"SELAMAT DATANG DI BLOG EKOGEO"(Pendidikan, Geografi dan Lingkungan)

Jumat, 30 Oktober 2015

HARIMAU JAWA BELUM PUNAH, SEMOGA BERITA INI BENAR

   
    Spesies harimau di seluruh dunia ada 8 jenis, dan 3 subspesies diantaranya dinyatakan sudah punah, yaitu harimau Kaspia (Panthera Tigris Virgata) punah pada tahun 1950, binatang tersebut hidup di Iran, Afghanistan, Turki, Mongolia, Rusia dan harimau Bali (Panthera Tigris Balica) punah pada tahun 1937, hewan tersebut hidup di hutan-hutan di pulau Bali Indonesia, kemudian disusul harimau Jawa atau Javan Tiger (Panthera Tigris Javanica/Sondaica) yang hidup di pulau Jawa Indonesia.
  Namun klaim atas punahnya harimau Jawa masih banyak dibantah oleh beberapa saksi yang pernah melihat bahwa harimau Jawa masih ada walaupun mereka tidak berhasil menunjukkan bukti yang bisa diverifikasi. Menurut seorang mantan pekerja Taman Nasional Alas Purwo di Banyuwangi yang bernama Lukman, pada tahun 2000 mereka pernah melihat seekor harimau Jawa di hutan tersebut. Oleh karena itu jika mendengar bunyi tembakan, para petugas penjaga hutan taman nasional alas purwo akan langsung mencari sumber suara tembakan tersebut sampai ketemu untuk menjaga keselamatan harimau Jawa yang menurut mereka masih ada disitu.
   Hal ini berbeda dengan pendapat seorang petugas Kebun Binatang Surabaya (tidak disebutkan namanya) yang pernah bertugas dibagian Burung Jalak Bali di KBS Surabaya, dimana dia juga mengetahui tentang asal-usul berbagai satwa langka di Indonesia. Dia mengatakan bahwa harimau loreng yang dilihat oleh para petugas taman nasional alas purwo tersebut bukanlah harimau Jawa yang sebenarnya, melainkan harimau Sumatera yang kerdil, karena Belanda pernah mendatangkan beberapa ekor harimau Sumatera pada tahun 1939 dan dipelihara di tempat karantina di Alas Purwo untuk selanjutnya dilepas dialam bebas.

PENELITIAN ILMUWAN ASING

   Dr. John Seidensticker Ph.D.seorang ahli konservasi biologi dan kepala pusat konservasi ekologi dari Smithsonian’s National Zoological Park di Amerika Serikat yang dampingi rekannya Ir. Suyono dari direktorat perlindungan dan pengawetan alam Indonesia melakukan penelitian secara khusus pada tahun 1970 dan berhasil mendapatkan beberapa foto harimau. Namun karena foto tersebut terlalu buram, akhirnya mereka tidak bisa memastikan bahwa itu benar-benar foto harimau Jawa. 
  Selama tahun 1998-1999, yayasan The Tiger Foundation yang berpusat di Amerika Serikat terus menerima laporan dari penjaga taman nasional di Jawa Timur yang melaporkan bahwa sering terjadi penampakan harimau Jawa di dalam taman nasional dan di hutan-hutan sekitar taman nasional di Jawa Timur. Mereka juga memberikan bukti berupa foto jejak kaki, guratan pohon, bulu dan kotoran harimau, dan diteliti dilaboratorium di Amerika Serikat.
  The Tiger Foundation segera memberikan dukungan kepada departemen kehutanan Indonesia dengan memasang kamera pengintai di hutan yang di duga ada harimau Jawa. Mereka berhasil mendapatkan foto-foto satwa liar, namun tidak menemukan adanya bukti foto harimau Jawa, kecuali hanya macan tutul.
   Mereka menyimpulkan bahwa bukti-bukti  foto yang telah dicurigai sebagai milik harimau Jawa tersebut adalah kotoran macan tutul, dan bulu serta foto guratan pohon tersebut ternyata milik macan tutul. Dan mereka sangat meyakini dan sudah tidak meragukan lagi bahwa harimau Jawa telah benar-benar punah.

