan Thai.
Kamboja dijadikan daerah Protektorat oleh Perancis dari tahun 1863 sampai dengan 1953, sebagai daerah dari Koloni Indochina. Setelah penjajahan Jepang pada 1940-an, akhirnya Kamboja meraih kemerdekaannya dari Perancis pada 9 November 1953. Kamboja menjadi sebuah kerajaan konstitusional dibawah kepemimpinan Raja Norodom Sihanouk.
Pada saat Perang Vietnam tahun 1960-an, Kerajaan Kamboja memilih untuk netral. Hal ini tidak dibiarkan oleh petinggi militer, yaitu Jendral Lon Nol dan Pangeran Sirik Matak yang merupakan aliansi pro-AS untuk menyingkirkan Norodom Sihanouk dari kekuasaannya. Dari Beijing, Norodom Sihanouk memutuskan untuk beraliansi dengan gerombolan Khmer Merah, yang bertujuan untuk menguasai kembali tahtanya yang direbut oleh Lon Nol. Hal inilah yang memicu perang saudara timbul di Kamboja.
Khmer Merah akhirnya menguasai daerah ini pada tahun 1975, dan mengubah format Kerajaan menjadi sebuah Republik Demokratik Kamboja yang dipimpin oleh Pol Pot. Mereka dengan segera memindahkan masyarakat perkotaan ke wilayah pedesaan untuk dipekerjakan di pertanian kolektif. Pemerintah yang baru ini menginginkan hasil pertanian yang sama dengan yang terjadi pada abad 11. Mereka menolak pengobatan Barat yang berakibat rakyat Kamboja kelaparan dan tidak ada obat sama sekali di Kamboja.
Pada November 1978, Vietnam menyerbu RD Kamboja untuk menghentikan genosida besar-besaran yang terjadi di Kamboja. Akhirnya, pada tahun 1989, perdamaian mulai digencarkan antara kedua pihak yang bertikai ini di Paris. PBB memberi mandat untuk mengadakan gencatan senjata antara pihak Norodom Sihanouk dan Lon Nol.
Sekarang, Kamboja mulai berkembang berkat bantuan dari banyak pihak asing setelah perang, walaupun kestabilan negara ini kembali tergoncang setelah sebuah kudeta yang gagal terjadi pada tahun 1997
Pembagian Administatif
Kamboja dibagi menjadi 20 provinsi (khett) and 4 kota praja (krong). Daerah Kamboja kemudian dibagi menjadi distrik(srok), komunion (khum), distrik besar (khett), and kepulauan(koh).- Kota Praja (Krong):
- Phnom Penh
- Sihanoukville (Kampong Som)
- Pailin
- Kep
- Provinsi (Khett):
- Banteay Meanchey, Battambang, Kampong Cham, Kampong Chhnang, Kampong Speu, Kampong Thom, Kampot, Kandal, Koh Kong, Kratié, Mondulkiri, Oddar Meancheay, Pursat, Preah Vihear, Prey Veng, Ratanakiri, Siem Reap, Stung Treng, Svay Rieng and Takéo
- Kepulauan (Koh):
Geografi
Kamboja mempunyai area seluas 181.035 km2. Berbatasan dengan Thailand di barat dan utara, Laos di timurlaut dan Vietnam di timur dan tenggara. Kenampakan geografis yang menarik di Kamboja ialah adanya dataran lacustrine yang terbentuk akibat banjir di Tonle Sap. Gunung tertinggi di Kamboja adalah Gunung Phnom Aoral yang berketinggian sekitar 1.813 mdpl.Cuaca
Berikut ini tabel cuaca dan curah hujan di Phnom Penh {{subst:Kotak cuaca phnom penh}}Ekonomi
Perekonomian Kamboja sempat turun pada masa Republik Demokratik berkuasa. Tapi, pada tahun 1990-an, Kamboja menunjukkan kemajuan ekonomi yang membanggakan.Kamboja memiliki industri unggulan yaitu pertanian dan turisme.
