Rabu, 16 Juli 2014

JENIS-JENIS ULAR BERBISA SUKU VIPERIDAE DI INDONESIA

1. Bandotan puspa (Daboia siamensis)
Bandotan puspa (Daboia siamensis) adalah sejenis Beludak berbisa yang tersebar di beberapa wilayah Asia Tenggara, Tiongkok selatan dan Taiwan.

Bandotan Puspa
Deskripsi
Panjang total tubuhnya dapat mencapai 1,5 m. Warna dasar tubuhnya kuning kecokelatan Kepala berbentuk segitiga dengan 3 buah bintik besar berwarna coklat tua. Satu berada di antara mata dan dua buah lainnya berada di dekat tengkuk. Di bagian perisai punggungnya bersisik-sisik kecil yang berlunas terdapat corak-corak bulat berukuran besar berwarna cokelat tua.
Bibir atasnya terdiri dari 10-12 sisik, terpisah dari mata oleh sebaris sisik-sisik yang kecil. Nostril amat besar. Ada sisik nasorostral antara sisik rostral dan sisik nasal. Sisik supraocular kecil, saling terpisah satu sama lain oleh 6-9 sisik. Sisik dorsal pada bagian tengah badannya terdiri dari 27-33 baris, sisik-sisik ventrolateral halus dan selebihnya berlunas. Sisik-sisik ventral berjumlah 153-180. Sisik anal tunggal. Sisik-sisik subcaudal berjumlah 41-64 dan terdiri dari 2 baris sisik.

Penyebaran
Ular ini tersebar luas di Myanmar, Thailand bagian utara dan tengah, Kamboja, Laos, Vietnam, Tiongkok (Guangxi, Guangdong), Taiwan, serta beberapa pulau di Indonesia. Di Indonesia sendiri ular ini hanya terdapat di Jawa Timur, Jawa Tengah bagian timur, Madura, dan Nusa Tenggara Timur (Pulau Ende, Flores, Komodo, Rinca, Lomblen, Kisar, dan Wetar).

Lingkungan dan kebiasaan
Ular ini ditemukan pada daerah kering yang ditumbuhi banyak ilalang (rumput tinggi) di dataran rendah dan perbukitan gersang (khususna daerah-daerah yang mengandung zat kapur). Aktif pada malam hari. Ular ini mempunyai perilaku yang khas pada saat menyembunyikan dirinya yaitu badannya akan bergulung di dalam alang-alang (rerumputan) yang kering. Perkembang-biakannya dengan cara beranak (ovovivipar), betina melahirkan sebanyak 20-30 ekor. Makanan utamanya tikus, selain itu burung dan katak. Ular ini termasuk jenis yang mempunyai racun bisa yang kuat dan gigitannya dapat membahayakan manusia.

Bisa
Sebuah Antibisa, bernama "Russell's Viper Antivenin", dibuat di Thailand oleh Palang Merah Thailand untuk mengobati bisa dari hewan ini.

2. Ular tanah (Calloselasma rhodostoma)
   Ular tanah (Calloselasma rhodostoma) adalah sejenis ular keluarga Beludak berbisa yang amat agresif. Termasuk ke dalam anak suku Crotalinae (bandotan berdekik), ular tanah menyebar di Asia Tenggara dan Jawa. Ular ini juga dikenal dengan nama-nama lokal seperti Bandotan bedor, oray lemah, oray gibug (Sd.), ular edor (Karimunjawa), dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Malayan pit viper.
Ular Tanah
   Ular ini berukuran tidak terlalu besar, cenderung gemuk, dan agak pendek. Panjang rata-rata sekitar 76 cm, hewan betina cenderung lebih panjang dari yang jantan; kadang-kadang dijumpai pula spesimen yang lebih panjang, hingga 91 cm.
   Punggung berwarna cokelat agak kemerahan atau kemerah-jambuan. Sepanjang bagian tengah punggung dihiasi oleh 25–30 pasang corak segitiga besar cokelat gelap, berseling dengan warna terang kekuningan atau keputihan; dan puncak segitiga-segitiga itu bertemu atau berseling di garis vertebral. Sisi samping (lateral) berwarna lebih pucat atau lebih buram, dengan bercak-bercak cokelat gelap besar terletak beraturan hingga ke dekat anus. Sisi bawah tubuh putih kemerah jambuan, bebercak cokelat gelap dan terang. Keseluruhan warna punggung itu memberi kesan penyamaran yang kuat manakala ular berada di antara serasah kering.

