SUMBER : WIKIPEDIA INDONESIA
Orang
utan (atau orangutan, nama lainnya adalah mawas) adalah
sejenis kera besar
dengan lengan panjang dan berbulu kemerahan atau cokelat, yang
hidup di hutan tropika Indonesia dan Malaysia,
khususnya di Pulau Kalimantan dan Sumatera.[2]
[3]
Deskripsi
Istilah
"orang utan" diambil dari bahasa
Indonesia, yang berarti manusia (orang) yaitu hutan. Orang utan
mencakup dua spesies,
yaitu orang utan sumatera (Pongo abelii) dan orang utan kalimantan
(borneo) (Pongo pygmaeus). [4]
Yang unik adalah orang utan memiliki kekerabatan dekat dengan manusia pada
tingkat kingdom animalia, dimana orang utan memiliki tingkat kesamaan DNA sebesar 96.4%.[5]
Ciri-Ciri
Mereka
memiliki tubuh yang gemuk dan besar, berleher besar, lengan yang panjang dan
kuat, kaki yang pendek dan tertunduk, dan tidak mempunyai ekor.[6]
Orangutan
memiliki tinggi sekitar 1.25-1.5 meter.[7]
Tubuh
orangutan diselimuti rambut merah kecoklatan.[3]
Mereka mempunyai kepala yang besar dengan posisi mulut yang tinggi.[6]
Saat
mencapai tingkat kematangan seksual, orangutan jantan memiliki pelipis yang gemuk pada kedua sisi, ubun-ubun
yang besar, rambut menjadi panjang dan tumbuh janggut disekitar wajah.[8]
Mereka mempunyai indera
yang sama seperti manusia,
yaitu pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecap, dan peraba.[6]
Berat
orangutan jantan sekitar 50-90 kg, sedangkan orangutan betina beratnya sekitar
30-50 kg.[7]
Telapak
tangan mereka mempunyai 4 jari-jari panjang ditambah 1 ibu jari.[6]
Telapak kaki mereka juga memiliki susunan jari-jemari yang sangat mirip dengan
manusia.[6]
Orangutan
masih termasuk dalam spesies kera besar seperti gorila dan simpanse.[4]
Golongan kera besar masuk dalam klasifikasi
mammalia,
memiliki ukuran otak yang besar, mata yang mengarah kedepan, dan tangan yang
dapat melakukan genggaman.[4]
Klasifikasi
Orangutan
termasuk hewan vertebrata, yang berarti bahwa mereka memiliki tulang belakang.[rujukan?] Orangutan juga
termasuk hewan mamalia
dan primata.[rujukan?]
Spesies dan Subspesies
1.
Ada 2 jenis spesies orangutan, yaitu Orangutan Kalimantan / Borneo (Pongo
pygmaeus) dan Orangutan Sumatra (Pongo abelii).[9]
2.
Keturunan Orangutan Sumatra dan Kalimantan berbeda sejak 1.1 sampai 2.3 juta
tahun yang lalu. [9]
3.
Subspecies
- Pembelajaran genetik telah mengidentifikasi 3 subspesies Orangutan Borneo : P.p.pygmaeus, P.p.wurmbii, P.p.morio.[9] Masing-masing subspesies berdiferensiasi sesuai dengan daerah sebaran geografisnya dan meliputi ukuran tubuh.[9]
- Orangutan Kalimantan Tengah (P.p.wurmbii) mendiami daerah Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.[9] Mereka merupakan subspesies Borneo yang terbesar.[9]
- Orangutan Kalimantan daerah Timur Laut (P.p.morio) mendiami daerah Sabah dan daerah Kalimantan Timur.[9] Mereka merupakan subspesies yang terkecil.[9]
- Saat ini tidak ada subspecies orangutan Kalimantan yang berhasil dikenali.[9]
Lokasi dan habitat
Orang utan di Taman Nasional Kutai
Orangutan
ditemukan di wilayah hutan hujan tropis Asia
Tenggara, yaitu di pulau Borneo dan Sumatra di wilayah bagian negara Indonesia dan
Malaysia.[rujukan?] Mereka biasa
tinggal di pepohonan lebat dan membuat sarangnya dari dedaunan.[rujukan?] Orangutan dapat
hidup pada berbagai tipe hutan, mulai dari hutan keruing, perbukitan
dan dataran
rendah, daerah aliran sungai, hutan rawa air tawar, rawa gambut, tanah kering di atas
rawa bakau dan nipah, sampai ke
hutan pegunungan.[rujukan?]
