Selasa, 22 Januari 2013

KEPITING : KRUSTASEA YANG BISA DIKONSUMSI

    Kepiting adalah kelompok hewan dari kelas Crustacea, bangsa Decapoda yang memiliki karapaks (cangkang) melebar dan kaki depan yang termodifikasi menjadi capit (chelea). Anggota filum Arthropoda ini meliputi sekitar 4.500 spesies yang digolongkan dalam dua subbangsa, yaitu Brachyura dan Anomura. Seperti udang, kepiting memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena sering dikonsumsi manusia sebagai salah satu sumber protein.
    Ukuran kepiting bervariasi mulai dari kepiting marga Dissodactylus yang panjangnya (bentang ujung kaki) hanya beberapa milimeter sampai kepiting laba-laba jepang (Macrocheira kaempferi) yang panjangnya bisa mencapai sekitar 3-4 m.

Kepiting
Kaki Jalan
    Tubuh kepiting dilapisi dengan karapaks yang terbuat dari bahan kitin yang bercampur dengan kapur. Tubuh yang beruas-ruas tersebut dilengkapi dengan lima pasang kaki untuk berjalan dan dua buah antena. Kaki jalan digunakan untuk bergerak maju dengan perlahan dan merangkak ke samping dengan cepat. Sepasang kaki depan yang membentuk capit digunakan untuk mencari makan dan mempertahankan diri. Bagian abdomen atau perut kepiting terletak di bawah karapaks. Abdomen pada kepiting betina biasanya berisi kantong telur.

Kepiting Rajungan
Kemampuan Adaptasi
    Kepiting memiliki kemampuan adaptasi di berbagai habitat, mulai dari laut, air tawar sampai daratan. Kepiting yang hidup di laut memiliki kaki jalan yang panjang untuk merangkak di dasar laut. Kepiting juga dapat hidup di daerah pasang surut yang sering diterpa hempasan ombak yang kuat. Hewan tersebut mampu merangkak pada permukaan subsrat yang licin.
    Sebagian besar kepiting tidak dapat berenang, namun anggota suku Portunidae, terutama kepiting rajungan (Portunus pelagicus), merupakan perenang yang kuat dan gesit. Sepasang kaki belakang berbentuk seperti dayung pipih dan lebar. Kaki belakang tersebut bergerak seperti baling-baling. Oleh karena itu, rajungan dapat berenang dengan gerakan cepat ke samping, ke belakang, dan kadang-kadang ke depan.
Kepiting hasil tangkapan Nelayan
Pemakan Detritus
    Seperti hewan anggota Crustasea yang lain, kepiting umumnya termasuk hewan omnivora.  Sebagian besar kepiting merupakan pemakan detritus (bahan organik dari pembusukan atau penguraian tumbuhan dan hewan), sedangkan sebagian yang lain merupakan pemangsa hewan lain atau pemakan tumbuh-tumbuhan. Kepiting pemakan detritus mendapatkan makanan dengan cara menyaring air yang masuk ke dalam rongga tubuhnya.
Hidangan Kepiting Goreng dan rebus yang lezat
Zoea dan Megalopa
    Pada umumnya, kopulasi (perkawinan) kepiting terjadi apabila kepiting betina telah berganti kulit (molting). Telur yang disimpan di dalam abdomen kepiting betina akan tumbuh menjadi larva kepiting. Larva tersebut kemudian mengalami dua tahapan perkembangan, yaitu tahap zoea dan tahap megalopa. Pada tahap Zoea , tubuh kepiting masih berbentuk bulat, transparan (tembus cahaya), dan belum memiliki kaki. Setelah itu, larva kepiting memasuki tahap megalopa dengan membentuk tubuh dan anggota badan yang sudah menyerupai kepiting dewasa. Setelah tumbuh menjadi dewasa, kepiting dapat hidup selama 2-12 tahun.

Soup Kepiting, menu favorit di Restoran Seafood

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon maaf, Blog Ini dibuat dengan konten berbagai sumber untuk menumbuhkan cinta lingkungan pada generasi muda Indonesia baik flora, fauna maupun alamnya dan sama sekali tidak bertujuan komersial.

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.