"SELAMAT DATANG DI BLOG EKOGEO"(Pendidikan, Geografi dan Lingkungan)

Rabu, 28 Desember 2011

KONSERVASI ALAM : SOLUSI PELESTARIAN ALAM

    Konservasi alam adalah upaya pengelolaan sumber daya alam untuk menjamin kelangsungan hidup manusia di masa kini dan masa mendatang. Pengelolaan sumber daya alam ini mencakup perlindungan flora dan fauna langka. Ada banyak organisasi internasional yang berkarya dalam konservasi, misalnya Internasional Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) dan United Nations Environment Programme (UNEP).
Konservasi Hutan melindungi seluruh ekosistemnya
    Tujuan konservasi alam adalah terjaminnya kebutuhan material dan spiritual manusia secara lestari dan berkesinambungan. Setiap negara menetapkan strategi konservasi alam sesuai dengan kondisinya. Negara miskin dan berkembang memanfaatkan sumber daya alam hayati secara rasional dan mengurangi pemborosan sumber daya alam non hayati. Adapun negara maju mencadangkan dan mengembangkan teknologi untuk mencari sumber daya pengganti. Di Indonesia, kebijaksanaan konservasi diatur dalam UU no 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

 Hutan Konservasi
  Konservasi In Situ dan Ex Situ
    Konservasi alam meliputi tiga hal yaitu perlindungan, pelestarian dan pemanfaatannya. Perlindungan berarti melindungi proses ekologis dan sistem penyangga kehidupan, misalnya perlindungan siklus udara dan air. Pelestarian berarti melestarikan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati. Adapun pemanfaatan berarti memanfaatkan secara bijaksana sumber daya alam dan lingkungannya, misalnya pemanfaatan lahan pertanian tanpa mengurangi potensinya.
    Konservasi dibagi dua macam, yaitu In situ dan Ex situ. Konservasi In situ adalah konservasi folra dan fauna yang dilakukan pada habitat asli. Konservasi ini meliputi 7 katagori yaitu Cagar alam, Suaka margasatwa, Taman laut, Taman buru, Hutan atau taman wisata, Taman Provinsi dan Taman Nasional. Adapun konservasi ex situ adalah konservasi flora dan fauna yang dilakukan di uar habitat asli, misalnya konservasi flora di Kebun Raya Bogor dan konservasi fauna di Suaka margasatwa Way Kambas, Lampung.
Penanaman bibit bakau untuk mencegah abrasi
Taman Nasional
    Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi (pembagian wilayah) dan dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan dan penunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Taman Nasional dibagi menjadi zona inti, zona pemanfaatan, dan zona lain sesuai keperluan. Taman Nasional berfungsi untuk melindungi ekosistem, melestarikan keanekaragaman flora dan fauna, melestarikan pemanfaatan sumber daya alam hayati, dan mendudukng perkembangan ilmu pengetahuan.
Generasi muda dibiasakan aktif melakukan konservasi dengan penanaman bibit tanaman kembali 
Flora dan Fauna Langka
    Pada umumnya, flora dan fauna langka yang terdapat di kawasan konservasi termasuk dalam katagori terancam punah (endengared). Berbagai jenis flora langka yang ditemukan di kawasan konservasi antara lain kaktus, anggrek selop, bunga bangkai dan kantong semar. Adapun jenis fauna langka yang sering ditemukan antara lain Gajah, macan tutul, harimau sumatera, badak sumatera, orang utan, komodo, jalak bali, cenderawasih, elang jawa dan penyu. Flora dan fauna langka tersebut dilindungi oleh Undang-undang Konservasi sehingga kepemilikannya harus memiliki izin khusus.

Kawanan Gajah Sumatera di Taman Nasional Way Kambas, Lampung

Rabu, 21 Desember 2011

ARSIP FOTO KEGIATAN TAHUN 2011


Wah, istri dan anakku tercinta bersiap-siap berangkat undangan ke Pernikahan Dita, anaknya bu Ratna. Di Kunciran indah. Tangerang.

