Lontar, rontal atau siwalan adalah kelompok tumbuhan palem dari genus Borassus yang daunnya dapat digunakan untuk menulis dan membuat sasando (alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur). Lontar tersebar di beberapa negara seperti India, Myanmar, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Selain untuk menulis dan membuat sasando, tumbuhan ini juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti obat, bahan bangunan dan bahan pembuat tali. Buahnya setelah dikupas dapat juga dimakan, rasanya mirip dengan buah kelapa muda.
Pohon Lontar
Daun Lontar
Seperti tumbuhan monokotil umumnya, lontar ditunjang oleh akar serabut. Tinggi tanaman ini mencapai 6-20 m dengan diameter batang sekitar 20-40 cm. Daun lontar berukuran lebar dan berbentuk seperti kipas. Daunnya mempunyai banyak lekukan dengan ujung yang lancip. Bunga tersusun dalam malai atau tandan bunga. Bunga jantan dan betina terpisah pada individu yang berbeda. Buah lontar berbentuk bulat dan berwarna hitam. Bagian ini memiliki serabut yang berwarna kuning dan biji yang keras.
Buah Lontar
Daging buah lontar berwarna putih, kenyal dan berair. Kulit buahnya berserabut, sedangkan biji buahnya berjumlah tiga. Ketika tua, biji buah lontar sangat keras sehingga perkecambahannya memerlukan panas dan kelembaban yang tinggi. Karena itu, tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di daerah panas dan kering, seperti di kepulauan Nusa Tenggara.
Nira Lontar
Hampir semua bagian lontar dapat dimanfaatkan oleh manusia. Batang lontar yang keras dapat digunakan sebagai bahan bangunan dan kayu bakar. Halaian daunnya sering dimanfaatkan untuk membuat atap, tikar dan kerajinan tangan. Adapun serat dari tangkai daun lontar dapat dipintal menjadi tali. Getah tumbuhan ini berguna sebagai bahan perekat. Tandan bunga lontar biasanya disadap untuk diambil niranya. Nira tersebut kemudian diolah menjadi minuman berakohol dan gula merah. Selain itu, bunga lontar juga dimanfaatkan sebagai obat wasir, sakit telinga dan pegal linu. Daging buah lontar dapat dimakan sebagai buah segar, sedangkan serabut buahnya digunakan sebagai pewangi makanan.
Naskah Kuno
Sejak abad ke 16, suku-suku bangsa di Indonesia seperti suku Lombok, Bali, Bugis, dan Jawa menggunakan daun lontar untuk menulis berbagai naskah kuno yang menggambarkan kebudayaan dan adat istiadat masyarakat setempat. Naskah tersebut berisi catatan mengenai berbagai hal seperti ramuan obat tradisional, pedoman pembuatan perahu, pedoman pembuatan rumah, pedoman pemakaman, catatan perjanjian dan kumpulan syair atau prosa. Sebelum digunakan untuk menulis naskah, daun lontar biasanya dikeringkan terlebih dahulu. Naskah tersebut kemudian disusun dan dijilid menjadi sebuah buku atau kitab. Bagi masyarakat Bali, pembacaan lontar suci merupakan salah satu bagian dari ritual maligia (upacara kematian).
Naskah Kuno dari Daun Lontar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon maaf, Blog Ini dibuat dengan konten berbagai sumber untuk menumbuhkan cinta lingkungan pada generasi muda Indonesia baik flora, fauna maupun alamnya dan sama sekali tidak bertujuan komersial.
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.