Di
Borneo, orangutan dapat ditemukan pada ketinggian 500 m di atas permukaan laut
(dpl), sedangkan kerabatnya di Sumatra dilaporkan dapat mencapai hutan
pegunungan pada ketinggian 1.000 m dpl.[rujukan?] Orangutan
Sumatra merupakan salah satu hewan endemis yang hanya ada di Sumatra.[rujukan?] Orangutan di
Sumatra hanya menempati bagian utara pulau itu, mulai dari Timang Gajah, Aceh Tengah
sampai Sitinjak di Tapanuli
Selatan.[rujukan?]Keberadaan hewan
mamalia ini dilindungi Undang-Undang 5 tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan digolongkan sebagai Critically
Endangered oleh IUCN.[10]
Di
Sumatra, salah satu populasi orangutan terdapat di daerah aliran sungai (DAS) Batang Toru, Sumatra
Utara.[rujukan?] Populasi
orangutan liar di Sumatra diperkirakan sejumlah 7.300[11]. Di
DAS Batang Toru 380 ekor dengan kepadatan pupulasi sekitar 0,47 sampai 0,82
ekor per kilometer persegi. Populasi orangutan Sumatra (Pongo abelii lesson)
kini diperkirakan 7.500 ekor.[rujukan?] Padahal pada era
1990 an, diperkirakan 200.000 ekor.[rujukan?] Populasi mereka
terdapat di 13 daerah terpisah secara geografis.[rujukan?] Kondisi ini
menyebabkan kelangsungan hidup mereka semakin terancam punah. [1]
Saat
ini hampir semua Orangutan Sumatra hanya ditemukan di Provinsi Sumatra
Utara dan Provinsi Aceh,
dengan Danau
Toba sebagai batas paling selatan sebarannya.[rujukan?] Hanya 2 populasi
yang relatif kecil berada di sebelah barat daya danau, yaitu Sarulla Timur dan hutan-hutan
di Batang Toru Barat.[10]
Populasi orangutan terbesar di Sumatra dijumpai di Leuser Barat (2.508 individu)
dan Leuser Timur (1.052 individu), serta Rawa Singkil (1.500 individu).[rujukan?]Populasi lain
yang diperkirakan potensial untuk bertahan dalam jangka panjang (viable)
terdapat di Batang Toru,Sumatra Utara, dengan ukuran sekitar 400 individu.[rujukan?]
