Harimau Jawa Di Kebun Binatang London Zoo, Inggris
Situs resmi departemen kehutanan RI tidak mencatat tentang spesifikasi untuk ukuran harimau Jawa. Beberapa laporan lain mencatat data yang berbeda-beda untuk ukuran tubuh harimau Jawa, ada yang mengatakan bahwa harimau Jawa memiliki ukuran tubuh lebih besar dari harimau Sumatera dan Bali. Namun ada juga yang mencatat bahwa ukuran harimau Jawa adalah yang terkecil di antara subspesies harimau lainnya yang ada di Asia. Semua laporan tentang spesifikasi ukuran untuk harimau Jawa masih dipertanyakan. Menurut sebuah teori hukum tentang harimau, bahwa semakin menjauhi garis kathulistiwa maka ukuran harimau semakin besar. Namun teori ini juga masih dipertanyakan.
Pada mulanya di akhir abad ke 19 harimau Jawa masih banyak berkeliaran di hutan-hutan di seluruh pulau Jawa, dimana pada waktu itu harimau loreng ini dapat dengan mudah menemukan mangsanya karena habitat mereka belum terusik oleh manusia. Namun menjelang tahun 1940 harimau jawa hanya ditemukan di hutan-hutan terpencil saja, diperkirakan mereka terusir karena habitatnya banyak yang dijadikan sebagai lahan pertanian.
Harimau Jawa Yang ditangkap di Malang, Jawa Timur
Selanjutnya diadakan upaya untuk menyelamatkan mereka dengan membuka taman nasional, namun tempat tersebut hanya mampu menyediakan sedikit mangsa hingga akhirnya populasi harimau Jawa semakin menyusut. Akhirnya pada tahun 1950 jumlah harimau Jawa yang masih tersisa diperkirakan hanya ada sekitar 25 ekor hewan saja.
Kemudian pada tahun 1972 ada sinyalemen bahwa harimau Jawa muncul lagi. Ketika berlangsungnya pembangunan waduk Ir. Sutami di Karangkates, beberapa pekerja mengaku telah menjumpai beberapa ekor harimau Jawa di area pengambilan batu di hutan lereng gunung kendeng di Malang selatan. Terkadang beberapa pengemudi kendaraan pengangkut material proyek waduk melihat sekeluarga harimau loreng menyeberangi jalan raya pada malam hari. Belum lagi pengakuan-pengakuan warga di daerah-daerah lain di jawa yang menemukan bahwa harimau Jawa masih hidup. Akan tetapi pengakuan-pengakuan semacam ini tidak bisa diverifikasi.
Harimau Jawa Yang Dibunuh Di Banyuwangi, Jawa Timur
Namun, pada tahun 1980 buku mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar menerangkan bahwa harimau Jawa yang tersisa di pulau Jawa masih ada sekitar 2 ekor. Ini berarti tidak ada pihak yang berani menyatakan bahwa harimau Jawa sudah punah, dan kemungkinan harimau Jawa masih ada walau tinggal sedikit.
Sebuah temuan baru menemukan adanya jejak, guratan pohon, kotoran yang diyakini milik harimau Jawa. Dalam penelitian secara mikroskopis, struktur morfologi rambut harimau Jawa dapat dibedakan dengan rambut macan tutul. Oleh karena itu pada tahun 1998 diadakan seminar nasional harimau Jawa yang dilaksanakan di UC UGM dan menyepakati akan dilakukan “Peninjauan Kembali” untuk melakukan pembuktian eksisitensi atas keberadaan harimau loreng penyandang status punah ini, karena kemungkinan kecil satwa ini belum punah.
Pertunjukan Rampogan di Blitar, Mempercepat punahnya Harimau Jawa
Situs resmi departemen kehutanan Taman Nasional Meru Betiri menerangkan bahwa habitat terakhir harimau Jawa berada di taman nasional Meru Betiri yang terletak di perbatasan kabupaten Jember dan Banyuwangi. Mereka tidak pernah menyatakan secara resmi bahwa harimau Jawa sudah punah, namum mereka hanya memperkirakan bahwa kemungkinan harimau loreng ini sekarang sudah punah. Bahkan situs resmi Balai Taman Nasional Meru Betiri menerangkan berdasarkan penuturan warga bahwa perjumpaan warga lokal permanen hasil hutan dengan harimau jawa masih sering terjadi hingga era 2010.
