Sabtu, 24 Maret 2018

HARI AIR SEDUNIA 2018

    Hari Air Sedunia atau World Day for Water adalah perayaan yang ditujukan sebagai usaha-usaha menarik perhatian publik akan pentingnya air bersih dan usaha penyadaran untuk pengelolaan sumber-sumber air bersih yang berkelanjutan .

   Hari Air Sedunia diperingati setiap tanggal 22 Maret, inisiatif peringatan ini di umumkan pada Sidang Umum PBB ke-47 tanggal 22 Desember 1992 di Rio de Janeiro, Brasil. Hari Air Sedunia (World Water Day) adalah hari yang diperingati atau dirayakan sebagai usaha untuk menarik atensi publik masyarakat sedunia (internasional) mengenai pentingnya air bersih bagi kehidupan dan usaha advokasi untuk melindungi sumber daya air bersih secara berkelanjutan. Ini adalah hari untuk membuat perbedaan bagi anggota populasi global yang mengalami masalah terkait air, dan merupakan hari untuk mempersiapkan bagaimana kita mengelola air di masa depan.
     Setiap tahunnya pada Hari Air Sedunia terdapat tema khusus, contohnya pada 2009 "Air Bersama, Peluang Bersama" (Shared water, shared opportunities). Untuk Tahun 2016 tema yang diambil adalah Water and Jobs, yang memberikan penjelasan tentang hubungannya air dan pekerjaan yang dimiliki. Hal penting lain yang akan disampaikan adalah bahwa dengan kuantitas dan kualitas air yang lebih baik berhubungan dengan pekerjaan yang lebih baik pula.
   Sedangkan untuk tahun 2018 ini Peringatan Hari Air sedunia mengambil tema Nature-Based Solutions For Water (Solusi Berbasis Alam untuk Air). Melalui tema tahun ini, kita diajak untuk berpikir tentang bagaimana 'solusi berbasis alam untuk mengatasi tantangan air yang kita hadapi hari ini di abad ke-21.Sederhananya adalah kita diminta untuk menanam dan menumbuhkan pohon agar hutan kembali hijau, mengurangi banjir, menciptakan sungai dan ladang yang kaya dengan tanah subur dan memulihkan elemen alam lainnya dari lingkungan yang telah rusak, dengan cara membantu dalam memurnikan air yang sudah terkena polusi.

    Dalam pernyataan dari PBB berbunyi, "Kerusakan ekosistem mempengaruhi kuantitas dan kualitas air yang tersedia untuk konsumsi manusia". "Hingga hari ini ada 2,1 miliar orang yang hidup tanpa air minum yang bersih dan aman di rumah mereka, yang mana mempengaruhi kesehatan, pendidikan dan mata pencaharian mereka.
"Tujuan pembangunan berkelanjutan ini memiliki 6 komitmen dunia untuk memastikan bahwa setiap orang memiliki akses ke air bersih pada tahun 2030, dan termasuk target untuk melindungi lingkungan alam dan mengurangi polusi," tulis pernyataan dari PBB.

Mulai Dari Diri Sendiri
  Maka dari itu, guna berpartisipasi dalam kepedulian akan air bersih, Anda dapat memulainya dengan diri sendiri. Seperti melakukan hal-hal sederhana misalnya menggunakan air secukupnya saat mandi, tidak berendam di bathtub, jangan membuang sampah sembarangan ataupun jangan berlebihan meminum air dikemasan botol plastik serta tidak membuang sampah kemasan botolnya sembarangan. Peringatan Hari Air Sedunia jatuh pada hari  Kamis 22 Maret 2018 dua hari yang lalu . Setiap orang bisa turut serta berkontribusi dengan menerapkan kebiasaan sederhana hemat air, sebagai bukti turut serta menjaga ketersediaan air bersih. 
 
