Puncak gunung tertinggi di dunia (8.848 m) ini dalam bahasa Tibet dikenal dengan nama Chomolungma yang berarti " dewi ibunda sejagad ". Dalam bahasa Sansekerta (Nepal) gunung ini disebut Sagarmatha. Gunung Everest terletak di pegunungan Himalaya, di perbatasan Nepal dengan Cina (wilayah otonomi Tibet). Puncak gunung Everest selalu diselimuti salju abadi.
Awan berarak di atas Pegunungan Himalaya
Gunung Everest beriklim ekstrem. Suhu pada bulan Januari (bulan terdingin) rata-rata -36o C, bahkan bisa turun sampai -60o C. Adapun suhu pada bulan Juli (bulan terhangat) rata-rata mencapai -19o C. Di pegunungan ini antara bulan Juni dan September terkadang terjadi angin puyuh dari India (monsoon). Puncak gunung Everest mencapai dua pertiga permukaan udara di bumi yang diliputi oleh atmosfer. Karena itu kadar oksigen di puncak gunung ini sangat rendah. Oksigen yang minim, angin kencang, dan temperatur yang sangat dingin tidak memungkinkan tumbuh dan berkembangnya berbagai jenis flora dan fauna.
Puncak Gunung Everest
Sir George Everest (1790-1866)
Ahli geodesi dari Inggris ini terkenal karena penyelidikan dan pengukuran tanah di India dengan trigonometri. Hasil penelitiannya sangat membantu dalam pengukuran dan penentuan ketinggian puncak pegunungan Himalaya. Pada tahun 1865, bersama timnya ia berhasil menemukan lokasi puncak tertinggi pegunungan Himalaya. Keberhasilan ini diraihnya setelah beberapa kali usaha pendakiannya yang gagal. Untuk menghormatinya, puncak itu kemudian dinamakan Everest, menurut namanya.
Sir Edmund Hillary dan Tenzing Norgay di Puncak Everest
Usaha Pendakian
Pada tahun 1953 Sir Edmund Hillary dari Selandia Baru dan Tenzing Norgay, seorang Sherpa (orang Tibet yang diam di lereng Selatan Himalaya) dari Nepal, berhasil mencapai puncak gunung tertinggi di dunia tersebut setelah melalui perjuangan yang berat. Mereka mendakinya dari tebing sebelah baratdaya. Sejak pendakian tersebut, gunung Everest beberapa kali didaki berbagai kelompok ekpedisi, antara lain ekpedisi dari Cina (1960) yang untuk pertama kali mencapai puncak dari tebing sebelah utara. Pada tahun 1963, tim ekpedisi Amerika Serikat berhasil mencapai puncak Everest. Ekpedisi tersebut melibatkan 200 orang pendaki dan sekitar 1.000 tenaga porter. Pada tahun 1975, Tabei Junko asal Jepang bersama Ang Tsering dari Nepal tercatat sebagai pendaki wanita pertama yang mencapai puncak Everest. Pada tahun 1997, Prajurit Satu Asmujiono dari Indonesia berhasil mencapai puncak tertinggi di dunia ini.
Pendakian ke Everest meninggalkan sampah yang mencemari lingkungan
Pencemaran Lingkungan
Medan Gunung Everest menarik minat para pendaki dari seluruh dunia untuk mencoba menaklukannya. Sayangnya, mereka sering kali tidak memperhatikan kerusakan lingkungan yang diakibatkannya. Hingga tahun 1990-an sekurang-kurangnya tercatat sekitar 50 ton sampah plastik, kaca, dan metal yang ditinggalkan para pendaki di kawasan gunung tersebut. Berbagai upaya untuk melestarikan keindahan gunung Everest terus dilakukan hingga kini.
Sumber : Ensiklopedi Umum Untuk Pelajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon maaf, Blog Ini dibuat dengan konten berbagai sumber untuk menumbuhkan cinta lingkungan pada generasi muda Indonesia baik flora, fauna maupun alamnya dan sama sekali tidak bertujuan komersial.
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.