Katak adalah nama kelompok hewan amfibi tidak berekor dari bangsa Anura yang berkaki empat dan memiliki kemampuan untuk meloncat. Sekitar 4.000 spesies katak dikelompokkan ke dalam beberapa suku, antara lain suku Bufonidae (Bangkong) dan Pipidae (kodok pipid). Hewan ini hidup hampir di semua habitat, kecuali lingkungan yang ekstrem seperti daerah kutub dan puncak gunung tinggi. Selain berperan sebagai konsumen dalam rantai makanan (food web), beberapa jenis katak berperan sebagai sumber makanan bagi manusia.
Ukuran tubuh katak sangat beragam. Spesies katak terkecil, yaitu katak brazil (Psyllophryne didactyla), memiliki panjang 8,5 mm dan bobot 30 gr. Adapun katak goliath-afrika (Conraua goliath) merupakan spesies terbesar yang panjangnya 30 cm dan bobotnya 3,2 Kg.
Anatomi
Kepala katak yang datar menyatu dengan bagian badan. Kulit katak biasanya tipis, lembab dan tidak bersisik. Akan tetapi, anggota suku Bufonidae seperti bangkong biasa (Bufo bufo) dan bangkong amerika (Bufo Americanus) memiliki kulit yang berbintil-bintil dan beracun. Hewan ini memiliki mata yang besar dan berkelopak. Telinganya tertutup membran tipis di belakang matanya. Mulut katak lebar dan tidak bergigi. Kaki depannya berukuran pendek dan memiliki empat jari. Adapun kaki belakangnya berukuran panjang berjari lima dan berselaput renang.
Berudu
Pembuahan telur katak biasanya berlangsung di luar tubuhnya. Katak dapat menghasilkan sekitar 10.000 telur yang dilapisi dengan lendir. Lendir tersebut berfungsi untuk melindungi telur dari predator dan udara kering.Pada umumnya, katak mengalami dua tahap perkembangan atau metamorphosis, yaitu berudu atau kecebong dan katak dewasa. Tetapi, beberapa jenis katak dari marga Eleutherodactylus, tidak melewati tahap berudu tetapi langsung menjadi katak kecil. Pada tahap berudu, katak hidup di air, memiliki ekor, bernafas dengan insang dan memakan plankton. Setelah menjadi dewasa, katak bisa hidup di darat, tidak berekor, bernafas dengan paru-paru serta memangsa serangga, cacing dan larva ikan.
Berudu Katak Bertanduk
Kecebong
Bio-Indikator Lingkungan
Karena kebiasaan makannya, katak dapat digunakan untuk mengontrol populasi serangga yang merugikan, terutama nyamuk. Katak juga digunakan sebagai hewan percobaan pada berbagai kegiatan penelitian di bidang anatomi dan embriologi. Para ahli ekologi menjadikan hewan ini sebagai bio-indikator lingkungan karena peningkatan atau penurunan populasi katak terkait dengan status pencemaran lingkungan pada suatu daerah. Selain itu, beberapa jenis katak, sepertikodokbanteng amerika atau bulfrog (Rana catesbeina) dan kodok makanan (R.esculenta) dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan sumber protein, terutama di negara-negara Eropa dan Amerika Utara.
Katak Pohon Madagaskar
Kodok Bangkong Hijau
Katak beracun
Katak Pohon Hijau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon maaf, Blog Ini dibuat dengan konten berbagai sumber untuk menumbuhkan cinta lingkungan pada generasi muda Indonesia baik flora, fauna maupun alamnya dan sama sekali tidak bertujuan komersial.
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.