KUNINGAN, (PRLM).- Kebakaran yang telah melalap ratusan hektare
kawasan hutan Taman Nasional Gunung Ciremai dalam tiga pekan terakhir,
telah membunuh berbagai jenis flora dan fauna. Namun, berbagai pihak
meyakini macan tutul dan macan kumbang tidak sampai ada yang mati
terjebak api serta masih bisa hidup aman dalam kawasan hutan rimba di
lereng gunung tersebut.
Kecuali itu, fauna berupa binatang melata, katak gunung, anak-anak
burung dalam sarang, dan serangga dalam areal terbakar, dipastikan
banyak yang terjebak api mati terbakar. Sementara, flora yang mati
terbakar sebagian besar berupa alang-alang, rumput, serta berbagai jenis
perdu atau semak belukar. Pasalnya, areal yang telah terbakar sebagian
besar hanya berupa lahan padat tumpukan batu keropos, minim tanah
lengang tegakan pohon.
Sementara itu, terkait dengan keberadaan macan tutul dan kumbang di
gunung tersebut, sejumlah anggota tim operasi penanggulangan kebakaran
Ciremai, menduga kuat beberapa areal yang telah terbakar di lereng utara
kaki Gunung Ciremai itu, merupakan salah satu tempat jenis binatang
buas itu hidup dan mencari mangsanya.
"Selama kami ikut menanggulangi kebakaran di seputar area ini, saya
dan beberapa orang teman saya, pada dua minggu ini sempat memergoki
macan kumbang hitam lompat dan lari menjauhi kami," kata Cineur (36)
salah seorang dari sejumlah anggota Lembaga Swadaya Masyarakat Aktivitas
Anak Rimba (Akar) Kuningan, yang sedang membuat alur sekat bakar di
lereng utara Ciremai sekitar Blok Batuarca, pada ketinggian sekitar 850
meter di atas permukaan laut, Rabu (26/9/12) pagi.
Pengakuan serupa juga diungkapkan Piit (40) dan beberapa orang
anggota Akar lainnya, serta beberapa orang masyarakat desa yang
tergabung dalam tim pembuat sekat bakar di blok tersebut. "Kemarin
malam, di sini saya dan rekan tim dari unsur masyarakat peduli api
(MPA), juga sempat melihat ada dua ekor macan kumbang lari melintas,"
ujar Piit, yang menyertai "PRLM" menuju Blok Batuarca tempat berkemah
tim pembuat sekat bakar, saat melintasi jalur masuk hutan di sekitar
Blok Karangdingding, lereng utara gunung tersebut, Selasa (25/9/12)
malam.
Keberadaan macan tutul dan macan kumbang di kawasan gunung Ciremai,
sebelumnya juga sempat diyakinkan beberapa orang pejabat Balai Taman
Nasional Gunung Ciremai (BTNGC). Bahkan menurut Kepala Seksi Pengelolaan
Taman Nasional Wilayah 1 Kuningan dari BTNGC Mokh. Ridwan Efendi, dan
Kepala Satuan Polisi Hutan BTNGC Mufrizal, kamera trap otomatis yang
dipasang pihaknya di beberapa titik lereng Ciremai, dalam setahun
terakhir sempat merekam beberapa objek foto macan tutul dan macan
kumbang, melintas depan lensa kamera tersebut.
"Di antaranya ada juga hasil tangkapan kamera trap yang dipasang di
sekitar Blok Batuarca," ujar Mokh. Ridwan Efendi, seraya menjelaskan
foto hasil rekaman kamera trap di beberapa titik lereng Gunung Ciremai
itu, merupakan bukti bahwa di kawasan gunung berapi tertinggi di Jawa
Barat itu, masih dihuni kedua jenis macan tersebut.
Namun, ujar Mokh. Ridwan menambahkan, jumlah populasi kedua jenis
macan tersebut sejauh ini pihaknya belum diketahui pasti. "Untuk
mengetahui populasi, perkembangbiakan, termasuk habitat macan tutul dan
kumbang di Gunung Ciremai, masih memerlukan langkah pengamatan dan
penelitian lebih lanjut," katanya. (A-91/A-108)
Macan Tutul Tertangkap di Kaki Gunung Ciremai
MACAN tutul (panthera pardus) dewasa yang masuk dan tertangkap di halaman rumah warga Desa Kalapagunung, Kec. Karamatmulya, Kab. Kuningan, saat siuman setelah dibius pingsan selama lebih kurang 40 menit dalam kerangkeng besi pengamannya, Selasa (16/10/2012).
KUNINGAN, (PRLM).- Seekor macan tutul (panthera pardus) jantan
ukuran dewasa, masuk dan tertangkap hidup di halaman belakang rumah Hj.