Selasa, 13 Desember 2011

JERAPAH : MAMALIA BERLEHER PANJANG

 
 Perkelahian Dua Jerapah
    Jerapah (Giraffa camelopardalis) adalah hewan anggota suku Giraffidae yang disebut sileher panjang karena lehernya panjang. Tingginya bisa mencapai 5,5 m atau lebih . Hewan ini berpunggung landai dengan ekor berjumbai. Tubuhnya berwarna cokelat kekuning-kuningan dengan kotak cokelat kemerah-merahan (kadru). Daerah persebarannya adalah Afrika, terutama Sudan, Somalia, hingga Afrika Selatan. 
 Sepasang Jerapah sedang bermesraan
     Jerapah mempunyai tanduk yang bersifat permanen berjumlah 2 atau 4 buah di puncak kepalanya. Tanduk pada jantan ataupun betina tidak digunakan untuk mempertahankan diri karena tanduk itu diselubungi dengan bulu-bulu lembut. Selain itu jerapah juga memiliki benjolan tulang di antara mata kiri dan mata kanan yang disebut tanduk kelima.
    Jerapah memiliki 32 buah gigi yang diadaptasi untuk merumput. Hewan ini juga memiliki taring yang lebar untuk membantu memperlebar bentang gigi depan. Gigi ini cenderung digunakan untuk menyisir daun-daun dan pepohonan serta semak perdu.
Kawanan Jerapah mencari pakan
Si Jantung Kuat
    Keunikan dari jerapah adalah kemampuan jantungnya yang dapat memompa darah agar mencapai otak yang terletak cukup jauh dan tinggi. Pada waktu lehernya tegak, tekanan darahnya 200 mm Hg. Adapun pada saat leher diturunkan, tekanan darahnya 175 mm Hg. Keadaanini disebabkan adanya katup-katup pada arteri di sepanjang lehernya yang berfungsi untuk mengurangi tekanan darah. Seandainya terjadi pada manusia, tekanan tersebut dapat mengakibatkan kematian. Jantung jerapah yang berbobot 11 kg berfungsi untuk menyuplai darah sebanyak 60 liter per menit.

Sepasang jerapah remaja di sabana Afrika
Pertahanan Diri
    Jerapah pada umumnya hidup di stepa, daerah setengah padang pasir, atau padang rumput sabana. Jerapah aktif mencari makanan pada pagi dan senja hari. Di habitat aslinya jerapah makan daun tumbuhan polong-polongan, misalnya akasia dan mimosa. Jika ada air, jerapah dapat minum sebanyak 9 liter per minggu. Jika tidak ada air, jerapah mampu tidak minum sampai berminggu-minggu. Bahkan di kawasan tandus jerapah mampu tidak minum selama 7 bulan. Untuk mempertahankan diri dari predator (singa, macan tutul dan buaya), jerapah menggunakan kaki depannya sebagai senjata. Tendangan kaki depan jerapah sangat kuat, sehingga dapat meremukkan tulang rusuk singa.
Jerapah sedang membelai anaknya yang baru dilahirkan
Reproduksi
    Jerapah bersifat poligami. Seekor jantan yang kuat akan menguasai suatu daerah dan juga betina yang hidup di daerah itu. Sebelum menjadi penguasa, jerapah jantan harus bertarung mempertaruhkan nyawanya agar dapat menjadi penguasa wilayah dan betinanya.
Hewan ini berkembang biak dengan cara melahirkan anak. Induk jerapah mengalami masa kehamilan selama 420-468 hari. Betina yang sedang hamil biasanya dijaga oleh 9 ekor jerapah betina lain untuk melindungi anak jerapah yang akan lahir dari terkaman predator. Seekor induk jerapah melahirkan satu ekor anak. Setelah 25 menit, anak jerapah yang baru lahir akan berjalan mengelilingi induknya untuk menyusu. Setelah berumur 3 minggu anak jerapah mulai makan dedaunan. Ketika berumur 3 bulan, anak jerapah disapih. Setelah berumur 3 minggu anak jerapah mulai makan dedaunan. Ketika berumur 3 bulan, anak jerapah  disapih. Setelah berusia 3 tahun, anak jerapah sudah dewasa dan siap bereproduksi.