Laos
Sathalanalat Paxathipatai Paxaxon Lao |
||
-
|
||
-
|
||
-
|
||
-
|
Total
|
236,800 km2
|
-
|
2%
|
|
-
|
Perkiraan 2005
|
6.217.141
|
-
|
Sensus -
|
-
|
-
|
26/km2
|
|
Perkiraan 2005
|
||
-
|
Total
|
US$11,14
miliar
|
-
|
US$1.921
|
|
kanan
|
||
.la
|
||
856
|
Sejarah
Awal sejarah Laos didominasi oleh Kerajaan Nanzhao, yang diteruskan pada abad ke-14 oleh kerajaan lokal Lan Xang yang berlangsung hingga abad ke-18, setelah Thailand menguasai kerajaan tersebut. Kemudian Perancis menguasai wilayah ini di abad ke-19 dan menggabungkannya ke dalam Indochina Perancis pada 1893. Setelah penjajahan Jepang selama Perang Dunia II, negara ini memerdekakan diri pada 1949 dengan nama Kerajaan Laos di bawah pemerintahan Raja Sisavang Vong.Keguncangan politik di negara tetangganya Vietnam membuat Laos menghadapi Perang Indochina Kedua yang lebih besar (disebut juga Perang Rahasia) yang menjadi faktor ketidakstabilan yang memicu lahirnya perang saudara dan beberapa kali kudeta. Pada 1975 kaum komunis Pathet Lao yang didukung Uni Soviet dan komunis Vietnam menendang pemerintahan Raja Savang Vatthana dukungan Amerika Serikat dan Perancis. Setelah mengambil alih negara ini, mereka mengganti namanya menjadi Republik Demokratik Rakyat Laos yang masih berdiri hingga saat ini. Laos mempererat hubungannya dengan Vietnam dan mengendurkan larangan ekonominya pada akhir dekade 1980an dan dimasukkan ke dalam ASEAN pada 1997.
Politik
Satu-satunya partai politik yang diakui di Laos adalah Partai Revolusioner Rakyat Laos (LPRP). Kepala negara adalah seorang presiden yang ditentukan oleh parlemen untuk masa jabatan 5 tahun. Kepala pemerintahan adalah seorang perdana menteri yang ditunjuk oleh presiden dengan persetujuan dari parlemen. Kebijakan pemerintahan ditentukan oleh partai melalui 9 anggota yang sangat berkuasa Politbiro dan 49 anggota Komite Pusat. Keputusan pemerintah yang penting ditentukan Dewan Menteri.Laos menganut konstitusi baru sejak 1991. Pada tahun berikutnya, pemilu diadakan untuk 85 kursi baru Majelis Nasional yang anggotanya dipilih secara rahasia untuk masa jabatan 5 tahun. Parlemen tunggal ini diperluas sejak pemilu 1997 menjadi 99 anggota, menyetujui semua hukum baru, meskipun presidenlah yang memegang kekuasaan untuk mengeluarkan dekrit yang sifatnya mengikat. Pemilu yang terbaru dilaksanakan pada Februari 2002 ketika Majelis Nasional diperluas menjadi 109 anggota.
Sisa-sisa dari kelompok etnis Hmong yang beraliansi dengan Amerika Serikat ketika Perang Vietnam terlibat dalam konflik bersenjata dengan rezim komunis Laos sejak 1975. Sehubungan dengan adanya beberapa laporan tentang penyerahan diri etnis Hmong di media internasional baru-baru ini, konflik ini sepertinya sudah agak mereda. Sebagian besar anggota etnis Hmong berbaur kembali dengan masyarakat secara damai, dan sebagian dari mereka bahkan dilaporkan meraih posisi strategis di dalam pemerintahan negara Laos.
Serangan-serangan masih terjadi secara kecil-kecilan di seluruh negeri, tetapi tidak mengarah kepada salah satu gerakan politik. Segala perbedaan pendapat di Laos dimusnahkan, sehingga informasi yang benar sulit didapat.
Pembagian administratif
Provinsi di Laos
Laos dibagi menjadi 16 provinsi (khoueng), 1
kotapraja* (kampheng nakhon), dan 1 daerah khusus** (khetphiset):- Attapu
- Bokeo
- Borikhamxay
- Champassack
- Houaphan
- Khammouane
- Louang Namtha
- Louangphabang
- Oudomxay
- Phongsaly
- Saravane
- Savannakhet
- Vientiane *
- Provinsi Vientiane
- Xaignabouli
- Saysomboun **
- Xekong
- Xiangkhoang
Geografi
Laos adalah negara yang terhimpit oleh daratan di Asia Tenggara dan diselimuti hutan lebat yang kebanyakan bergunung-gunung, di mana salah satunya yang tertinggi adalah Phou Bia dengan ketinggian 2.817 m dari permukaan laut. Laos juga memiliki beberapa dataran rendah dan dataran tinggi. Sungai Mekong membentuk sebagian besar dari perbatasannya dengan Thailand, sementara rangkaian pegunungan dari Rantai Annam membentuk sebagian besar perbatasan timurnya dengan Vietnam.Iklim Laos adalah tropis dan dipengaruhi oleh angin musim. Musim penghujan berlangsung dari Mei hingga November, diikuti oleh musim kemarau sejak December sampai April. Ibukota dan kota terbesar di Laos adalah Vientiane, kota-kota besar lain meliputi Luang Prabang, Savannakhet, dan Pakse.
Pada 1993, pemerintah mencanangkan 21% dari wilayah negara sebagai Area Konservasi Keanekaragaman Hayati Nasional (National Biodiversity Conservation Area/NBCA), yang mungkin akan dikembangkan menjadi sebuah taman nasional. Bila telah selesai, maka ia diperkirakan akan menjadi taman nasional terbaik dan terluas di Asia Tenggara.