Kiah (67) di lingkungan RT 2 RW 1, Desa Kalapagunung, Kec. Karamatmulya,
Kab. Kuningan, Selasa (16/10). Masyarakat di desa bawahan kaki Gunung
Ciremai menduga macan berwarna bulu kuning kecoklatan dengan
bintik-bintik berwarna hitam itu, berasal dari kawasan hutan Gunung
Ciremai.
"Boa-boa macan ieu turun ti Gunung Ciremai, nandakeun Gunung Ciremai
rek bitu boa (Siapa tahu macan ini turun dari Gunung Ciremai dan siapa
tahu sebagai tanda-tanda Gunung Ciremai mau meletus)," ujar Yudi (44)
seorang warga Kec. Cilimus, Kuningan yang sedang menyaksikan proses
penangkapan macan di halaman rumah warga desa tersebut diikuti celoteh
ungkapan senada dari sejumlah warga lainnya.
Sebagian warga di antaranya, menduga macan itu keluar dari kawasan hutan Gunung Ciremai karena habitatnya baru-baru ini terganggu kebakaran hutan. Di balik itu, ada juga masyarakat dari beberapa kalangan menduga macan itu macan peliharaan yang lepas dari kandangnya.
Ketua Pos Pengamat Gunung Api Gunung Ciremai Maman Sukirman, kepaad "PRLM" menyatakan sejauh ini aktivitas vulkanik Gunung Ciremai teramati tidak mengalami gejala peningkatan. Maman Sukirman menyatakan, sampai saat ini status Gunung Ciremai masih tetap aktif normal, tanpa mengalami gejala peningkatan aktivitas vulkanik.
"Jadi, kalau pun, macan itu turun dari Gunung Ciremai, bukan karena aktivitas vulkanik Gunung Ciremai. Mungkin dia (macan tersebut-red.) turun gunung karena kurang makanan atau habitatnya terganggu, tapi bukan terganggu karena aktivitas vulkanik Ciremai," ujar Maman, seraya menegaskan kembali bahwa aktivitas vulkanik Ciremai selama ini tidak mengalami gejala-gejala mengalami peningkatan.
Sementara, posisi Desa Kalapagunung berada di sebelah timur dari Gunung Ciremai. Jika ditarik garis lurus berjarak sekitar 5 kilo meter dari batas hutan terbawah kaki gunung tersebut, tersekat lima wilayah desa lainnya, dari arah Ciremai ke timur masing-masing Desa Sukamukti, Kec. Jalaksana, kemudian Desa Pajambon, Ragawacana, Gandasoli, dan Desa Cibentang, Kec. Karamatmulya.
Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Wilayah III Ciamis pada Balai Besar KSDA Jawa Barat Rajendra Supriadi, yang turun membantu pihak Kepolisian Resor (Polres) Kuningan, menangkap hidup macan tersebut, menyatakan pihaknya belum berani menyimpulkan asal-usul macan tersebut. (A-91/A-26).
"Kamera trap yang saya pasang di sana seminggu lalu, kami fokuskan untuk mengamati keberadaan harimau. Selain itu juga untuk mengamati aneka satwa lainnya yang masih sering terlihat berkeliaran di seputar lereng puncak Ciremai," ujar Idin Abidin, saat ditemui "PRLM" di kantor Resort Cigugur.
Idin menyebutkan, informasi keberadaan harimau di kawasan lereng puncak gunung berapi tertinggi di Jawa Barat itu, diperoleh pihaknya dari Kristianto (54) seorang pertapa warga Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Sebagaimana diberitakan, Kristianto alias Krisna Jaya Wisesa belum lama ini sempat bertapa disertai melakukan pengembaraan selama 38 hari di kawasan puncak gunung tersebut.
Saat turun gunung, pertapa berambut gondrong itu, kepada "PRLM" pun memang sempat meyakinkan bahwa selama mengembara di kawasan puncak Ciremai itu, dirinya telah berulangkali melihat persis seekor harimau melintas di sekitar area yang kini dipasangi kamera tersebut.
"Sosok hewan yang telah beberapa kali saya saksikan melintas di sana, jelas adalah harimau bukan macan. Corak warna bulunya juga terlihat jelas belang hitam dan kuning, bukan totol-totol," kata Kristianto, lalu menyatakan dirinya melihat sosok harimau itu dalam jarak pandang kurang dari 20 meter.