Sisi bawah tubuh
   Kepala menyegitiga dengan moncong meruncing; berwarna cokelat gelap, dengan sepasang pita keputihan di atas mata dan pola keputihan serupa anak panah di tengkuk. Sisi kepala cokelat gelap dan bibir berwarna putih abu-abu jambon, batas kedua warna itu berbiku-biku serupa renda. Kulit dinding mulut putih kebiruan.
   Sisik ventral 148-166, anal tunggal (tak berbagi), subkaudal 35-52; sisik dorsal dalam 21 (jarang 19) deret; sisik labial atas 7-9, tak ada yang menyentuh mata. Tak sebagaimana lazimnya bandotan berdekik, sisi atas kepala ular tanah tertutupi oleh perisai-perisai yang simetris. Ciri ini bersifat khas dan tak ada duanya di antara kelompok bandotan berdekik Asia.

Penyebaran
Ular ini tersebar di Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Semenanjung Malaya bagian utara dan Jawa, khususnya Jawa Barat, Jawa Tengah bagian barat, dan Karimunjawa. Lokasi spesimen tipe yang dideskripsikan adalah "Jawa".

Ekologi dan kebiasaan
   Ular tanah merupakan predator penyergap, hanya melingkar di tanah atau di atas serasah menunggu mangsanya lewat di dekatnya dan jarang bergerak. Ular ini menghuni hutan belukar, semak-semak, atau lahan pertanian yang lembab dan kurang terurus. Sering pula ditemukan di sekitar pemukiman.
Mangsanya adalah hewan pengerat kecil, burung, kadal, dan kodok, ular tanah terutama aktif pada malam hari (nokturnal). Ular ini berkembang biak dengan bertelur (ovipar), dan telur-telurnya dijagai oleh betina hingga menetas.
   Pola warna dan perilakunya memberikan kamuflase yang baik, sehingga ular tanah tidak mudah terlihat dan sering terlewat dari perhatian. Di pihak lain, ular ini sangat agresif dan dapat menyerang dengan cepat jika merasa terganggu. Ular ini memipihkan badannya disaat merasa terancam, membentuk leher seperti huruf "S" dan siap menyerang.

Gigitan dan bisa
    Di Semenanjung Malaya bagian utara, diperkirakan terjadi 700 kasus gigitan ular ini pada manusia setiap tahun, dengan tingkat kematian sebesar 2 persen. Gigitan ular ini sangat menyakitkan, menimbulkan pembengkakan, dan kadang-kadang terjadi kematian jaringan (gangreen, nekrosis). Meskipun gigitan fatal jarang terjadi, namun banyak korbannya yang kemudian mengalami kerusakan atau disfungsi anggota badan, atau bahkan harus diamputasi, karena ketiadaan serum anti-bisa atau keterlambatan pengobatan. 
    Pada pihak lain, bisa ular tanah mengandung bahan anti-koagulan yang dapat mencegah pembekuan darah. Telah sejak lama diusulkan untuk mengisolasi bahan aktif ini, untuk kepentingan pengobatan trombosis. Salah satu bahan aktif ini adalah ancrod, enzim serupa-trombin yang kini digunakan secara luas untuk penelitian, dan untuk pengobatan klinis sebagai anti-koagulan.