Sejumlah spesies binatang baru telah ditemukan atau ditemukan kembali di Laos beberapa tahun terakhir. Termasuk di dalamnya kelinci Annam, saola, dan yang terbaru adalah tikus batu Laos atau kha-nyou.
Ekonomi
Ekonomi LaosPemerintah Laos - salah satu dari sekian negara komunis yang tersisa - memulai melepas kontrol ekonomi dan mengizinkan berdirinya perusahaan swasta pada tahun 1986. Hasilnya, pertumbuhan ekonomi melesat dari sangat rendah menjadi rata-rata 6% per tahun periode 1988-2004 kecuali pada saat krisis finansial Asia yang dimulai pada 1997. Seperti negara berkembang umumnya, kota-kota besarlah yang paling banyak menikmati pertumbuhan ekonomi. Ekonomi di Vientiane, Luang Prabang, Pakxe, dan Savannakhet, mengalami pertumbuhan signifikan beberapa tahun terakhir.
Sebagian besar dari wilayahnya kekurangan infrastruktur memadai. Laos masih belum memiliki jaringan rel kereta api, meskipun adanya rencana membangun rel yang menghubungkan Vientiane dengan Thailand yang dikenal dengan Jembatan Persahabatan Thailand-Laos. Jalan-jalan besar yang meghubungkan pusat-pusat perkotaan, disebut Rute 13, telah diperbaiki secara besar-besaran beberapa tahun terakhir, namun desa-desa yang jauh dari jalan-jalan besar hanya dapat diakses melalui jalan tanah yang mungkin tidak dapat dilalui sepanjang tahun. Ada telekomunikasi internal dan eksternal yang terbatas, terutama lewat jalur kabel, namun penggunaan telepon genggam/handphone telah menyebar luas di pusat perkotaan. Listrik tidak tersedia di banyak daerah pedesaab atau hanya selama kurun waktu tertentu. Pertanian masih mempengaruhi setengah dari PDB dan menyerap 80% dari tenaga kerja yang ada. Ekonomi Laos menerima bantuan dari IMF dan sumber internasional lain serta dari investasi asing baru dalam bidang pemrosesan makanan dan pertambangan, khususnya tembaga dan emas. Pariwisata adalah industri dengan pertumbuhan tercepat di Laos. Pertumbuhan ekonomi umumnya terhambat oleh banyaknya penduduk berpendidikan yang pindah ke luar negeri akibat tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang memadai. Pada 2005 penelitian oleh Bank Dunia melaporkan bahwa 37% dari penduduk Laos yang berpendidikan tinggal di luar negeri, menempatkan Laos pada tempat ke-5 di dunia untuk kasus ini.
Akhir 2004 Laos menormalisasi hubungan dagangnya dengan Amerika Serikat, yang membuat produsen Laos mendapatkan tarif ekspor yang lebih rendah sehingga merangsang pertumbuhan ekonomi mereka dari sektor ekspor.
Kebudayaan
Kebudayaan LaosAgama Theravada telah banyak mempengaruhi kebudayaan Laos. Pengaruhnya dapat terlihat pada bahasa, seni, sastra, Seni tari, dll. Musik Laos didominasi oleh alat musik nasionalnya, disebut khaen (sejenis pipa bambu). Sebuah kelompok musik umumnya terdiri dari penyanyi (mor lam) dan seorang pemain khaen (mor khaen) bersama pemain rebab dan pemain instrumen lain. Lam saravane adalah jenis musik terpopuler di antara musik-musik Laos, tetapi etnis Lao di Thailand telah mengembangkannya menjadi mor lam sing yang menjadi salah satu best-selling internasional.
Salah satu bukti penting dari kebudayaan Laos kuno terdapat di Dataran Guci.
Lihat juga:
Media
Media LaosSeluruh surat kabar diterbitkan oleh pemerintah, termasuk 2 surat kabar berbahasa asing: Vientiane Times yang berbahasa Inggris dan Le Rénovateur yang berbahasa Prancis. Selain itu, Kho San Pathet Lao, kantor berita resmi Republik Demokratik Rakyat Laos, menerbitkan surat kabarnya dalam bahasa Inggris dan Prancis. Warung internet yang melayani para turis umum ditemukan di pusat-pusat kota. Meski begitu, pemerintah menyensor isinya dengan ketat.
Saluran televisi satelit yang menayangkan acara televisi dari Thailand banyak ditemukan di Laos. Banyak dari rakyat Laos dapat mengakses dunia luar melalui program televisi Thailand.
Sumber Referensi : Wikipedia Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon maaf, Blog Ini dibuat dengan konten berbagai sumber untuk menumbuhkan cinta lingkungan pada generasi muda Indonesia baik flora, fauna maupun alamnya dan sama sekali tidak bertujuan komersial.
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.