Temuan sosok harimau tersebut, ketika itu juga sempat dilontarkan dan diyakinkan Kristianto kepada sejumlah pejabat dan jajaran petugas di kantor BTNGC. Menyikapi itu pula, Kepala Resort Cigugur Idin Abidin, sepekan yang lalu berangkat mendaki dan memasang kamera otomatis tersebut pada titik lokasi sebagaimana disebutkan Kristianto.
Idin Abidin menyebutkan pengamatan keberadaan harimau di gunung tersebut juga didasari beberapa petunjuk lainnya. Di antaranya atas adanya keterangan penduduk yang menyatakan dalam beberapa tahun terakhir masih ada warga yang sempat melihat harimau dalam kawasan hutan Gunung CIremai.
Selain itu, pada tahun 1968 pernah ada seekor harimau keluar dari hutan Gunung Ciremai dan tertangkap mati oleh penduduk. "Meskipun pada tahun 1990-an pihak WWF telah menyatakan harimau jawa di Gunung Ciremai punah, tetapi dengan adanya keterangan-ketarangan dari masyarakat tadi, pembuktian masih ada tidaknya harimau di Gunung Ciremai masih perlu diteliti kembali. Bisa saja, selain harimau jawa yang telah dinyatakan punah, di Gunung Ciremai ini ada harimau sumatera," kata Idin Abidin.
Namun menurut pendapat admin pribadi, yang telah beberapa kali menjelajahi Gunung Ciremai tahun 1988,1989,1990 kenampakan Harimau Jawa dekat puncak Ciremai pada ketinggian 2950 meter adalah suatu yang tidak mungkin, karena Harimau Jawa lebih sering menjelajah pada hutan-hutan dilereng bawah. Besar kemungkinan yang dilihat oleh Kristianto itu adalah sosok Macan Tutul Jawa yang secara sepintas memang mirip Harimau apabila dilihat dari jarak jauh. Yang jelas Macan Tutul menyukai habitat di tempat-tempat tinggi dekat tebing-tebing curam ataupun gua-gua di tepi jurang yang jarang dijamah manusia. Walaupun ada pengakuan warga yang sempat ditemui admin masih melihat sosok Harimau Jawa dan bukti fisik ofsetan Kepala Harimau Jawa dari Gunung Ciremai, admin menduga Harimau Jawa sudah punah dari Gunung Ciremai, sedangkan yang dilihat oleh penduduk dan pendaki gunung hanyalah salah persepsi, karena sebenarnya yang mereka lihat adalah Macan Tutul Jawa bukan Harimau Jawa.
Sumber Refernsi : Harian Pikiran Rakyat Online
Sebagian warga di antaranya, menduga macan itu keluar dari kawasan hutan Gunung Ciremai karena habitatnya baru-baru ini terganggu kebakaran hutan. Di balik itu, ada juga masyarakat dari beberapa kalangan menduga macan itu macan peliharaan yang lepas dari kandangnya.
Ketua Pos Pengamat Gunung Api Gunung Ciremai Maman Sukirman, kepaad "PRLM" menyatakan sejauh ini aktivitas vulkanik Gunung Ciremai teramati tidak mengalami gejala peningkatan. Maman Sukirman menyatakan, sampai saat ini status Gunung Ciremai masih tetap aktif normal, tanpa mengalami gejala peningkatan aktivitas vulkanik.
"Jadi, kalau pun, macan itu turun dari Gunung Ciremai, bukan karena aktivitas vulkanik Gunung Ciremai. Mungkin dia (macan tersebut-red.) turun gunung karena kurang makanan atau habitatnya terganggu, tapi bukan terganggu karena aktivitas vulkanik Ciremai," ujar Maman, seraya menegaskan kembali bahwa aktivitas vulkanik Ciremai selama ini tidak mengalami gejala-gejala mengalami peningkatan.
Sementara, posisi Desa Kalapagunung berada di sebelah timur dari Gunung Ciremai. Jika ditarik garis lurus berjarak sekitar 5 kilo meter dari batas hutan terbawah kaki gunung tersebut, tersekat lima wilayah desa lainnya, dari arah Ciremai ke timur masing-masing Desa Sukamukti, Kec. Jalaksana, kemudian Desa Pajambon, Ragawacana, Gandasoli, dan Desa Cibentang, Kec. Karamatmulya.
Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Wilayah III Ciamis pada Balai Besar KSDA Jawa Barat Rajendra Supriadi, yang turun membantu pihak Kepolisian Resor (Polres) Kuningan, menangkap hidup macan tersebut, menyatakan pihaknya belum berani menyimpulkan asal-usul macan tersebut. (A-91/A-26).
Harimau Jawa masih ada di Gunung Ciremai ?