3. Ular Bangkai Laut (Trimeresurus albolabris)
    Ular bangkai laut adalah sejenis ular berbisa yang berbahaya. Memiliki nama ilmiah Trimeresurus albolabris, ular ini juga dikenal dengan nama-nama lain seperti oray bungka, oray majapait (Sd.), ula bangka-laut atau ula gadung luwuk (Jawa), ulah sanggit (Lombok), tarihu (Dompu), dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris disebut dengan nama white-lipped tree viper, white-lipped pit-viper, merujuk pada bibirnya yang berwarna keputih-putihan, atau bamboo pit-viper karena kebiasaannya berada di rumpun bambu.
   Ular ini juga dinamai ular hijau karena warna tubuhnya. Namun penamaan ini bisa menyesatkan, karena cukup banyak jenis-jenis ular pohon yang berwarna hijau, seperti halnya ular pucuk (Ahaetulla spp.) dan ular bajing (Gonyosoma oxycephalum) yang tidak berbahaya.Ular yang sedang besarnya, agak gemuk pendek dan tak begitu lincah. Kepala jelas menjendol besar, seperti seekor kodok yang ‘tertancap’ di atas leher yang mengecil. Memiliki dekik pipi (loreal pit) yang besar dan menyolok di belakang lubang hidung di depan mata. Sepasang taring besar dan panjang yang bisa dilipat terdapat di bagian depan rahang atas, tertutup oleh selaput lendir mulut.
   Panjang ular jantan sekitar 60 cm dan yang betinanya bisa mencapai 80 cm. Berekor kecil pendek, sekitar 10-13 cm, namun kuat ‘memegang’ ranting yang ditempatinya (prehensile tail). Kepala dan tubuh bagian atas (dorsal) berwarna hijau daun, dengan bibir keputihan atau kekuningan (albolabris; albus, putih dan labrum, bibir). Terdapat warna belang-belang putih dan hitam pada kulit di bawah sisik pada tubuh bagian depan, yang baru tampak bila ular merasa terancam. Sisi bawah tubuh (ventral) kuning terang sampai kuning pucat atau kehijauan; pada hewan jantan dengan garis kuning yang lebih tua (atau lebih nyata) pada batas dengan warna hijau (garis ventrolateral). Sisi atas ekor berwarna kemerahan, seolah-olah terpulas oleh lipstik.

   Tak seperti kebanyakan ular, yang sisi atas kepalanya tertutup oleh sisik-sisik berukuran besar (disebut perisai) yang tersusun simetris, sisi atas kepala ular bangkai laut (dan umumnya marga Trimeresurus) ini ditutupi oleh banyak sisik kecil yang terletak tidak beraturan; setidaknya, tak membentuk pola simetris. Melintasi atas kepala di antara kedua matanya, terdapat sekitar 8-12 deret sisik kecil; tidak termasuk sebuah perisai supraokular yang sempit memanjang --kadang-kadang membesar pula-- di atas masing-masing bola matanya. Perisai labial (bibir) atas 10-11 (12) buah; yang paling depan bersatu sebagian atau seluruhnya dengan perisai nasal (hidung).
 
Sisik-sisik dorsal kasar berlunas, tersusun dalam 21 (jarang 19) deret. Sisik ventral 155-166 buah pada hewan jantan, dan 152-176 pada yang betina. Sisik subkaudal (di bawah ekor) 60-72 pasang pada ular jantan dan 49-66 pasang pada ular betina.

Kebiasaan
   Ular yang aktif di malam hari (nokturnal) dan tidak begitu lincah. Kerap terlihat menjalar lambat-lambat di antara ranting atau di atas lantai hutan; meskipun apabila terancam dapat pula bergerak dengan cepat dan gesit. Menyukai hutan bambu dan belukar yang tidak jauh dari sungai, ular bangkai laut sering didapati berdiam di antara daun-daun dan ranting semak atau pohon kecil sampai dengan 3 m di atas tanah. Tidak jarang pula ditemukan di kebun dan pekarangan di dekat rumah.
   Mangsa ular ini terutama adalah kodok, burung dan mamalia kecil; juga kadal. Perburuannya dalam gelap malam amat dibantu oleh indra penghidu bahang (panas) tubuh yang terletak pada dekik pipinya. Pada siang hari ular ini menjadi lembam, dan tidur bergulung di cabang pohon, semak atau kerimbunan ranting bambu. Sering pula ditemukan ular-ular yang kesiangan dan lalu tidur sekenanya di dekat pemukiman orang, seperti di tumpukan kayu atau di sudut para-para di belakang rumah.
   Ular bangkai laut bersifat ovovivipar, yakni telur-telurnya menetas semasa masih di dalam perut dan keluar sebagai anak-anak ular, sehingga seakan-akan melahirkan. Anaknya dapat mencapai lebih dari 25 ekor sekali ‘bersalin’ (David and Vogel, 1997). Anak-anak ular ini turun ke lantai hutan dan vegetasi bawah untuk memburu kodok yang menjadi makanannya.

