"SELAMAT DATANG DI BLOG EKOGEO"(Pendidikan, Geografi dan Lingkungan)

Rabu, 28 Maret 2012

GAJAH KALIMANTAN


Gajah Kalimantan Penghuni Misterius Pulau Borneo

 

Jika kita membicarakan tentang gajah, mungkin benak kita akan melayang membayangkan gajah sumatera, india atau afrika. Tidak pernah terpikirk oleh kita bahwa gajah juga merupakan hewan penghuni pulau Kalimantan yang terjebak ribuan  tahun yang lampau.

Gajah kalimantan
Gajah Kalimantan (Elephas maximus borneensis) adalah subspesies dari gajah Asia dan dapat ditemui di Kalimantan Utara. Asal usul gajah Kalimantan masih merupakan kontroversi. Terdapat hipotesis bahwa mereka dibawa ke pulau Kalimantan.
Bertahun-tahun lamanya, orang percaya bahwa gajah bukan binatang asli Kalimantan.  Konon gajah yang kini hidup liar di Negara Bagian Sabah, Malaysia, adalah keturunan gajah milik Sultan Sulu. British East India Trading Company (Kongsi perdagangan Inggris di Hindia Timur) menghadiahi gajah-gajah itu kepada Sultan Sulu pada tahun 1750. Sultan Sulu lalu melepaskannya ke hutan untuk diliarkan kembali.
Kepercayaan itu dianut bertahun-tahun lamanya hingga tahun tahun 2003 saat  WWF’s (World Wide Fund for Nature) Asian Rhino anda Elephant Action Plan Strategy dan peneliti dari Universitas Columbia, melakukan tes DNA Mitokondria.
Keyakinan lama bahwa gajah Kalimantan adalah keturunan gajah piaraan memang beralasan. Buktinya, tak ada catatan tertulis yang menyebut-nyebut binatang-binatang raksasa itu sebelum abad ke-18. Fosil tertua gajah yang ditemukan di Kalimantan ditemukan di goa di Brunei. Itupun hanya sebuah gigi saja.
Nama lokal untuk gajah juga tidak ada. Belum lagi penyebaran gajah-gajah ini yang hanya terbatas di Sabah, terutama di antara daerah Sungai Sugut di Timur Laut Sabah dan di Sungai Sembakung di Kalimantan Timur bagian Utara.
Dalam adat dan budaya masyarakat Dayak yang menghuni bumi Borneo juga tidak pernah disinggung  adanya hewan besar ini. Masyarakat Dayak lebih mengagungkan macan dahan dan burung enggang sebagai symbol mereka.
Dengan segala keterbatasan informasi itu, pantas saja gajah kalimantan dianggap mantan gajah piaraan yang menjadi liar.
Terpisah sejak 18.000 tahun yang lalu
Penemuan terbaru tentang gajah kalimantan jelas mengejutkan karena bertentangan dengan kepercayaan lama yang selama ini diyakini kebenarannya.
Menurut penelitian, gajah-gajah kalimantan menyeberang ke Pulau Kalimantan dari daratan Asia pada masa Pleistosen. Pada masa itu permukaan air laut masih rendah dan Kalimantan dan Asia daratan masih dihubungkan dengan daratan rendah.
Gajah dapat leluasa keluyuran ke Kalimantan. Tetapi jembatan daratan itu terputus saat es mencair. Permukaan air laut naik dan gajah-gajah yang terlanjur transmigrasi ke Kalimantan tidak dapat lagi kembali ke tanah leluhurnya.
Gajah-gajah itu terpisah dengan gajah asia lainnya sejak 18.000 tahun yang lalu. Gajah kalimantan pun ditakdirkan untuk menjadi sub-spesies tersendiri. Inilah sub-spesies gajah asia ke-empat yang dikenal setelah sub-spesies gajah Sumatera, India dan Srilanka.

Dijuluki sebagai gajah Kerdil
Gajah ini mendapat julukan baru, yaitu gajah kalimantan kerdil (Elephas maximus borneensis).
Yang menjadi misteri sekarang, kenapa gajah-gajah itu hanya keluyuran di sekitar sabah saja dan tidak ditemukan di wilayah Kalimantan yang lain? Mungkin gajah pernah tersebar luas tetapi kemudian nyaris punah diburu.
Mungkin gajah tak bisa menyebar karena terikat dengan habitat yang punya kandungan mineral tinggi. Yang jelas, gajah-gajah kalimantan sudah terbiasa dengan pohon kelapa sawit. Binatang-binatang berbelalai itu doyan sekali dengan buah sawit. Nah, di Sabah memang banyak perkebunan kelapa sawit.
Gajah-gajah kalimantan mungkin jumlahnya tak lebih dari 1000 ekor. Artinya, gajah-gajah liar itu sudah terancam kepunahan. Sekarang ketika diketahui bahwa gajah-gajah itu asli pribumi kalimantan, gajah kalimantan berubah menjadi binatang unik. Derajadnya otomatis naik dari hanya binatang hama menjadi binatang langka yang wajib dilindungi.
Kini, dibutuhkan upaya semua pihak, terutama pemerintah kabupaten dan provinsi untuk melindungi keberadaaan gajah-gajah tersebut. Kalau perlu Pemerintah Kabupaten Nunukan menjadikan satwa ini sebagai maskot dalam setiap upaya pelestarian lingkungan. Seperti halnya Kota Balikpapan yang bangga akan keberadaan Beruang Madu di Sunai Wain. (vb-01/berbagai sumber/foto:ist)