  Kebiasaan sederhana itu berkaitan dengan pengaturan pemakaian air yang berefek positif bagi lingkungan. Aktivitas seperti kebiasaan memasak di dapur, mandi, hingga mencuci pakaian sehari-hari. Penghematan penggunaan air tersebut bisa dilakukan dengan berbagai cara. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini lima kebiasaan sederhana yang bisa dilakukan dalam menghemat air:
1. Memasak di dapur
Ketika ingin memasak sebaiknya gunakan panci untuk menampung air yang bisa digunakan untuk mencuci sayuran atau buah-buahan. Air sisa yang telah digunakan untuk mencuci buah atau sayuran jangan langsung dibuang, sebaiknya gunakan untuk menyiram tanaman. Saat memasak makanan sebaiknya pilih metode memasak dengan mengkukus sayuran agar tidak membutuhkan banyak air. Jika ingin merebus sayuran gunakan air secukupnya, jangan menggunakan air rebusan berlebihan, dan sisa air rebusan bisa digunakan untuk membuat kaldu atau biarkan air sisa sampai dingin dan gunakan untuk menyiram tanaman. Mencuci piring akan membutuhkan banyak air untuk membersihkan noda sisa makanan. Saat mencuci piring sebaiknya tampung air terlebih dahulu. Jangan biarkan air terus mengalir saat mencuci piring. Botol minum yang akan dicuci tapi masih ada sisa sebaiknya digunakan untuk menyiram tanaman.
2. Di kamar mandi
Sebagian orang sering menghabiskan waktu untuk mandi di kamar mandi. Namun berlama-lama di kamar mandi juga menjadi boros air. Sebaiknya atur waktu mandi dengan menggunakan timer. Jika menggunakan shower, sebaiknya matikan saat menggosok gigi, mencuci tangan atau bercukur, jangan biarkan shower menyala terus menerus. 

3. Mencuci pakaian 
Mencuci pakaian dengan mesin cuci sebaiknya menunggu saat pakaian kotor memenuhi mesin cuci jangan sampai kelebihan muatan. Saat mencuci pakaian dengan jumlah sedikit, sebaiknya gunakan air dan detergen secukupnya. Air limbah bekas cucian kemudian digunakan untuk menyiram rumput-rumput yang ada di taman rumah. 

4. Menyiram tanaman
Tanaman membutuhkan air untuk bertahan hidup, namun kebutuhan air untuk tanaman bisa dihemat dengan menggunakan sisa air untuk menyiram tanaman. Selain itu sebaiknya siram air saat pagi atau sore hari, agar air tidak cepat menguap karena paparan sinar matahari. Menampung air hujan juga bisa menjadi solusi yang dapat dilakukan untuk menyiram tanaman. Sebaiknya siram tanaman langsung pada bagian tanah yang dekat dengan akar bukan ke daun. Hal itu dilakukan agar air langsung ke akar, dimana air memang dibutuhkan tanaman. 

5. Memperbaiki pipa bocor
Kebiasaan yang sederhana tapi cukup berefek besar yakni membetulkan saluran air, pipa atau keran yang bocor. Ini menghentikan air yang terbuang sia-sia dan terus menerus. Dan jika air sudah tidak digunakan sebaiknya tutup keran dan pastikan tertutup dengan sempurna agar tidak ada tetesan air yang terbuang. 
Gaya Hidup Digital Bisa Menjadi Solusi Penyelamatan Air
  Dalam beberapa tahun terakhir masyarakat di berbagai belahan dunia telah didorong untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang ramah lingkungan, dari gaya hidup tanpa sampah, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, hingga menghemat listrik dan air.
   Di luar upaya tersebut, digitalisasi di dalam rumah ternyata juga bisa menjadi cara baru untuk berkontribusi menyelamatkan air dan bumi. Pemanfaatan teknologi dinilai akan mampu menghemat air dan lebih jauh mendukung aksi peduli di peringatan Hari Air Sedunia .
   Gaya hidup digital atau digitalisasi di dalam rumah ini bisa berupa teknologi seperti penerangan yang bisa diberi penghitung waktu, sensor cahaya dan gerak yang bisa mengontrol penggunaan listrik, dan sistem-sistem manajemen energi. Menurut studi yang dirilis agensi air nasional PUB dan National University of Singapore, penggunaan alat mandi pintar bisa menghemat air hingga lima liter per hari. Sebagai respons terhadap hal ini, pemerintah Singapura dikabarkan akan memasang alat-alat mandi ini di sejumlah rumah di awal 2018.

    Dilansir dari Business Times, digitalisasi adalah salah satu solusi bagi pemerintah, perusahaan dan penduduk untuk mencegah krisis air skala besar. Strategy Analytics bahkan menyebutkan bahwa alat-alat rumah pintar ini bisa mengambil alih penggunaan ponsel pada 2021. Hal itu menjadi penting dan sejalan dengan peringatan Hari Air Sedunia 2018 yang tahun ini, peringatan tersebut akan berfokus pada keamanan air, yang telah menjadi salah satu prioritas agenda banyak negara selama 10 tahun terakhir.
   Keamanan air bisa didefinisikan sebagai akses air yang berkelanjutan untuk kehidupan sehari-hari, kesejahteraan manusia dan perkembangan sosioekonomi. Walau begitu, menurut laporan Asian Development Bank 2015, lebih dari tiga per empat negara di Asia mengalami kekurangan air serius. Namun, keamanan air tengah terancam perubahan iklim. Ilmuwan telah menyebut bahwa tingkat emisi karbon dioksida manusia belakangan ini telah terlalu parah hingga tidak bisa diperbaiki lagi. Pada 2016, penduduk bumi telah melampaui batas emisi karbon yang telah ditetapkan.