Anak jenis dan Penyebaran
Sejauh ini dikenal tiga anak jenis T. albolabris (David and Vogel, 1997), yakni:
  • T.a. albolabris (Gray, 1842), menyebar di India utara (Assam), Kep. Nikobar, Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Tiongkok selatan, Hong Kong, Semenanjung Malaya, Sumatra, , Sulawesi, Jawa, Madura dan Borneo (?, masih diragukan). Stuebing dan Inger, 1999, pun tidak mencantumkan ular ini dalam bukunya.
  • T.a. insularis Kramer 1977, menyebar di Bali, Lombok, Sumbawa, Komodo, Flores, Sumba, Roti, Timor, Kisar, Alor, Wetar dan pulau-pulau di sekitarnya. Anak jenis ini sudah dipisah menjadi jenis tersendiri, yakni Trimeresurus insularis.
  • T.a. septentrionalis Kramer 1977, menyebar di Bangladesh, India dan Nepal. Beberapa ahli, misalnya Giannasi dkk (2001), menganggapnya sebagai spesies tersendiri, yakni Trimeresurus septentrionalis.

Bisa dan akibat gigitan
   Ular bangkai laut termasuk ular yang agresif, mudah merasa terganggu dan lekas menggigit. Ular ini merupakan penyumbang kasus gigitan ular terbanyak, yakni sekitar 50% kasus di Indonesia (Kawamura dkk. 1975, seperti dikutip dalam David and Vogel, 1997). 2,4% di antaranya berakibat fatal.
   Menurut pengalaman, ular ini biasanya menggigit para pencari kayu bakar, pencari rumput atau gembala yang tengah berjalan di hutan. Keyakinan orang-orang desa di Dompu, Sumbawa, ular ini menggigit sebab merasa terganggu. Ketika serombongan orang lalu di hutan, orang pertama yang lewat dan secara tak sengaja menyenggol dahan tempat tidur ular tarihu ini biasanya selamat, tak digigit. Ular itu hanya terbangun dan berwaspada. Orang kedua atau ketigalah yang biasanya tergigit.
Seperti umumnya ular bandotan (viper), ular bangkai laut ini memiliki bisa yang berbahaya. Bisa ini disuntikkan ke tubuh korbannya melalui sepasang taring besar melengkung yang beralur di tengahnya. Meski demikian, tidak semua gigitan ular disertai dengan pengeluaran bisa. Gigitan ‘kering’, yang bersifat refleks atau peringatan, biasanya tidak disertai bisa dan karenanya tidak membahayakan. Gigitan ‘kering’ ular ini tidak menimbulkan gejala-gejala keracunan seperti yang diuraikan di bawah.
    Bisa ular ini, dan umumnya ular Crotalinae, bersifat hemotoksin, merusak sistem peredaran darah. Gigitan ular ini pada manusia menimbulkan rasa sakit yang hebat, dan kerusakan jaringan di sekitar luka gigitan. Dalam menit-menit pertama setelah gigitan, jaringan akan membengkak dan sebagian akan berwarna merah gelap, pertanda terjadi perdarahan di bawah kulit di sekitar luka. Menyusul terjadi pembengkakan, rasa kaku dan nyeri yang meluas perlahan-lahan ke seluruh bagian anggota yang tergigit. Rasa nyeri terasa terutama pada persendian antara luka dan jantung. Apabila tidak ditangani dengan baik, perdarahan internal dapat menyusul terjadi dalam beberapa jam sampai beberapa hari kemudian, dan bahkan dapat membawa kematian.