Keluarga Jerapah dan anak-anaknya



Kamis, 01 Desember 2011

PENGETAHUAN DASAR NAVIGASI DARAT

   
    Navigasi darat adalah ilmu praktis. Kemampuan bernavigasi dapat terasah jika sering berlatih. Pemahaman teori dan konsep hanyalah faktor yang membantu, dan tidak menjamin jika mengetahui teorinya secara lengkap, maka kemampuan navigasinya menjadi tinggi. Bahkan seorang jago navigasi yang tidak pernah berlatih dalam jangka waktu lama, dapat mengurangi kepekaannya dalam menerjemahkan tanda-tanda di peta ke medan sebenarnya, atau menerjemahkan tanda-tanda medan ke dalam peta. Untuk itu, latihan sesering mungkin akan membantu kita untuk dapat mengasah kepekaan, dan pada akhirnya navigasi darat yang telah kita pelajari menjadi bermanfaat untuk kita.
Pada prinsipnya navigasi adalah cara menentukan arah dan posisi, yaitu arah yang akan dituju dan posisi keberadaan navigator berada dimedan sebenarnya yang di proyeksikan pada peta.
Beberapa media dasar navigasi darat adalah :
Peta
Peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) dari sebagian atau keseluruhan permukaan bumi yang dilihat dari atas, kemudian diperbesar atau diperkecil dengan perbandingan tertentu. Dalam navigasi darat digunakan peta topografi. Peta ini memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis kontur.
Beberapa unsur yang bisa dilihat dalam peta :
  • Judul peta; biasanya terdapat di atas, menunjukkan letak peta
  • Nomor peta; selain sebagai nomor registrasi dari badan pembuat, kita bisa menggunakannya sebagai petunjuk jika kelak kita akan mencari sebuah peta
  • Koordinat peta; penjelasannya dapat dilihat dalam sub berikutnya
  • Kontur; adalah merupakan garis khayal yang menghubungkan titik titik yang berketinggian sama diatas permukaan laut.
  • Skala peta; adalah perbandingan antara jarak peta dan jarak horizontal dilapangan. Ada dua macam skala yakni skala angka (ditunjukkan dalam angka, misalkan 1:25.000, satu senti dipeta sama dengan 25.000 cm atau 250 meter di keadaan yang sebenarnya), dan skala garis (biasanya di peta skala garis berada dibawah skala angka).
  • Legenda peta ; adalah simbol-simbol yang dipakai dalam peta tersebut, dibuat untuk memudahkan pembaca menganalisa peta.

Di Indonesia, peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, lalu peta dari Jawatan Topologi, yang sering disebut sebagai peta AMS (American Map Service) dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960.
Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur 12,5 m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.
Koordinat
Peta Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak untuk membantu menentukan posisi dipeta dalam hitungan koordinat. Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu sama lain. Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua macam yaitu :
  1. Koordinat Geografis (Geographical Coordinate) ; Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik. Pada peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat geografis sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut satu karvak) lebarnya adalah 3.7 cm. Pada skala 1:25.000, satu karvak sama dengan 30 detik (30″), dan pada peta skala 1:50.000, satu karvak sama dengan 1 menit (60″).
  2. Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM) ; Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Pada peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak sebanding dengan 2 cm. Karena itu untuk penentuan koordinat koordinat grid 4 angka, dapat langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8 angka dibagi menjadi sepuluh bagian (per 1 mm).