Orangutan
di Borneo yang dikategorikan sebagai endangered oleh IUCN terbagi dalam tiga
subspesies: Orangutan di Borneo dikelompokkan ke dalam tiga anak jenis, yaitu Pongo
pygmaeus pygmaeus yang berada di bagian utara Sungai
Kapuas sampai ke timur laut Sarawak; Pongo pygmaeus wurmbii yang
ditemukan mulai dari selatan Sungai
Kapuas hingga bagian barat Sungai
Barito; dan Pongo pygmaeus morio.[rujukan?] Di Borneo,
orangutan dapat ditemukan di Sabah, Sarawak, dan hampir seluruh hutan dataran rendah Kalimantan,
kecuali Kalimantan Selatan dan Brunei
Darussalam.[12]
Makanan
Meskipun
orangutan termasuk hewan omnivora, sebagian besar dari mereka hanya memakan tumbuhan.[6]
90% dari makanannya berupa buah-buahan.[4]
Makanannya antara lain adalah kulit pohon, dedaunan, bunga, beberapa jenis
serangga,
dan sekitar 300 jenis buah-buahan[13]
Selain
itu mereka juga memakan nektar,madu
dan jamur.[4]
Mereka juga gemar makan durian, walaupun aromanya tajam, tetapi mereka menyukainya. [4]
Orangutan
bahkan tidak perlu meninggalkan pohon mereka jika ingin minum. Mereka biasanya
meminum air yang telah
terkumpul di lubang-lubang di antara cabang pohon.[6]
Biasanya
induk orangutan mengajarkan bagaimana cara mendapatkan makanan, bagaimana cara
mendapatkan minuman, dan berbagai jenis pohon pada musim yang
berbeda-beda.[13]
Melalui ini, dapat terlihat bahwa orangutan ternyata memiliki peta lokasi hutan
yang kompleks di otak mereka, sehingga mereka tidak menyia-nyiakan tenaga pada
saat mencari makanan.[13]
Dan anaknya juga dapat mengetahui beragam jenis pohon dan tanaman, yang mana
yang bisa dimakan dan bagaimana cara memproses makanan yang terlindungi oleh cangkang dan duri yang tajam. [13]
Predator
Predator
terbesar orangutan dewasa ini adalah manusia.[6]
Selain manusia, predator orangutan adalah macan tutul,
babi, buaya, ular phyton, dan elang hitam.[6]
Cara melindungi diri
Orangutan
termasuk makhluk
pemalu. Mereka jarang memperlihatkan dirinya kepada orang atau makhluk lain
yang tak dikenalnya.[rujukan?]
Reproduksi
Orangutan
betina biasanya melahirkan pada usia 7-10 tahun dengan lama kandungan berkisar
antara 8,5 hingga 9 bulan; hampir sama dengan manusia. Jumlah bayi yang
dilahirkan seorang betina biasanya hanya satu. Bayi orangutan dapat hidup
mandiri pada usia 6-7 tahun. Kebergantungan orangutan pada induknya merupakan
yang terlama dari semua hewan, karena ada banyak hal yang harus dipelajari
untuk bisa bertahan hidup, mereka biasanya dipelihara hingga berusia 6 tahun. [8]
Orangutan
berkembangbiak lebih lama
dibandingkan hewan primata lainnya, orangutan betina hanya melahirkan seekor
anak setiap 7-8 tahun sekali.[5]
Umur orangutan di alam liar sekitar 45 tahun, dan sepanjang gidupnya orangutan
betina hanya memiliki 3 keturunan seumur hidupnya.[5]
Dimana itu berarti reproduksi orangutan sangat lambat.[5]
Cara bergerak
Orangutan
dapat bergerak cepat dari pohon ke pohon dengan cara berayun pada cabang-cabang
pohon, atau yang biasa dipanggil brachiating.[6]
Mereka juga dapat berjalan dengan kedua kakinya, namun jarang sekali ditemukan.