4. Ular Bandotan Candi
   Bandotan candi (Tropidolaemus wagleri) adalah sejenis ular pohon berbisa dari anak suku Crotalinae (bandotan berdekik). Ular ini juga dikenal dengan nama-nama lokal seperti ular punai (Jambi), Ular cintamanis (Batak), Ular kapak tokong, Dupong (Malay), dan sebagainya. Dalam bahasa inggris dikenal dengan nama Temple viper. Ular ini terdapat di wilayah tropis Asia tenggara.
Bandotan Candi
Bibir atasnya terdiri dari 8-10 sisik, yang pertama tidak bersatu dengan sisik nasal, yang kedua letaknya rendah sehingga terpisah dari lubang loreal oleh 2 sisik kecil, dan yang ketiga biasa ukurannya lebih besar. Sisik supraocular ukurannya kecil atau menonjol ke atas. Sisik subocular besar terpisah dari sisik bibir atas oleh 2-3 baris sisik. Sisik dorsal pada bagian tengah badannya terdiri dari 21-27 (jarang yang 19) baris, seluruhnya berlunas. Sisik-sisik ventral berjumlah 127-154. Sisik anal tunggal atau ganda. Sisik-sisik subcaudal berjumlah 45-56 dan terdiri dari 2 baris sisik.
    Warna tubuh pada ular yang dewasa: Kepala bagian atas berwarna hitam dengan corak tak beraturan berwarna hijau. Bibir, dagu dan lehernya berwarna kuning dan putih kehijau-hijauan, sisik-sisiknya dengan garis sutur berwarna hitam. Pada punggungnya yang hitam ada beberapa bintik-bintik hijau dengan pinggir hitam yang menyebar. Selain itu ada semacam pola belang-belang hijau di bagian punggungnya dan kuning di badannya. Bagian ventral biasanya berwarna putih kehijau-hijauan dengan corak kuning tak beraturan yang pinggirnya hitam dan kadangkala bertotol-totol hitam. Pada bagian ekornya berwarna hitam dan dengan bercak-bercak hijau.
   Warna tubuh pada ular yang masih muda: Kepalanya hijau dengan coreng sempit di sisi yang berwarna putih (di atas) dan merah (di bawah). Punggung dan badannya hijau dengan totol-totol yang teratur berwarna sebagian merah dan sebagian putih, yang kadangkala membentuk rangkaian belang-belang. Bagian ekor seluruhnya kemerah-merahan.

Kebiasaan dan makanan
Ular ini umum ditemukan pada dataran rendah dan pegunungan hingga mencapai ketinggian 1000 m dpl. Akan tetapi kebanyakan berada di dataran rendah yang basah dekat perairan, seperti persawahan, tepi sungai, rawa-rawa dan hutan bakau. Aktifitas hariannya dilakukan secara arboreal baik pada malam hari juga di senja atau dini hari. Sementara pada ular yang muda lebih sering ditemukan di permukaan tanah. Perkembang-biakannya dengan cara beranak, betina akan mengeluarkan sekitar 15 ekor. Makanannya berupa binatang mamal kecil, burung, kadal dan katak. Seolah-olah ular ini sangat jinak, akan tetapi ternyata jenis ini termasuk yang mempunyai racun bisa dan dapat menyebabkan luka serius serta sakit sekali bagi manusia.

Penyebaran dan habitat
Tersebar di Burma (Myanmar) selatan, Thailand, Kamboja, Malaysia, Sumatera, Kepulauan Riau, Bangka-Belitung, Kalimantan, Sulawesi, Buton, dan sebagian Filipina. Lokasi spesimen tipe adalah "Sumatra". 