Analisa Peta
Salah satu faktor yang sangat penting dalam navigasi darat adalah analisa peta. Dengan satu peta, kita diharapkan dapat memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang keadaan medan sebenarnya, meskipun kita belum pernah mendatangi daerah di peta tersebut.
  1. Unsur dasar peta ; Untuk dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya, pertama kali kita harus cek informasi dasar di peta tersebut, seperti judul peta, tahun peta itu dibuat, legenda peta dan sebagainya. Disamping itu juga bisa dianalisa ketinggian suatu titik (berdasarkan pemahaman tentang kontur), sehingga bisa diperkirakan cuaca, dan vegetasinya.
  2. Mengenal tanda medan ; Disamping tanda pengenal yang terdapat dalam legenda peta, kita dapat menganalisa peta topografi berdasarkan bentuk kontur. Beberapa ciri kontur yang perlu dipahami sebelum menganalisa tanda medan :
    • Antara garis kontur satu dengan yang lainnya tidak pernah saling berpotongan
    • Garis yang berketinggian lebih rendah selalu mengelilingi garis yang berketinggian lebih tinggi, kecuali diberi keterangan secara khusus, misalnya kawah
    • Beda ketinggian antar kontur adalah tetap meskipun kerapatan berubah-ubah
    • Daerah datar mempunyai kontur jarang-jarang sedangkan daerah terjal mempunyai kontur rapat.
    • Beberapa tanda medan yang dapat dikenal dalam peta topografi:
    • Puncak bukit atau gunung biasanya berbentuk lingkaran kecil, tertelak ditengah-tengah lingkaran kontur lainnya.
    • Punggungan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk U yang ujungnya melengkung menjauhi puncak
    • Lembahan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk V yang ujungnya tajam menjorok kepuncak. Kontur lembahan biasanya rapat. 
    • Saddle, daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian
    • Pass, merupakan celah memanjang yang membelah suatu ketinggian
    • Sungai, terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian kontur, biasanya ada di lembahan, dan namanya tertera mengikuti alur sungai. Dalam membaca alur sungai ini harap diperhatikan lembahan curam, kelokan-kelokan dan arah aliran.
    • Bila peta daerah pantai, muara sungai merupakan tanda medan yang sangat jelas, begitu pula pulau-pulau kecil, tanjung dan teluk
    • Pengertian akan tanda medan ini mutlak diperlukan, sebagai asumsi awal dalam menyusun perencanaan perjalanan
Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah, dan karena sifat magnetnya, jarumnya akan selalu menunjuk arah utara-selatan (meskipun utara yang dimaksud disini bukan utara yang sebenarnya, tapi utara magnetis). Secara fisik, kompas terdiri dari :
  • Badan, tempat komponen lainnya berada
  • Jarum, selalu menunjuk arah utara selatan, dengan catatan tidak dekat dengan megnet lain/tidak dipengaruhi medan magnet, dan pergerakan jarum tidak terganggu/peta dalam posisi horizontal.
  • Skala penunjuk, merupakan pembagian derajat sistem mata angin.
Jenis kompas yang biasa digunakan dalam navigasi darat ada dua macam yakni kompas bidik (misal kompas prisma) dan kompas orienteering (misal kompas silva, suunto dll). Untuk membidik suatu titik, kompas bidik jika digunakan secara benar lebih akurat dari kompas silva. Namun untuk pergerakan dan kemudahan ploting peta, kompas orienteering lebih handal dan efisien.
Dalam memilih kompas, harus berdasarkan penggunaannya. Namun secara umum, kompas yang baik adalah kompas yang jarumnya dapat menunjukkan arah utara secara konsisten dan tidak bergoyang-goyang dalam waktu lama. Bahan dari badan kompas pun perlu diperhatikan harus dari bahan yang kuat/tahan banting mengingat kompas merupakan salah satu unsur vital dalam navigasi darat
Cttn: saat ini sudah banyak digunakan GPS [global positioning system] dengan tehnologi satelite untuk mengantikan beberapa fungsi kompas.
Orientasi Peta
Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (atau dengan kata lain menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda mulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di peta. Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama puncakan, nama sungai, desa dll. Jadi minimal anda tahu secara kasar posisi anda dimana. Orientasi peta ini hanya berfungsi untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan posisi anda dipeta adalah benar. Langkah-langkah orientasi peta:
  1. Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok.
  2. Siapkan kompas dan peta anda, letakkan pada bidang datar
  3. Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai dengan arah medan sebenarnya
  4. Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekitar anda, dan temukan tanda-tanda medan tersebut di peta. Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan
  5. Ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya. Ingat hal-hal khas dari tanda medan.

Jika anda sudah lakukan itu semua, maka anda sudah mempunyai perkiraan secara kasar, dimana posisi anda di peta. Untuk memastikan posisi anda secara akurat, dipakailah metode resection.