Partisipasi industri
   Walaupun keterlibatan individu penting dalam perjuangan mengatasi perubahan iklim, hal tersebut tidak cukup. Pemegang kekuasaan dan pemilik industri-industri besar dinilai perlu ikut bergerak. Hal ini disebabkan air merupakan sumber daya yang esensial dalam industri. Jutaan galon air digunakan untuk pembuatan produk sehari-hari. Dalam pembuatan kaus katun, misalnya, tiap harinya dibutuhkan 2.500 liter air.
   Oleh karenanya, tanpa partisipasi industri besar dalam pelestarian lingkungan, upaya-upaya individu yang telah dilakukan tidak akan berdampak banyak. Industri 4.0 adalah salah satu bentuk digitalisasi yang bisa diadopsi industri-industri besar. Industry 4.0 atau "pabrik pintar" (smart factory) merupakan otomasi dan pertukaran data yang bisa membantu meningkatkan produktivitas bagi sektor manufaktur. Teknologi ini juga bisa menghembat sumber daya dengan cara membatasi pembuangan material dan overproduksi.
   Beberapa perusahaan di dunia telah merancang model-model digitalisasi industri untuk menghembat sumber daya air dalam proses produksi. Salah satunya adalah Grundfos, yang merancang iSolutions. iSolutions adalah produk-produk pompa yang menggunakan teknologi industri 4.0 untuk mengoptimalisasi efisiensi air. Sebagai pompa berteknologi canggih, iSolutions menggunakan proses monitor yang terotomatisasi, fitur-fitur yang bisa disesuaikan, dan teknologi-teknologi lainnya. Sehingga, industri yang menggunakan teknologi ini dapat menghemat air dalam proses produksinya.
  Dengan semakin bermunculannya teknologi-teknologi yang berfokus pada penghematan sumber daya alam, di masa mendatang akan muncul model-model bisnis yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Digitalisasi memang membutuhkan waktu bagi masyarakat untuk beradaptasi. Walau awalnya terlihat lebih mahal dan mengorbankan lebih banyak usaha, keuntungan digitalisasi dalam jangka panjang diyakini akan lebih banyak.

Untuk menandai Hari Air Sedunia 2018, berikut beberapa fakta yang mengejutkan.
  1. Sekitar 71 persen permukaan bumi tertutup air, menurut The United States Geological Survey Water Science School.
  2. Pasokan air total dunia setara dengan 332,5 juta mil kubik.
  3. Lautan merupakan sekitar 97 persen dari seluruh air Bumi, yang berarti hanya 3 persen air yang tidak mengandung garam.
  4. Dari total air tawar dunia, 69 persen dibekukan di es dan gletser dan 30 persen lainnya ada di tanah.
  5. Hanya 0,26 persen air dunia ada di danau air tawar.
  6. Dan hanya 0,001 persen dari seluruh air kita yang ada di atmosfer.
  7. Pada tahun 2050, populasi dunia akan tumbuh oleh sekitar 2 miliar orang , hampir 10 miliar  meningkatkan permintaan air hingga 30 persen, prediksi PBB.
  8. Lebih dari 80 persen limbah kotor masyarakat mengalir kembali ke lingkungan tanpa pengolahan atau penggunaan kembali.
  9. Sebanyak 71 persen lahan basah alami dunia telah hilang sejak tahun 1900, dan ini adalah kesalahan manusia.
  10. Menurut PBB, 2,1 miliar orang tidak memiliki air minum yang aman di rumah. Dari jumlah tersebut, 844 juta tidak memiliki akses terhadap layanan air minum dasar, termasuk 263 juta orang yang melakukan perjalanan selama lebih dari 30 menit per perjalanan untuk mengumpulkan air.
  11. Dan 159 juta orang masih minum air yang belum terolah dan memiliki risiko kesehatan yang serius  dari sumber air permukaan, seperti sungai atau danau.

Berikut ini tema peringatan hari air sedunia sejak 1994 lalu.

