Diana Agustina Rahman, 19 tahun Mahasiswi
Universitas Pasundan yang ditemukan tewas di Gunung Semeru, menambah daftar
panjang anak muda Indonesia yang meninggal karena kecelakaan di gunung. Mereka
meninggal dalam usia sangat muda , usia yang seharusnya menghasilkan
kreativitas dan karya yang bisa menjadi bekal di masa depan. Walaupun
prosentase kecelakaan di gunung lebih banyak terjadi pada pendaki pria (90%)
karena kaum pria ini yang paling banyak mendaki gunung, namun kematian pada
pendaki wanita pada dua tahun terakhir cukup mengagetkan dan membuat rasa
sedih. Kematian pendaki gunung berparas Cantik Shizuko Ramadhani di Pos Kandang
Batu Gunung Gede Pangrango Desember 2012 masih belum lepas dari ingatan. Remaja
putri berusia 16 tahun siswi SMAN 6 Bekasi blasteran Jawa-Jepang ini meninggal
karena Hypothermia. Disusul bulan Januari 2014 Mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Surabaya, Dian berusia 18 tahun ditemukan meninggal di Gunung welirang
dalam latihan orientasi dan Navigasi Mahasiswa Pencinta Alam. Dan masih ada
beberapa peristiwa kecelakaan di gunung yang tak disebutkan disini.
Yang menjadi perhatian disini
adalah mereka para pendaki wanita, dan kebetulan berparas cantik.Mendaki gunung
sebenarnya merupakan gabungan olahraga dan rekreasi yang membutuhkan stamina
yang kuat disamping paling tidak menjadi bagian dari kegiatan Club-Club Pencinta alam.
Seharusnya mereka sudah mendapat pelatihan dasar-dasar Pencinta alam misalnya
Survival, Navigasi, Penggunaan tali temali untuk Rock Climbing atau Rapeling,
orientasi medan, dan tentu saja latihan fisik yang membutuhkan tenaga yang
kuat.
Booming pendakian karena
terinspirasi Film 5 Cm, bisa dikatakan positif dan negatif. Film ini telah
membuat banyak anak muda yang ingin mendaki gunung terutama G.Semeru tanpa mengetahui
bahaya dibalik kegiatan mendaki gunung. Seharusnya ada Film yang dibuat dengan
mengambil kisah nyata kecelakaan di Gunung sehingga informasinya berimbang.
Sehingga anak muda yang ingin mendaki gunung tampa dibekali ketrampilan dan
pengetahuan dapat berpikir lebih jauh lagi terutama untuk persiapan bekal dan
stamina yang membutukan kekuatan fisik dan mental.
Memang ajal hanya Allah yang
tahu, dimana, kapan dan bagaimana itu terjadi kita tidak pernah tahu kapan
datangnya.Peristiwa kecelakaan yang terjadi pada Diana Agustin terjadi pada
bulan agustus lalu beberapa saat sebelum mencapai puncak mahameru. Diana
meninggal karena longsoran Batu mengenai kepalanya pada saat istirahat dan dia
tdak siap menghindar karena fisiknya sudah terkuras karena kelelahan. Mirip dengan Film 5
Cm yang sempat booming beberapa tahun yang lalu. Melihat foto-foto Diana yang
pernah mendaki gunung lain sebelumnya, berarti dia bukanlah pemula.
Meninggalnya Diana paling
tidak mengingatkan masa lalu saya yang pernah melakukan pendakian gunung
bersama. Dan kebetulan teman dekat saya ini cantik. Dia bukan anggota pencinta
alam namun sering hadir pada saat kita berlatih Climbing, Mountenering maupun
merayap menyeberangi sungai diatas tali. Sebelum berpisah dia minta naik gunung
bersama ,permintaan yang cukup berat dituruti. Namun akhirnya kita lakukan
dengan mengambil lokasi yang aman, tidak berat dan tidak beresiko.