Orang utan tidak dapat berenang.[6]
Cara Hidup
Tidak
seperti gorila dan simpanse, orangutan tidak hidup dalam sekawanan yang besar.[4]
Mereka merupakan hewan yang semi-soliter.[4]
Orangutan jantan biasanya ditemukan sendirian dan orangutan betina biasanya
ditemani oleh beberapa anaknya.[4]
Walaupun oranutan sering memanjat dan membangun tempat tidur dipohon, mereka
pada intinya merupakan hewan terrestrial(menghabiskan hidup
ditanah).[14]
Beberapa fakta menarik
- Orangutan dapat menggunakan tongkat sebagai alat bantu untuk mengambil makanan, dan menggunakan daun sebagai pelindung sinar matahari.[15]
- Orangutan jantan terbesar memiliki rentangan lengan (panjang dari satu ujung tangan ke ujung tangan yang lain apabila kedua tangan direntangkan) mencapai 2.3 m.[8]
- Orangutan jantan dapat membuat panggilan jarak jauh yang dapat didengar dalam radius 1 km.[8] Digunakan untuk menandai/mengawasi arealnya, memanggil sang betina, mencegah orang utan jantan lainnya yang mengganggu. Mereka mempunyai kantung tenggorokan yang besar yang membuat mereka mampu melakukannya.[8]
Populasi
Orangutan
saat ini hanya terdapat di Sumatra dan Kalimantan, di wilayah Asia Tenggara.[16]
Karena tempat tinggalnya merupakan hutan yang lebat, maka sulit untuk
memperkirakan jumlah populasi yang tepat.[16]
Di Borneo, populasi orangutan diperkirakan sekitar 55.000 individu.[16]
Di Sumatra, jumlahnya diperkirakan sekitar 7.500 individu.[16]
Ancaman
Ancaman
terbesar yang tengah dialami oleh orangutan adalah habitat yang
semakin sempit karena kawasan hutan hujan yang menjadi tempat tinggalnya dijadikan
sebagai lahan kelapa sawit, pertambangan
dan pepohonan ditebang untuk diambil kayunya.[4] Orangutan
telah kehilangan 80% wilayah habitatnya dalam waktu kurang dari 20 tahun.[4]
Tak jarang mereka juga dilukai dan bahkan dibunuh oleh para petani dan pemilik
lahan karena dianggap sebagai hama.[4]
Jika seekor orangutan betina ditemukan dengan anaknya, maka induknya akan
dibunuh dan anaknya kemudian dijual dalam perdagangan hewan ilegal. Pusat
rehabilitasi didirikan untuk merawat oranutan yang sakit, terluka dan yang
telah kehilangan induknya. [4]
Mereka dirawat dengan tujuan untuk dikembalikan ke habitat aslinya. [4]
Pembukaan Lahan dan
Konversi Perkebunan
Di
Sumatra, populasinya hanya berada di daerah Leuser, yang luasnya 2.6 juta
hektare yang mencakup Aceh dan Sumatra Utara.[17]
Leuser telah dinyatakan sebagai salah satu dari kawasan keanekaragaman hayati yang terpenting dan
ditunjuk sebagai UNESCO
Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatera
pada tahun 2004.[17]
Ekosistemnya menggabungkan Taman Nasional Gunung Leuser, tetapi
kebanyakan para Orangutan tinggal diluar batas area yang dilindungi, dimana
luas hutan berkurang sebesar 10-15% tiap tahunnya untuk dijadikan sebagai area
penebangan dan sebagai kawasan pertanian.[17]
Indonesia
merupakan salah satu negara yang mengalami berkurangnya jumlah hutan tropis
terbesar didunia.[17]
Tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan berkurangnya laju deforestasi.[17]
Sekitar 15 tahun yang lalu, tercatat sekitar 1.7 juta hektare luas hutan yang
terus ditebang setiap tahunnya di Indonesia, dan terus bertambah pada tahun
2000 sebanyak 2 juta hektare.[17]
Penebangan
legal dan ilegal telah membawa
dampak penyusutan jumlah hutan di Sumatra.[17]
Pembukaan hutan sebagai ladang sawit di Sumatra dan Kalimantan juga telah
mengakibatkan pembabatan hutan sebanyak jutaan hektare, dan semua dataran hutan
yang tidak terlindungi akan mengalami hal yang sama nantinya.[17]
Konflik mematikan
yang sering terjadi di perkebunan adalah saat dimana Orangutan yang habitatnya