PENAMPAKAN TERAKHIR HARIMAU JAWA DI ABAD XXI

Berdasarkan keterangan situs resmi Balai Taman Nasional Meru Betiri, warga lokal permanen hasil hutan TN Meru Betiri mengaku bahwa mereka masih terkadang melihat penampakan harimau loreng (harimau jawa) hingga era 2010. Namun ini hanyalah sebuah pengakuan saja yang tidak disertai bukti otentik seperti foto atau tanda-tanda kuat lain milik harimau jawa. Benarkah harimau Jawa yang sangat melegenda itu telah lenyap dari muka bumi? Bisakah putra putri Indonesia membuktikan bahwa harimau Jawa masih ada? Atau menyetujui klaim bahwa harimau loreng ini telah benar-benar punah? 
  Selama ini dugaan terhadap keberadaan harimau jawa hanya terfokus di TN Meru Betiri. Bukankah masih banyak hutan-hutan terpencil lainnya di Pulau Jawa yang masih menyediakan mangsa walaupun sedikit. Bukankah masih ada hutan yang terletak di gunung-gunung di jawa yang hampir tidak terjamah manusia. Berdasarkan penuturan penduduk lokal Pulau Jawa (para orang-orang tua) dimana mereka benar-benar memahami sifat-sifat harimau jawa. Harimau jawa tidak takut bertemu manusia. Pada jaman dahulu jika terjadi pertemuan antara manusia dengan harimau jawa (macan gembong), harimau jawa hanya memalingkan muka saja dan tidak lari. Ini bisa dijadikan alasan mengapa beberapa warga sekitar TM Meru Betiri mengklaim bisa melihat harimau loreng. Walaupun salah satu sifat harimau ini adalah suka menyembunyikan diri agar tidak terlihat oleh mangsa.
   Tapi kenapa jika mereka pernah melihat harimau jawa tapi tidak ada yang bisa memotretnya? Perlu kita ketahui bahwa orang-orang yang mengaku melihat harimau jawa tersebut bukanlah para peneliti yang dilengkapi dengan fasilitas kamera, melainkan para pekerja ladang atau petani, dan sejenisnya. Sudah tentu mereka tidak mungkin memotretnya karena tidak membawa kamera, kecuali hanya membawa peralatan bertani dan berkebun.
  Mungkinkah akan ada foto harimau jawa terbaru? Semoga anak negeri bisa menemukan bukti foto agar dunia yakin bahwa harimau Jawa masih ada, sebelum peneliti asing yang mencintai satwa liar berhasil mengungkap fakta tentang keberadaan harimau Jawa. Jika selama ini tidak ada orang yang bisa menunjukkan bukti foto harimau jawa terbaru, boleh dipercaya bahwa harimau jawa memang benar-benar telah punah. Tapi apa yang terjadi pada tahun 2013?

HARIMAU JAWA MUNCUL LAGI DI TAHUN 2013

   Ternyata tanda-tanda keberadaan harimau jawa tidak hanya terdapat di Meru Betiri saja. Hutan belantara di pulau jawa masih cukup luas untuk dijelajahi. Mencari hewan sebesar harimau jawa di hutan jawa yang masih luas ini ibarat mencari jarum di dalam tumpukan jerami. Pada awal oktober 2013, secara tanpa sengaja ditemukan jejak kaki karnivora besar mirip jejak harimau jawa di danau Ranu Tompe. 
  Setelah ditindaklanjuti, dugaan keberadaan harimau jawa semakin kuat. Tim Ekspedisi Eksplorasi Ekologi Ranu Tompe Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) menemukan bekas cakaran (marking) hewan karnivora di pohon pampung atau pohon katesan (Macropanax dispermus), yang ditemukan pada tanggal 9 oktober 2013.
   Hal ini semakin memperkuat harapan bahwa raja hutan pulau jawa ini masih hidup. Berdasarkan literatur, karakter cakaran sebesar itu adalah milik Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan Harimau Jawa. Sedangkan ukuran cakaran macan tutul jawa (Panthera pardus melas) hanya kurang dari 13 sentimeter saja.
   Tim ini juga menemukan banyak jejak tapak kaki (foot print), tahi/kotoran (faeces) satwa karnivora berukuran besar. Diameter kotoran itu berukuran antara 3,6 sampai 3,8 cm dengan panjang rata-rata 6 cm. Jika ditinjau dari besarnya kotoran milik karnivora terbesar di pulau jawa saat ini, itu bukanlah kotoran macan tutul atau macan kumbang, melainkan kotoran milik harimau jawa. Selanjutnya pihak BB TNBTS berkonsultasi dengan akademisi Biologi di Universitas Gajah Mada (UGM) tentang temuan baru ini. Hasilnya, mungkin Harimau Jawa masih ada. Namun ini hanya sebatas dugaan dan perlu ditindaklanjuti untuk memastikan apakah dugaan itu benar.
   Direncanakan pada tahun 2014 akan dipasang camera trap di sekitar danau ranu tompe yang saat ini belum pernah dijamah manusia dengan tujuan untuk memastikan apakah harimau jawa benar-benar masih ada.

Sumber Referensi : Juragan Cipir.Com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon maaf, Blog Ini dibuat dengan konten berbagai sumber untuk menumbuhkan cinta lingkungan pada generasi muda Indonesia baik flora, fauna maupun alamnya dan sama sekali tidak bertujuan komersial.

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.