Sumber Referensi : Wikipedia Indonesia

ULAR : REPTILIA BERTUBUH PANJANG

    Ular adalah kelompok hewan reptilia dari subordo Serpentes yang bertubuh panjang, bersisik, dan sebagian berbisa. Anggota ordo Squamata ini memiliki organ Jacobson yang berfungsi sebagai indra pembau dan perasa. Lidahnya bercabang panjang dan bisa dijulurkan ke luar mulut. Meskipun sering dianggap sebagai hewan yang berbahaya, namun ular bermanfaat bagi manusia karena menjadi predator atau pemangsa alami tikus. Selain itu, kulit ular sering digunakan sebagai bahan kerajinan.
    Ular sulit bergerak di tempat halus. Gerakan ular yang cepat disebabkan oleh sisik perut yang dipijakkan pada tempat yang tidak rata atau kasar. Karena bentuk tubuhnya memanjang dan kecil, seluran pencernaan ular berbentuk lurus. Tubuh ular ditutupi tanduk berupa sisik. Pada masa tertentu, ular berganti kulit. Ketika kulit lama lepas, kulit baru siap menggantikannya dari moncong hingga ekor secara utuh. Ular termasuk hewan predator. Mangsanya dari binatang kecil hingga mamalia. Ular sanggup menelan utuh binatang yang lebih besar dari tubuhnya karena rahangnya bisa dibuka lebar-lebar. Ular menangkap mangsanya dengan cara membelit (seperti sanca dan boa) atau mengalirkan bisanya (seperti kobra).
Ular Sanca Kuning
Ular Sanca (Piton)
     Ular ini termasuk suku Boidae (ular tidak berbisa). Penyebarannya cukup luas, antara lain di Asia, Afrika, Eropa dan Australia. Ular ini serupa dengan ular Boa dari Amerika. Ular sanca yang terbesar dan terkenal adalah ular sanca sejati yang memiliki pola warna mencolok, terutama coklat dan kuning. Tiga spesies yang hidup di Afrika adalah ular sanca Afrika (Piton Sebae) yang panjangnya bisa mencapai 10 m seperti ular sanca jaring (piton reticulatus) yang terdapat di India, Cina dan Indonesia, ular sanca raja (Piton regius) yang jika diganggu akan menggulung badannya menjadi sebuah bola yang ketat dengan kepala berada di dalam, dan ular sanca angola (piton anchietae). Ular sanca hidup di habitat yang bervariasi, seperti di air dan pohon-pohon di hutan.

Anakonda
    Anakonda (Eunectes morinus) adalah ular terbesar dalam suku Boidae. Ia adalah salah satu ular pembelit dan penghuni air yang mendiami paya-paya dan sungai-sungai di Amerika Selatan. Panjangnya dapat mencapai 12 m. Ketenarannya sebagai pemangsa manusia adalah tidak mendasar. Anakonda justru menghindari pemukiman manusia. Anakonda berburu burung dan mamalia besar atau kecil untuk makanannya. Anakonda betina mampu melahirkan sekitar 70 ekor yang masing-masing panjangnya mencapai 1 m saat dilahirkan.

Kobra
    Ketika orang Portugis mulai menginjakkan kakinya di India pada abad ke 16, mereka menjumpai seekor ular yang mampu membentangkan tudung jika terkejut. Ular ini dinamakan Cobra de Capello (Ular bertudung). Sejak saat itu nama cobra dipakai untuk menyebut semua ular dari suku Elapidae, baik yang berasal dari Afrika maupun Asia. Ular Kobra sejati (marga Naja) panjangnya bisa mencapai 2-6 m. Kepalanya lebar dan pipih. Taringnya mencuat ke arah depan pada rahang atas. Ular kobra biasanya berburu mangsa pada malam hari. Pakannya adalah hewan pengerat,burung dan telurnya, kadal atau ikan. Apabila gigitannya berhasil mengenai sasaran, ular akan tetap bergantung sambil memasukkan bisanya yang menyerang saraf dan pernapasan dalam jumlah besar. Pengganggunya akan mati dalam waktu sekitar 6 jam.

Beberapa Ular di Indonesia
Ular Tak Berbisa

  • Ular bakau : Ular ini tinggal di sungai, rawa dan hutan bakau
  • Ular Kadut : berbadan gemuk dan berkulit kasar, habitatnya di sungai, rawa dan tambak
Ular Berbisa
  • Ular bandotan puspo hidup di padang rumput atau pegunungan kapur, seperti di Jawa Timur, Flores dan Pulau Komodo, bisanya bersifat hemotoksik (merusak darah merah)
  • Ular Cabe bisanya merusak saraf dan kulitnya berwarna kehitaman dengan garis kuning atau merah jingga yang bercabang dua di bagian kepala.
  • Ular gadung : Ular ini sering ditemukan menggantung di pohon membentuk huruf S dengan ekor membelit
  • Ular tanah : pinggangnya berwarna cokelat dengan barisan bintik segitiga
  • Ular Welang : Ular ini sangat berbisa namun tidak agresif, habitatnya di sawah dan dekat air.

