Minggu, 16 Oktober 2016

ARTROPODA : HEWAN DENGAN KAKI BERUAS-RUAS

    Artropoda berasal dari kata arthros yang berarti sendi atau ruas dan Podos yang berarti kaki. Artropoda artinya hewan yang kakinya beruas-ruas atau berbuku-buku. Jadi, semua hewan tak bertulang belakang yang kakinya beruas-ruas termasuk dalam filum Artropoda. Hewan yang termasuk dalam kelompok Artropoda antara lain adalah semut, kupu-kupu, lalat, labah-labah, kalajengking, kelabang, kepiting dan udang. Artropoda merupakan filum terbesar dari kerajaan binatang. Lebih dari 75% hewan di muka bumi yang telah diketahui nama dan jenisnya merupakan anggota Artropoda.
    Hewan yang tergolong dalam filum Artropoda memiliki ciri-ciri tubuh beruas-ruas dan terbagi menjadi dua bagian yang sama besar (bilateral simetris). Selain itu tubuh hewan Artropoda dibungkus oleh zat tanduk (kitin) sehingga membentuk kerangka/lapisan luar (eksoskeleton).Bagian yang beruas-ruas umumnya tidak berkitin sehingga mudah digerakkan. Rongga tubuh pada hewan dewasa yang berukuran kecil dan berisi darah disebut haemocoel.

Empat kelas Utama
    Jumlah spesies dalam Artropoda lebih banyak dari semua spesies filum lain. Berdasarkan perbedaan bagian tubuhnya, Artropoda dibagi menjadi 4 kelas yaitu :

  1. Myriapoda (hewan berkaki banyak), sering ditemukan di bawah batu dan kayu, terutama di daerah yang banyak sisa tumbuhan, contohnya lipan dan keluwing.
  2. Krustasea (hewan bercangkang), sebagian besar anggota krustasea hidup di dalam air, hanya sedikit yang hidup di darat, misalnya kepiting dan Udang.
  3. Insekta atau serangga, biasa disebut hewan berkaki enam, namun tidak semua anggotanya berkaki enam, misalnya Belalang dan Kupu-kupu
  4. Araknida (hewan berkaki delapan), umumnya banyak ditemukan di dalam tanah maupun di permukaan tanah, misalnya labah-labah dan kalajengking.
 Belalang dari kelas Insekta
 Kalajengking dari kelas Araknida
 Kepiting dari kelas Krustasea
Kaki seribu dari kelas Myriapoda

Ekdisis
    Tubuh hewan Antropoda dilapisi oleh eksoskeleton (kulit luar) yang terdiri dari epikutikula (lapisan terluar) merupakan lapisan senyawa lilin yang tidak dapat dilalui air. Adapun lapisan prokutikula tersusun oleh kitin.Berbeda dengan pertumbuhan cangkang moluska, eksoskeleton pada Artropoda dihasilkan oleh seluruh permukaan tubuh secara simultan. Ketika telah terjadi proses pengeresan, lapisan skeleton yang lama akan dilepaskan dan digantikan oleh yang baru yang ukurannya relatif lebih besar. Proses tersebut dikenal dengan istilah ekdisis (pertukaran kulit). Saat ekdisis merupakan masa kritis bagi Artropoda terhadap predatornya karena tubuhnya belum terlindung oleh lapisan yang keras. Oleh sebab itu, ketika ekdisis, hewan tersebut berlindung pada tempat yang aman.

Kitin
    Kitin pada Artropoda berfungsi sebagai pelindung, pendukung dan pergerakan. Kitin hasil ekdisis bermanfaat bagi manusia. Hal ini karena kitin kuat, non alergi dan dapat diuraikan secara biologi. Kitin sebagai contoh, dapat dilebur dan dibentuk menjadi serat yang dapat dipergunakan sebagai benang pada operasi bedah. Kitin juga dapat digunakan untuk kapsul yang dapat diuraikan secara biologi dan dapat diimplatasi pada tubuh.

Metamorfosis
    Banyak Artropoda yang mengalami metamorfosa. Pada metamorfosis sempurna, bentuk larva sangat berbeda dengan bentuk dewasa. Jenis makanan pada tahap larva sangat berbeda dengan makanan pada tahap dewasa sehingga mengurangi persaingan dalam satu spesies.
    Habitat Artropoda ada yang di darat, air tawar dan air laut. Adapula Artropoda yang hidup menempel pada pohon, hidup di tubuh binatang, dan adapula Artropoda yang hidup di kepala manusia. Hewan ini ada yang hidup secara bebas dan adapula yang menjadi parasit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon maaf, Blog Ini dibuat dengan konten berbagai sumber untuk menumbuhkan cinta lingkungan pada generasi muda Indonesia baik flora, fauna maupun alamnya dan sama sekali tidak bertujuan komersial.

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.