Pada sekitar tahun 1850, Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) masih banyak ditemukan di seluruh pelosok Pulau Jawa. Bagi penduduk lokal yang tinggal di daerah pinggiran pedesaan dan pemerintah kolonial Hindia Belanda saat itu, Harimau Jawa dianggap sebagai hama karena seringkali mencuri dan memangsa hewan ternak seperti kambing dan domba.
Harimau Jawa Yang mati Dibunuh di Jawa Tengah
Pembukaan lahan pertanian akibat pertambahan penduduk yang pesat menyebabkan ruang hidup Harimau Jawa semakin terdesak. Akibatnya timbul konflik antara penduduk lokal dengan Harimau. Sejak saat itu nasib Harimau Jawa kian tak pasti dan hingga kini masih menjadi misteri.
Sebagian ahli satwa liar meyakini Taman Nasional Meru Betiri di Jawa Timur sebagai habitat terakhir bagi Harimau Jawa. Setidaknya hingga tahun 1980-an, 3 ekor Harimau Jawa diperkirakan masih hidup di sana.
Pada awal 1990-an, TN Meru Betiri yang didukung oleh WWF Indonesia berinisiatif memasang kamera jebak (camera trap) untuk memastikan Harimau Jawa yang masih tersisa. Kamera Jebak pun di pasang di 19 titik yang diduga menjadi daerah perlintasan harimau Jawa.
Nasib Tragis Harimau Jawa di Gunung Kidul, Yogyakarta
Pemantauan dilakukan selama setahun penuh dari Maret 1993 hingga Maret 1994. Survei juga dilakukan terhadap jejak dan kotoran (faeces) yang ditinggalkan Harimau Jawa. Hasil pemantauan selama setahun tersebut, tak satu pun foto dan jejak Harimau Jawa berhasil ditemukan. Bahkan, berdasarkan hasil survei tersebut, IUCN (1996) secara resmi menyatakan bahwa Harimau Jawa telah punah dari muka bumi untuk selamanya.
Namun ada pengakuan dari penduduk desa dekat hutan, para pendaki gunung, pecinta Alam maupun kesaksian peneliti dan pegiat alam bebas yang masih menyaksikan penampakan Harimau Jawa. Kesaksian itu antara lain :
- Sejumlah peneliti yang melakukan penelusuran dan perburuan ke kawasan hutan di Jember, Jawa Timur, terakhir berhasil menemukan Harimau Jawa masih dalam keadaan hidup pada 1976.
Harimau Jawa Di G.Ciremai - Beberapa pendaki gunung di tahun 90an hingga awal 2000, bercerita pernah berjumpa atau didatangi harimau jawa ketika sedang beristirahat, berkemah atau sedang membuat api unggun.
- Seorang pendaki di gunung Semeru, ketika sedang tidur merebahkan diri di atas rumput ternyata ada seekor harimau yang juga tertidur di sampingnya.
- Di gunung Ciremai pendaki yang bermalam ketika membuka tenda dikagetkan oleh seekor harimau yang berdiri di depan tenda.
- Di gunung Lawu awal tahun 2000an beberapa pendaki mendengarkan auman harimau yang bergema sangat keras.
- Di gunung Arjuna-Welirang ketika sedang membuka jalur, beberapa penambang belerang yang sedang beristirahat didatangi seekor harimau yang mematikan api unggun mereka dengan ekornya.
- Penelitian oleh sekelompok Pecinta Alam pada tahun 2005 di gunung ungaran juga mendapatkan bukti berupa gua sarang harimau di lereng terjal yang penuh dengan goresan cakar harimau pada batu di dasar pintu masuk gua.
- Pada musim kemarau yang panjang di daerah Gunung Kidul, satwa yang satu ini dipercaya sering "turun gunung" dalam arti yang sebenarnya di malam hari untuk mencari air. Banyak penduduk Gunungkidul yang mengaku bertemu dengan harimau loreng.
Sumber Referensi : Juragan Cipir.Com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon maaf, Blog Ini dibuat dengan konten berbagai sumber untuk menumbuhkan cinta lingkungan pada generasi muda Indonesia baik flora, fauna maupun alamnya dan sama sekali tidak bertujuan komersial.
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.