 Ular Bakau
 Ular pohon hijau (gadung)
 Ular kobra
 Ular Sanca Hijau
 Ular Welang
Ular Sanca Batik
Anakonda

Sabtu, 12 Juli 2014

ANGGREK : BUNGA NASIONAL INDONESIA

    Anggrek adalah anggota suku Orchidaceae. Tanaman ini termasuk tumbuhan monokotil (tanaman berbiji tunggal) yang mempunyai bunga amat terperinci dan berwarna-warni. Para ahli memperkirakan terdapat sekitar 15.000-30.000 jenis anggrek yang telah dikenal. Tanaman Anggrek tumbuh tersebar hampir di seluruh tempat di bumi, kecuali di daerah-daerah yang sangat kering atau dingin sekali. Sebagian besar tanaman anggrek tumbuh di hutan-hutan tropis dan subtropis, terutama pada tempat-tempat yang intensitas sinarnya rendah dan kelembaban tinggi.
Bunga Anggrek Mekar
Budi Daya Anggrek
    Karena memiliki bunga yang indah, tanaman anggrek banyak dibudidayakan sebagai tanaman hias ataupun sebagai penghasil bunga potong. Selain itu ada juga jenis tanaman anggrek yang ditanam untuk diambil bijinya karena mengandung zat pewangi yaitu vanila planifolia (vanili).

Sifat Hidup
    Sifat hidup tanaman anggrek dapat dibedakan dalam tiga jenis yaitu anggrek epifit, anggrek tanah, (terrestris) dan anggrek saprofit. Anggrek efipit akarnya menempel pada batang atau dahan tanaman lain. Dalam pembudidayaannya, anggrek jenis ini banyak ditanam pada akar pakis, kayu pohon yang mati, dan pot dengan media arang atau sabut kelapa. Salah satu contoh jenis ini adalah anggrek bulan (dendrobium phalaenopsis). 
    Anggrek tanah (terrestris) hidupnya di atas tanah, pertumbuha batangnya monopodial, yaitu hanya mempunyai satu sumbu utama sehingga pertumbuhannya tinggi ke atas. Contoh dari jenis ini adalah anggrek kalajengking (Arachnis). Anggrek saprofit tumbuh di tempat yang busuk, humus atau sampah-sampah hutan. Anggrek ini juga dikenal sebagai anggek sampah. Contoh jenis anggrek ini adalah anggrek permata seperti marga Anoectochillus, Dossiniana dan Mocodes.

Anggrek Indonesia
    Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman jenis anggrek. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) merupakan tanaman asli Indonesia dan dikenal sebagai permata belantara Indonesia. Anggrek ini pada tahun 1990 ditetapkan sebagai bunga nasional Indonesia. Anggrek bulan yang warnanya putih berbentuk seperti bulan purnama atau sekumpulan kupu-kupu. Jenis anggrek Indonesia lainnya yang cukup terkenal antara lain adalah Vanda tricolor dari Jawa Barat, Vanda hookeriana dari Sumatera, Paphiopedilun praestans dari Irian Jaya, dan Pahiopedilun glaucopylum dari Jawa Tengah. Selain anggrek-anggrek yang sudah dibudidayakan, Indonesia masih memiliki banyak sekali jenis anggrek liar yang terdapat di hutan-hutan.
\
 Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis)
 Anggrek Pahiopedilun glaucopyllum
 Anggrek Vanda hookeriana biru
Anggrek Vanda tricolor