Balai Taman Nasional Gunung Ciremai sejak sepekan lalu menempatkan satu unit kamera trap di titik ketinggian sekitar 2.960 meter di atas permukaan laut lereng barat daya kawasan puncak Gunung Ciremai. Kepala Resort Cigugur lingkup BTNGC Idin Abidin menyebutkan, penempatan kamera otomatis itu dilakukan menyusul adanya informasi bahwa di lokasi tersebut belakangan ini sering dilintasi harimau."Kamera trap yang saya pasang di sana seminggu lalu, kami fokuskan untuk mengamati keberadaan harimau. Selain itu juga untuk mengamati aneka satwa lainnya yang masih sering terlihat berkeliaran di seputar lereng puncak Ciremai," ujar Idin Abidin, saat ditemui "PRLM" di kantor Resort Cigugur.
Idin menyebutkan, informasi keberadaan harimau di kawasan lereng puncak gunung berapi tertinggi di Jawa Barat itu, diperoleh pihaknya dari Kristianto (54) seorang pertapa warga Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Sebagaimana diberitakan, Kristianto alias Krisna Jaya Wisesa belum lama ini sempat bertapa disertai melakukan pengembaraan selama 38 hari di kawasan puncak gunung tersebut.
Saat turun gunung, pertapa berambut gondrong itu, kepada "PRLM" pun memang sempat meyakinkan bahwa selama mengembara di kawasan puncak Ciremai itu, dirinya telah berulangkali melihat persis seekor harimau melintas di sekitar area yang kini dipasangi kamera tersebut.
"Sosok hewan yang telah beberapa kali saya saksikan melintas di sana, jelas adalah harimau bukan macan. Corak warna bulunya juga terlihat jelas belang hitam dan kuning, bukan totol-totol," kata Kristianto, lalu menyatakan dirinya melihat sosok harimau itu dalam jarak pandang kurang dari 20 meter.
Temuan sosok harimau tersebut, ketika itu juga sempat dilontarkan dan diyakinkan Kristianto kepada sejumlah pejabat dan jajaran petugas di kantor BTNGC. Menyikapi itu pula, Kepala Resort Cigugur Idin Abidin, sepekan yang lalu berangkat mendaki dan memasang kamera otomatis tersebut pada titik lokasi sebagaimana disebutkan Kristianto.
Idin Abidin menyebutkan pengamatan keberadaan harimau di gunung tersebut juga didasari beberapa petunjuk lainnya. Di antaranya atas adanya keterangan penduduk yang menyatakan dalam beberapa tahun terakhir masih ada warga yang sempat melihat harimau dalam kawasan hutan Gunung CIremai.
Selain itu, pada tahun 1968 pernah ada seekor harimau keluar dari hutan Gunung Ciremai dan tertangkap mati oleh penduduk. "Meskipun pada tahun 1990-an pihak WWF telah menyatakan harimau jawa di Gunung Ciremai punah, tetapi dengan adanya keterangan-ketarangan dari masyarakat tadi, pembuktian masih ada tidaknya harimau di Gunung Ciremai masih perlu diteliti kembali. Bisa saja, selain harimau jawa yang telah dinyatakan punah, di Gunung Ciremai ini ada harimau sumatera," kata Idin Abidin.
Namun menurut pendapat admin pribadi, yang telah beberapa kali menjelajahi Gunung Ciremai tahun 1988,1989,1990 kenampakan Harimau Jawa dekat puncak Ciremai pada ketinggian 2950 meter adalah suatu yang tidak mungkin, karena Harimau Jawa lebih sering menjelajah pada hutan-hutan dilereng bawah. Besar kemungkinan yang dilihat oleh Kristianto itu adalah sosok Macan Tutul Jawa yang secara sepintas memang mirip Harimau apabila dilihat dari jarak jauh. Yang jelas Macan Tutul menyukai habitat di tempat-tempat tinggi dekat tebing-tebing curam ataupun gua-gua di tepi jurang yang jarang dijamah manusia. Walaupun ada pengakuan warga yang sempat ditemui admin masih melihat sosok Harimau Jawa dan bukti fisik ofsetan Kepala Harimau Jawa dari Gunung Ciremai, admin menduga Harimau Jawa sudah punah dari Gunung Ciremai, sedangkan yang dilihat oleh penduduk dan pendaki gunung hanyalah salah persepsi, karena sebenarnya yang mereka lihat adalah Macan Tutul Jawa bukan Harimau Jawa.
Sumber Refernsi : Harian Pikiran Rakyat Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon maaf, Blog Ini dibuat dengan konten berbagai sumber untuk menumbuhkan cinta lingkungan pada generasi muda Indonesia baik flora, fauna maupun alamnya dan sama sekali tidak bertujuan komersial.
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.