Selasa, 22 November 2016

CAPUNG : SERANGGA BERSAYAP TIPIS TEMBUS PANDANG

    Capung adalah kelompok serangga dari sub ordo Anisoptera yang berekor panjang dan memiliki dua pasang sayap tipis tembus pandang. Seperti anggota ordo Odonata lainnya, mulut capung termasuk tipe penggigit dan pengunyah. Hewan ini dapat dijumpai hampir di setiap tempat yang berdekatan dengan perairan tawar, seperti kolam, danau dan sungai.
    Kelompok capung bersifat aerial atau menghabiskan sebagian besar hidupnya di udara. Meskipun demikian, hewan ini juga bersifat akuatik atau hidup di air, terutama pada stadium nimfa (larva). Capung dewasa gemar memangsa serangga kecil, seperti nyamuk, agas, dan ngengat. Capung yang berukuran lebih besar dapat memangsa lebah atau kupu-kupu.
Spesies Capung
    Kelompok capung terdiri dari 2.500 spesies yang memiliki bentuk, corak dan warna bervariasi, misalnya spesies dari genus Aesha, Gomphus, Somatochlora dan Anax. Sebagian besar spesies capung ditemukan di daerah tropis dan sub tropis, seperti di wilayah Amerika Selatan dan Amerika Utara. Wilayah Australia yang jumlah perairan tawarnya sedikit memiliki 302 spesies capung. Adapun di wilayah Indonesia yang banyak memiliki sungai dan danau, capung terdiri dari 757 spesies yang tersebar hampir di setiap pulau.

Mata Faset
    Ukuran tubuh capung berkisar dari 2 cm hingga 13,5 cm. Matanya yang berukuran besar merupakan mata majemuk atau mata faset yang terdiri dari 30.000 mata ommatidia. Mata capung memenuhi seluruh bagian kepala. Antenanya sangat kecil seperti rambut. Sayapnya yang berjumlah dua pasang berbentuk tipis dan memanjang. Sayap bagian belakang umumnya lebih besar daripada sayap bagian depan. Rangka sayapnya berselaput dan memiliki stigma (sel berpigmen). Toraks atau dada capung berukuran kecil dan kompak (menyatu). Abdomen atau bagian perutnya panjang dan langsing. Alat kelamin jantan dan betina terdapat pada bagian abdomennya. Kaki capung yang berjumlah enam buah ditutupi oleh duri-duri halus. Kaki tersebut hanya digunakan sebagai penangkap mangsa ketka terbang dan tidak digunakan untuk berjalan.

Hemimetabola
    Capung mampu terbang dengan kecepatan sekitar 80-90 km perjam. Individu jantan dan betina terbang secara bersama-sama dan kemudian melakukan kopulasi (kawin) di udara. Hewan ini menga-
lami hemimetabola ataumetaforsis tidak sempurna. Telut-telur capung akan diletakkan didalam jaringan tumbuhan, di atas tanah atau di air. Telur yang menetas akan membentuk nimfa atau larva yang bernuansi dan bersifat aquatik. Pada tahap ini organ-organ tubuh capung mulai terbentuk. Semua nimfa capung bersifat karnivora, bahkan kadang-kdang bersifat kanibal  atau memakan kawannya sendiri.
 Capung Biru
 Capung nektar
 Capung semak
Capung komik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon maaf, Blog Ini dibuat dengan konten berbagai sumber untuk menumbuhkan cinta lingkungan pada generasi muda Indonesia baik flora, fauna maupun alamnya dan sama sekali tidak bertujuan komersial.

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.