Jumat, 11 Juli 2014

BOSNIA HARZEGOVINA, CAHAYA ISLAM DARI EROPA

    Runtuhnya Uni Soviet dan tumbangnya paham komunis pada akhir tahun 1989-an membawa angin segar untuk kebangkitan Islam terutama dinegara-negara Eropa Timur. Ada 6 negara pecahan Uni Soviet yang penduduknya mayoritas beragama Islam memperoleh kemerdekaan yaitu Uzbekistan, Kirgiztan, Tazikistan, Kazakstan, Turkmenistan,dan Ajerbaijan. Rusia negara ketujuh yang penduduk muslimnya termasuk besar sekitar 25 jutaan mewarisi Uni soviet sebagai negara paling luas. Dinegara ini 7 negara bagiannya mayoritas muslim yaitu Tatarstan, Baskortastan, Cheknya, Dagestan, Inghustia, Adhegea, Kabardino bahkan di ibukota Moskwo sendiri tinggal satu juta lebih umat islam.
     Yugoslavia, negara yang terletak di Eropa Tenggara juga lepas dari pengaruh Komunis dan melahirkan beberapa negara antara lain Serbia, Slovenia, Kroasia, Bosnia Harzegovina, Macedonia, Montenegro, dan termuda Kosovo. Bosnia dan Kosovo adalah 2 negara pecahan Yugoslavia yang penduduknya mayoritas muslim. Pecahnya Yugoslavia pada awal 1990 menjadi awal dari perang saudara dinegeri tersebut. Dan negara yang paling menderita akibat perang adalah Bosnia Harzegovina yang lebih separuh penduduknya muslim.
    Perang di Bosnia Harzegovina ini yang sampai saat ini membekas dalam ingatan saya karena kejadian itu tepat pada saat saya mulai belajar Islam lebih dalam di pengajian Kampus. Ketika saya mulai sadar dan memahami Islam adalah agama yang membuat hidup kita tenang, nyaman dan cinta perdamaian ,pikiran kita tiba-tiba diusik oleh aksi kekejaman terhadap saudara-saudara muslim kita di Bosnia. Waktu itu ada semangat Jihad untuk ikut membantu perjuangan Muslim Bosnia yang dizholimi oleh Ortodox Serbia namun saya tak mampu berbuat apa-apa.
    Muslim Bosnia adalah bangsa yang moderat, cinta perdamaian dan tidak pernah menaruh dendam terhadap kekejaman yang dialaminya dalam meraih kemerdekaan. Itu yang menjadi saya begitu kagum dan simpati pada bangsa ini, bangsa yang mampu bangkit dari luka yang begitu dalam, luka yang begitu perih dengan hilangnya ratusan ribu syuhadanya akibat kekejaman Serbia. Tapi coba lihat tidak ada balas dendam ketika Bosnia sudah meraih kemerdekaan sepenuhnya. Tidak ada perlakuan diskriminatif terhadap etnis serbia, dan kroasia yang pernah menzholimi. Kekejaman dibalas oleh kebaikan inilah mungkin Islam yang sebenarnya. Begitu teduh, sejuk, indah dan penuh perdamaian . bangkitnya Bosnia sebagai negara yang bermartabat setelah jatuh terpuruk oleh ujian yang begitu berat menjadi spirit dan semangat saya untuk bangkit kembali menjalani hidup yang sesuai dengan ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah dan semakin membuat saya jatuh cinta pada Islam.

                                            Talal Badru alaina

                                               Ben Alarin

                                               Der Vakti

                                               Mualim
                                              Tiho Tiho De se ne

Senin, 07 Juli 2014

INDONESIA, NEGARA YANG KAYA AKAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

Indonesia, ternyata merupakan negara yang sangat kaya dengan keanekaragaman hayati, terutama Flora dan Faunanya yang berlimpah. Berbagai jenis Fauna baik itu spesies Mamalia, Primata, Aves, Reptilia, Serangga, Jenis Ikan , Marsupalia dan lainnya tersebar di seluruh wilayah nusantara yang terbagi dalam 3 zone Zoogeografis. Untuk membandingkan dengan dunia marilah kita lihat tabel dibawah ini , dari tabel ini kita bisa menarik kesimpulan Indonesia adalah TOSERBAnya Fauna dunia , mengalahkan jenis Fauna Benua Australia,Eropa, Amerika dan Antartika


No Nama Hewan Indonesia Asia Australia Afrika Amerika Antartika Eropa
1 Gajah V V  -  V  -  -  -
2 Badak V V  - V  -  -  -
3 Harimau Loreng V V  -  -  -  -  -
4 Macan Tutul V V  - V V  -  -
5 Macan Dahan V V  -  - V  -  -
6 Beruang V V  -  - V  - V
7 Orang Utan V  -  -  -  -  -  -
8 Siamang V V  -  -  -  -  -
9 Buaya Muara V V V V  -  -  -
10 Komodo V  -  -  -  -  -  -
11 Rusa/Kijang V V  - V V  - V
12 Kanguru V  - V  -  -  -  -
13 Kasuari V  - V  -  -  -  -
14 Banteng V V  -  - V  -  -
15 Ular Python V  V V V  -  -  -
16 Anaconda  -  -  -  -  V  -  -
17 Tapir V V  -  - V  -  -
18 Burung Elang V V  - V V  - V
19 Anoa V  -  -  -  -  -
20 Babi Rusa V  -  -  -  -  -   -