makin berkurang karena pembukaan hutan harus mencari makanan yang cukup untuk
bertahan hidup.[17]
Spesies yang
dilindungi dan terancam punah ini seringkali
dipandang sebagai ancaman bagi keuntungan perkebunan karena mereka dianggap
sebagai hama dan
harus dibunuh.[17]
Orangutan
biasanya dibunuh saat mereka memasuki area perkebunan dan merusak tanaman.[18]
Hal ini sering terjadi karena orangutan tidak bisa menemukan makanan yang mereka
butuhkan di hutan tempat mereka tinggal.[18]
Perdagangan Ilegal
Secara
teori, orangutan telah dilindungi di Sumatra dengan peraturan
perundang-undangan sejak tahun 1931, yang melarang untuk memiliki, membunuh
atau menangkap orangutan.[17]
Tetapi pada prakteknya, para pemburu masih sering memburu mereka, kebanyakan
untuk perdagangan hewan.[17]
Pada hukum internasional, orangutan masuk dalam Appendix I dari daftar CITES(Convention
on International Trade in Endangered Species) yang melarang dilakukannya
perdagangan karena mengingat status konservasi dari spesies ini dialam bebas.[17]
Namun, tetap saja ada banyak permintaan terhadap bayi orangutan, baik itu
permintaan lokal, nasional dan internasional untuk dijadikan sebagai hewan
peliharaan.[17]
Anak orangutan sangat bergantung pada induknya untuk bertahan hidup dan juga
dalam proses perkembangan, untuk mengambil anak dari orangutan maka induknya
harus dibunuh.[17]
Diperkirakan, untuk setiap bayi yang selamat dari penangkapan dan pengangkutan
merepresentasikan kematian dari orangutan betina dewasa.[17]
Menurut
data dari website
WWF, diperkirakan
telah terjadi pengimporan orangutan bernama ke Taiwan sebanyak 1000 ekor yang
terjadi antara tahun 1985 dan 1990.[18]
Untuk setiap orangutan yang tiba di Taiwan, maka ada 3 sampai 5 hewan lain yang
mati dalam prosesnya.[18]
Perdagangan
orangutan dilaporakan juga terjadi di Kalimantan, dimana baik orangutan itu
hidaup atau mati juga masih tetap terjual.[18]
Status Konservasi Orang
Utan
Orangutan
Sumatra telah masuk dalam klasifikasi Critically Endangered dalam daftar
IUCN. Populasinya
menurun drastis dimana pada tahun 1994 jumlahnya mencapai lebih dari 12.000,
namun pada tahun 2003 menjadi sekitar 7.300 ekor.[17]
Data pada tahun 2008 melaporkan bahwa diperkirakan jumlah Orangutan Sumatra di
alam liar hanya tinggal sekitar 6.500 ekor.[17]
Secara
historis, orangutan ditemukan di
kawasan hutan lintas Sumatra, tetapi sekarang terbatas hanya didaerah Sumatra
Utara dan provinsi Aceh.[17]
Habitat yang sesuai untuk Orangutan saat ini hanya tersisa sekitar kurang dari
900.000 hektare di pulau Sumatra.[17]
Saat
ini diperkirakan orangutan akan menjadi spesies kera besar pertama yang punah
di alam liar.[17]
Penyebab utamanya adalah berkurangnya habitat dan perdagangan hewan.[17]
Orangutan
merupakan spesies dasar bagi konservasi.[17]
Orangutan memegang peranan penting bagi regenerasi hutan melalui buah-buahan
dan biji-bijian yang mereka makan.[17]
Hilangnya orangutan mencerminkan hilangnya ratusan spesies tanaman dan hewan
pada ekosistem hutan hujan.[17]
Hutan
primer dunia yang tersisa merupakan dasar kesejahteraan manusia, dan kunci
dari planet yang sehat adalah keanekaragaman hayati, menyelamatkan orangutan
turut menolong mamalia, burung, reptil, amfibi, serangga, tanaman, dan
berbagain macam spesies lainnya yang hidup di hutan hujan Indonesia.[17]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon maaf, Blog Ini dibuat dengan konten berbagai sumber untuk menumbuhkan cinta lingkungan pada generasi muda Indonesia baik flora, fauna maupun alamnya dan sama sekali tidak bertujuan komersial.
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.