Bandeng atau milkfish adalah kelompok ikan dari famili atau suku Chanidae yang dapat dijumpai di muara sungai dan laut di daerah tropis dan sub tropis Indo-Pasifik. Anggota bangsa Gonorhynchiformes ini berkerabat dekat dengan kelompok ikan salem berparuh dari suku Gonorhynchidae. Karena kelezatannya, bandeng memiliki nilai ekonomis yang penting di kawasan Asia Tenggara. Di Indonesia, ikan ini biasanya dibudidayakan di tambak atau kolam air payau.
Spesies bandeng yang masih hidup sampai kini adalah Chanos chanos. Ikan ini bertubuh ramping dengan sisik-sisik kecil berwarna keperakkan. Ekornya besar dan terbelah dua. Sirip dorsal berada di tengah punggung, sedangkan sirip dadanya melengkung.
Bandeng dapat tumbuh sampai 1,8 m dan bobotnya bisa mencapai 14 kg. Ikan ini memiliki mata yang besar dan mulut yang kecil. Seperti salem berparuh, bandeng tidak dilengkapi dengan gigi-gigi. Ikan ini termasuk perenang yang tangguh yang menghuni daerah pantai dan perairan dangkal. Meskipun demikian, bandeng sering berenang sampai ke daerah estuari (muara sungai).
Nener
Kematangan organ seksual bandeng tercapai pada umur 4 tahun pada jantan dan 5 tahun atau lebih pada betina. Proses fertilisasi berlangsung secara eksternal.Bandeng bertelur di perairan payau. Ketika bertelur, bandeng betina mampu melepaskan sekitar7 juta telur. Ikan ini dapat bertelur 1-2 kali dalam setahun. Telur bandeng kemudian berkembang menjadi larva.
Larva bandeng merupakan pemakan zooplankton. Setelah berumur 2-3 minggu, larva tersebut akan pindah ke estuaria atau daerah mangrove (hutan bakau) untuk menetap selama beberapa waktu. Di tempat inilah larva akan berkembang menjadi nener (benih bandeng). Nener berukuran panjang sekitar 1-2 cm. Pakan nener biasanya berupa ganggang laut atau hewan invertebrata. Di alam, nener yang telah berumur 2 bulan akan kembali ke laut untuk mencapai tingkat kedewasaan organ seksualnya.
Panti Benih
Produksi nener merupakan salah satu komponen penting dalam usaha budidaya bandeng. Nener tersebut dapat ditangkap dari habitat aslinya maupundiperoleh dari panti benih (hatchery). Di alam, nener hanya muncul di awal dan di akhir musim hujan. Akan tetapi di panti benih,produksi nener tidak tergantung musim.
Di panti benih, nener dihasilkan dari proses penetasan telur bandeng pada sebuah bak. Larva bandeng kemudian diberi pakan dengan fitoplangton seperti Chlorella sp dan Nannochloropsis oculata serta zooplankton seperti Rotifera sp. Setelah berumur 18-21 hari, nener dapat dipanen. Panjang tubuhnya berkisar antara 13-15 mm, sedangkan warna tubuhnya transparan.
Keramba Jaring Apung
Bandeng telah dibudidayakan oleh para petani tambak sejak lama. Di Indonesia budidaya bandeng telah tersebar luas di beberapa daerah antara lain Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Saat ini teknologi budidaya bandeng telah berkembang pesat.Selain dibudidayakan secara konvensional di tambak, bandeng juga dapat dipelihara di muara sungai, teluk dan laguna. Salah satu teknologi yang digunakan untuk membudidayakan bandeng di tempat-tempat tersebut adalah dengan sistem Keramba Jaring Apung (KJA) atau floating net cage.
Keramba Jaring Apung biasanya dibuat dari bambu atau kayu. Keramba yang berbentuk bujur sangkar ini dilengkapi dengan jaring-jaring yang diikat di sekelilingnya. Jaring ini berguna untuk mencegah lolosnya bandeng dari keramba. Selain jaring, keramba juga dilengkapi dengan pelampung dan jangkar. Pelampung keramba biasanya dibuat dari drum. Adapun jangkar berfungsi untuk mencegah pergeseran keramba akibat pengaruh angin dan gelombang laut.
Ikan Bandeng berenang di laut
Bandeng fresto
Ikan Bandeng yang diawetkan dengan es
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon maaf, Blog Ini dibuat dengan konten berbagai sumber untuk menumbuhkan cinta lingkungan pada generasi muda Indonesia baik flora, fauna maupun alamnya dan sama sekali tidak bertujuan komersial.
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.