Kini dia sudah pergi dan meninggalkan
kenangan yang cukup dalam. Dan terus menjadi bayang-bayang masa lalu yang sulit
dilupakan
Kenangan bersamanya seperti kembali ketika Almarhum Pak Abdul Latif teman guru yang meninggal di bulan Agustus mengajak saya melakukan survey Raker tahun 2011 di gunung Salak. Maaf Pak Latif kalau saat itu kita berdebat dan sempat salah paham karena saya menolak keras tempat yang ditawarkan almarhum, tanpa sempat menjelaskan kenapa saya menolak bahwa tempat ini dulu membawa kenangan yang indah tapi juga kesedihan buat saya. Namun saya yang ditunjuk sebagai ketua Raker juga harus bertanggung jawab pada keamanan teman-teman guru lain, karena dalam sejarah SMPN 29 inilah raker satu-satunya yang dilakukan di bibir gunung. Saya memang harus melepaskan bayang-bayang masa lalu, dan itu saya buktikan dengan mengajak beberapa teman melakukan hiking di gunung ini. Walau tidak sampai puncaknya lagu Tinggal Kenangan yang dulu saya buat di gunung ini seperti mengiringi, mungkin ini pesan Almarhum Pak Latif buat saya untuk melupakan masa lalu.
Kenangan bersamanya seperti kembali ketika Almarhum Pak Abdul Latif teman guru yang meninggal di bulan Agustus mengajak saya melakukan survey Raker tahun 2011 di gunung Salak. Maaf Pak Latif kalau saat itu kita berdebat dan sempat salah paham karena saya menolak keras tempat yang ditawarkan almarhum, tanpa sempat menjelaskan kenapa saya menolak bahwa tempat ini dulu membawa kenangan yang indah tapi juga kesedihan buat saya. Namun saya yang ditunjuk sebagai ketua Raker juga harus bertanggung jawab pada keamanan teman-teman guru lain, karena dalam sejarah SMPN 29 inilah raker satu-satunya yang dilakukan di bibir gunung. Saya memang harus melepaskan bayang-bayang masa lalu, dan itu saya buktikan dengan mengajak beberapa teman melakukan hiking di gunung ini. Walau tidak sampai puncaknya lagu Tinggal Kenangan yang dulu saya buat di gunung ini seperti mengiringi, mungkin ini pesan Almarhum Pak Latif buat saya untuk melupakan masa lalu.
Lagu TINGGAL KENANGAN yang
saya pernah buat juga disukai pak Edi Santosa, teman Guru yang meninggal juga
di bulan Agustus lalu. Pak Edi sempat memainkan gitar mengiringi lirik lagu
yang saya nyanyikan. Saya tidak tahu kenapa pak Edi menyukai lagu ini, alasannya
lagu ini keren walau mellow . Tapi liriknya yang menyentuh sempat membuat basah
mata bu Inti dan Bu Nuryanti yang tiba-tiba masuk ke ruang kami berdua. Lagu
ini Privasi dan saya tidak pernah bermain gitar lagi sejak 25 tahun yang lalu .
Hanya Pak Edi yang saya percaya untuk memainkan lagu yang pernah saya buat,
karena almarhum adalah sahabat dan teman curhat saya yang paling baik terutama
masa lalu saya yang cukup kelam. Lagu Bersahabat dengan alam, Setangkai
edelweis, Elang Jantan yang terluka, Alam yang liar sempat saya berikan filenya
ke pak Edi, namun tak tahu kenapa Pak Edi lebih menyukai lagu ini walaupun lagu
ini bertema kehilangan dan kematian. Saya sempat bercerita hampir meninggal
pada usia muda di gunung . Tapi kini terjawab, ini adalah pertanda bahwa pak
Edi yang baik, sahabat yang baik, akan pergi meninggalkan saya terlebih
dahulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon maaf, Blog Ini dibuat dengan konten berbagai sumber untuk menumbuhkan cinta lingkungan pada generasi muda Indonesia baik flora, fauna maupun alamnya dan sama sekali tidak bertujuan komersial.
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.