1994: Caring for Our Water Resources is Everyone’s Business (Peduli terhadap Sumber daya Air adalah Tanggng Jawab Setiap Orang)
1995: Water and Woman (Air dan Perempuan)
1996: Water for Thirsty City (Air bagi Kota-kota yang Kehausan)
1997: The World’s Water: is There Enough ? (Air Dunia: Apakah Cukup?)
1998: Groundwater – the Invisible Resource (Air Tanah-Sumber Daya yang Tidak Terlihat)
1999: Everyone Lives Downstream (Setiap Orang Tinggal di Kawasan Hilir)
2000: Water for 21st Century (Air untuk Abad 21)
2001: Water for Health (Air untuk Kesehatan)
2002: Water for Development (Air untuk Pembangunan)
2003: Water for Future (Air untuk Masa Depan)
2004: Water and Disasters (Air dan Bencana)
2005: Water for Life (Air untuk Kehidupan)
2006: Water and Culture (Air dan Kebudayaan)
2007: Copying with Water Scarcity (Menanggulangi Kelangkaan Air)
2008: Sanitation (Berkaitan dengan tahun sanitasi internasional)
2009: Trans Boundary Water (Air Lintas Batas)
2010: Clean Water for a Healty World (Air Bersih Untuk Dunia yang Sehat)
2011: Water for Cities (Air untuk Perkotaan)
2012: Water and Food Security (Air dan Ketahanan Pangan)
2013: Water Cooperation (Tahun Kerja sama Air Internasional)
2014: Water and Energy (Air dan Energi)
2015: Water and Sustainable Development (Air dan Pembangunan Berkelanjutan)
2016: Water and Jobs ( Air dan Lapangan Pekerjaan )
2017: Waste Water ( Air Limbah )
2018: Nature-Based Solutions For Water ( Solusi Air Berbasis Alam )

  Air adalah komponen utama adanya kehidupan di muka bumi ini, mari tingkatkan penghargaan terhadap air dengan tidak berlaku semena mena terhadap air dimana pun adanya. Tidak menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan limbah sebagai contoh, atau berlaku boros dalam penggunaan air utamanya air bersih.`
Dampak Krisis Air Bersih: Satu dari Lima Bayi Meninggal  
Laporan yang dirilis WaterAid, lembaga nirlaba Inggris, saat memperingati Hari Air Sedunia pada 22 Maret lalu, menyebutkan sulitnya mendapat air bersih yang layak dan murah. Hal ini, menurut mereka, menjadi masalah utama untuk mengentaskan kemiskinan dan wabah penyakit.
Akibat tak tersedianya air bersih, risiko gangguan kesehatan hingga potensi kelahiran prematur dapat meningkat. The Independent memperkirakan satu dari lima bayi meninggal dalam bulan pertama kehidupan mereka karena sepsis atau infeksi ,masalah kesehatan yang sebenarnya bisa dicegah dengan air bersih dan pola hidup higienis. Diperkirakan 42 persen dari semua rumah sakit di wilayah Sub-Sahara Afrika tak memiliki akses air bersih.
   Secara global, penyakit diare akibat mengkonsumsi air kotor dan sanitasi buruk adalah pembunuh anak-anak terbesar kedua setelah pneumonia. Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) pada 2015 menyebutkan diare membunuh 315 ribu anak setiap tahun. Pekan lalu, UNICEF menyebutkan masalah akses air bersih semakin parah di lokasi konflik bersenjata, seperti Suriah dan Afganistan.
   India menjadi negara dengan penduduk terbanyak yang tak bisa mengakses air bersih. WaterAid menyebutkan hampir 76 juta warga India hidup dengan pasokan air seadanya. Indonesia ternyata juga masuk daftar tersebut di peringkat ke-6 dari 10 negara. Ada sekitar 32 juta orang di Indonesia hidup tanpa air bersih.
   Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan ketersediaan dan distribusi air yang cukup bisa mengubah hidup seseorang. Air berpengaruh besar terhadap perkembangan manusia, lingkungan, dan perekonomian. Menurut Ban, orang-orang yang sulit memperoleh air dan sanitasi biasanya tidak memiliki akses layanan kesehatan dan pekerjaan yang stabil. “Pemenuhan dasar atas air, sanitasi, dan layanan yang bersih di rumah, sekolah, dan tempat kerja membuat ekonomi menguat karena ditopang oleh populasi dan tenaga kerja yang sehat dan produktif,”
Sumber Referensi : Wikepedia Indonesia, CNN Indonesia, WorldWaterDay,Org, YKP.Com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon maaf, Blog Ini dibuat dengan konten berbagai sumber untuk menumbuhkan cinta lingkungan pada generasi muda Indonesia baik flora, fauna maupun alamnya dan sama sekali tidak bertujuan komersial.

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.