Kamis, 11 Juli 2013

MISTERI DARI GUNUNG



                                       
SETANGKAI EDELWEIS

Kuterjaga dari tidurku
Tubuhku basah tersiram hujan
Angin dingin berdesir kencang
Membuatku menggigil kedinginan
Kemanakah semua temanku ?
Meninggalkanku sendiri disini
Dalam ketakutan

Kudengar suara tangis
Diantara derai gerimis
Di puncak Pangrango yang dingin
Kucoba mencari

Diantara rumpun Edelweis
Di padang rumput yang luas
Kau duduk diatas batu
Memandang ke arahku

Wajahmu pucat bagai kabut
Tubuhmu putih bagai sutera
Aku curiga dan takut
Siapakah gadis itu ?

Ref :  
Ku tanya namamu
Tapi kau diam membisu
Kau genggam Edelweis
Kau berikan padaku

Hanya derai air matamu
Yang membasahi kedua pipimu
Kau katakan telah tidur
Di dasar jurang yang dalam

Ingin kubawa kau kembali
Tapi kau lenyap bagi angin
Yang tinggal Setangkai bunga
Edelweis di tanganku

Alun-alun Mandalawangi, Juli 1985
Puncak Gunung Pangrango



                                             

BUNGA EDELWEIS INI KU KEMBALIKAN

Dibawah rimbunnya pohon kuberlindung
Dari curahan hujan dan dinginnya malam
Di bibir gunung ku menjerit histeris
Parau suaraku
Memanggil namamu

Ku ingat di dasar jurang kau terbujur
Tubuhmu hancur lebur berlumuran darah
Kini wajahmu yang selalu membayangiku
Sepanjang jalan yang kuturuni
Di lereng gunung

Bunga Edelweis yang dulu  kau beri padaku
Akan kusimpan dan kujaga selalu
Tapi kini kau sering hadir dalam tidurku
Dalam mimpiku engkau menangis
Di puncak Gunung

Ref :
Oh Tuhan Kasihanilah gadis itu
Terimalah jasadnya disisimu
Ku akan menjaganya
Ku akan melindunginya selamanya

Bunga Edelweis ini ku kembalikan
Di tempat dulu pernah kita bertemu
Di atas batu ini
Semoga engkau tenang di alammu

Alun-alun Mandalawangi, Agustus 1986
Puncak Gunung Pangrango




GAGAK HITAM

Gemericik air sungai
Mengalir di Lereng Gunung
Menambah keindahan
Pemandangan alamnya

Di iringi kicau Burung
Meniti jalan setapak
Mendaki hingga ke puncak
Dengan penuh rasa semangat

Tiba di suatu lembah
Ditepi jurang yang dalam
Ku merasakan sesuatu
Yang penuh dengan misteri

Ref :
Gagak hitam  Gagak hitam
Menari-nari diatas kepalaku
Seakan mengerti apa yang
pernah terjadi di tempat itu

Noda darah pita merah
Membekas terikat di dahan yang patah
Suatu misteri yang tak akan
Pernah terungkap oleh manusia

G. Ci kuray
Oktober 1986

ALAM YANG LIAR

Kucoba mencintai Dia
Alam Yang liar dan masih Perawan
Meskipun penuh jebakan bahaya

Gunung Gunung Tinggi menjulang
Bukit Karang terjal menghadang
Sewaktu-waktu mengancam nyawa

Bukan aku sombong Oh Tuhanku
Tapi Tuk meningkatkan taqwaku
Akan kebesaran Karuniamu

Ref :
Betapa berat langkahku di lereng Gunung
Seakan ada yang mengikuti dari belakang
Seakan ingin menghentikan langkahku

Suara binatang hutan ditengah malam
Makin membuat nyaliku dicekam ketakutan
Mungkin ini karena murkamu Tuhanku

G.Jaya-G.Endut-G.Ciawitali
LDPencinta alam Desember 1984



TELAGA BIRU

Diatas rakit ditelaga yang sunyi dan sepi
Kuberdiri didekatmu memandang langit biru
Bening airmatamu sejernih air telaga biru
Saat kau ucapkan padaku
Selamat berpisah, selamat berpisah kepadaku

Seiring malam dan terbenamnya matahari
di hari perpisahan kelasku yang mengharukan
Ingin kudekati dirimu disaat begini
Tapi Keadaan memaksaku untuk menjauh
Untuk menjauh dari dirimu

Ref :
Di lereng Gunung Pangrango
Kududuk memandang wajahmu
Untuk yang terakhir kalinya
Sebelum kita berpisah
Saat ku kembali ke Jakarta
Makin kurasakan kehilanganmu
Tak sadar jatuh airmataku
Bila kuingat kita tak mungkin lagi bertemu

Situ Gunung, Juni 1987

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon maaf, Blog Ini dibuat dengan konten berbagai sumber untuk menumbuhkan cinta lingkungan pada generasi muda Indonesia baik flora, fauna maupun alamnya dan sama sekali tidak bertujuan komersial.

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.