Senin, 29 April 2013

KELALAWAR : MAMALIA PENERBANG MALAM

   
     Kelalawar (Chiroptera) adalah nama bangsa atau ordo sekelompok hewan dari kelas Mamalia (hewan menyusui) yang tubuhnya bermembran sehingga mampu terbang. Di antara semua hewan mamalia, hanya kelalawar yang bisa terbang, mempunyai spesies paling banyak, dan tersebar paling luas. Terdapat sekitar 966 spesies kelalawar yang hidup di daerah kutub, hutan, gurun, pegunungan, bahkan kota besar.

 Kawanan Kelalawar terbang di pepohonan
    Ukuran tubuh kelalawar cukup bervariasi, ada yang berbobot 1-2 gram, misalnya kelalawar bambu (Craseoneycteris sp) dan ada pula yang bisa mencapai bobot 2 kg dengan rentang sayap 1,5 meter, misalnya kalong buah (Pteropus sp).
 Rentang sayap kelalawar
 Evolusi Konvergen
   Berdasarkan sejarah evolusinya, kelalawar terbagi menjadi dua kelompok yaitu Megachiroptera (kelalawar besar atau kalong) dan Microchiroptera (Kelalawar kecil). Meskipun tampak sama, kedua kelompok ini berkembang dari nenek moyang yang berbeda. Kalong berasal dari bangsa primata (Kera), sedangkan kelalawar berasal dari bangsa Rodentia (pengerat, misalnya tikus). Evolusi seperti ini disebut konvergen, yaitu dua nenek moyang yang berbeda terevolusi dengan adaptasi yang sama menghasilkan jenis yang secara morfologis sama.

Kelalawar raksasa
Membran
    Sayap kelalawar terbentuk dari membran di samping tubuhnya. Membran ini menghubungkan jari-jari tangannya yang panjang hingga ke kaki belakang, bahkan ada yang sampai menutupi ekornya. Dengan membran ini kelalawar mampu terbang hingga jarak 60 km dari tempat bertenggernya. Kelalawar aktif di malam hari. Matanya sangat kecil dan tidak berkembang dengan baik. Telinganya sangat sensitif dan berukuran cukup besar dibandingkan dengan ukuran kepalanya. Satu hal yang sangat unik dari telinga kelalawar adalah kemampuannya menerima getaran ultrasonik dengan frekuensi lebih dari 20.000 Hz yang dikeluarkan dari pangkal tenggorokannya. Apabila getaran ini menyentuh suatu benda, gema yang ditimbulkan akan diterima oleh telinganya. Gema ini memberikan informasi tentang benda yang ada di hadapannya. Bentuk bibir dan cuping hidung kelalawar berbeda antara satu jenis dan jenis lainnya. Anggota tubuh ini termodifikasi untuk mengeluarkan bunyi dengan frekuensi yang berbeda-beda.

Pulau yang dihuni ribuan Kelalawar
Hidup Berkelompok
    Kebanyakan kelalawar membentuk kelompok besar di tempatnya bergelantungan. Tempat kelalawar dipertahankan dari generasi ke generasi. Kelalawar mulai bereproduksi setelah berusia 2 tahun. Satu jantan dapat mengawini 3-5 ekor betina. Masa kehamilan kelalawar bervariasi tergantung pada jenisnya. Kelalawar pipistreleseropa (pipistrellus pipistrellus) hamil selama 14 hari, sedangkan kelalawar jempol (Taphazous longimanus) hamil selama 5 bulan. Satu betina biasanya melahirkan hanya satu ekor anak. Anak kelalawar menyusu pada induknya hingga berusia sekitar 2 bulan.

Kawanan kelalawar beristirahat di pohon
Kelangsungan Hidup Ekosistem
    Kelalawar memegang peran penting dalam kelangsungan hidup ekosistem. Jenis frugifor (pemakan buah), misalnya kalong, mengambil buah dari pohon, memakannya di tempat lain, dan membuang bijinya di tempat itu. Hal ini membantu penyebaran tumbuhan ini. Suku tanaman bunga Sonneratiaceae yang hidup di hutan bakau, mekar pada senja hari tepat ketika kelalawar ladam (Macroglossus minimus) keluar dari tempat bertenggernya. Kelalawar ini menghisap madu bunga ini dan membantu penyerbukan. Dengan cara ini kelalawar membantu penyerbukan pohon pisang, pete dan durian. Adapun kotoran kelalawar (guano) merupakan sumber energi penting bagi ekosistem gua dan dapat dijadikan pupuk.

Posisi terbalik kelalawar pada saat tidur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon maaf, Blog Ini dibuat dengan konten berbagai sumber untuk menumbuhkan cinta lingkungan pada generasi muda Indonesia baik flora, fauna maupun alamnya dan sama sekali tidak bertujuan komersial.

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.