Resection
Prinsip resection adalah menentukan posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda medan yang terlihat jelas dalam peta dan dapat dibidik pada medan sebenarnya (untuk latihan resection biasanya dilakukan dimedan terbuka seperti kebun teh misalnya, agar tanda medan yang ekstrim terlihat dengan jelas).
Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti.
Langkah-langkah melakukan resection:

  1. Lakukan orientasi peta
  2. Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah
  3. Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut (untuk alat tulis paling ideal menggunakan pensil mekanik-B2).
  4. Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas bidik. Kompas orienteering dapat digunakan, namun kurang akurat.
  5. Pindahkan sudut back azimuth bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut pelurusnya. Lakukan ini pada setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik acuan.
  6. Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita dipeta.

Intersection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan tetapi sukar untuk dicapai atau tidak diketahui posisinya di peta. Syaratnya, sebelum intersection kita sudah harus yakin terlebih dahulu posisi kita dipeta. Biasanya sebelum intersection, kita sudah melakukan resection terlebih dahulu.
Langkah-langkah melakukan intersection adalah:
  1. Lakukan orientasi peta
  2. Lakukan resection untuk memastikan posisi kita di peta.
  3. Bidik obyek yang kita amati
  4. Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta
  5. Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan langkah 1-3
  6. Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.

Azimuth – Back Azimuth
Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat. Azimuth disebut juga sudut kompas. Jika anda membidik sebuah tanda medan, dan memperolah sudutnya, maka sudut itu juga bisa dinamakan sebagai azimuth. Kebalikannya adalah back azimuth. Dalam resection back azimuth diperoleh dengan cara:
  • Jika azimuth yang kita peroleh lebih dari 180º maka back azimuth adalah azimuth dikurangi 180º. Misal anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200º. Back azimuthnya adalah 200º- 180º = 20º
  • Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180º, maka back azimuthnya adalah 180º ditambah azimuth. Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak, diperoleh azimuth 160º, maka back azimuthnya adalah 180º+160º = 340º


Dengan mengetahui azimuth dan back azimuth ini, memudahkan kita untuk dapat melakukan ploting peta (penarikan garis lurus di peta berdasarkan sudut bidikan). Selain itu sudut kompas dan back azimuth ini dipakai dalam metode pergerakan sudut kompas (lurus/ man to man-biasa digunakan untuk “Kompas Bintang”). Prinsipnya membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikaan kompas ke depan dan ke belakang pada jarak tertentu.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
  1. Titik awal dan titik akhir perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan hitung sudut yang menjadi arah perjalanan (sudut kompas). Hitung pula sudut dari titik akhir ke titik awal. Sudut ini dinamakan back azimuth.
  2. Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan. Perhatikan tanda medan lain pada lintasan yang dilalui.
  3. Bidikkan kompas seusai dengan arah perjalanan kita, dan tentukan tanda medan lain di ujung lintasan/titik bidik. Sudut bidikan ini dinamakan azimuth.
  4. Pergi ke tanda medan di ujung lintasan, dan bidik kembali ke titik pertama tadi, untuk mengecek apakah arah perjalanan sudah sesuai dengan sudut kompas (back azimuth).
  5. Sering terjadi tidak ada benda/tanda medan tertentu yang dapat dijadikan sebagai sasaran. Untuk itu dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai tanda. Sistem pergerakan semacam ini sering disebut sebagai sistem man to man.

Merencanakan Jalur Lintasan
   Dalam navigasi darat tingkat lanjut, kita diharapkan dapat menyusun perencanaan jalur lintasan dalam sebuah medan perjalanan. Sebagai contoh anda misalnya ingin pergi ke suatu gunung, tapi dengan menggunakan jalur sendiri.
Penyusunan jalur ini dibutuhkan kepekaan yang tinggi, dalam menafsirkan sebuah peta topografi, mengumpulkan data dan informasi dan mengolahnya sehingga anda dapat menyusun sebuah perencanaan perjalanan yang matang. Dalam proses perjalanan secara keseluruhan, mulai dari transportasi sampai pembiayaan, disini kita akan membahas khusus tentang perencanaan pembuatan medan lintasan. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan sebelum anda memplot jalur lintasan.
  
Pertama, anda harus membekali dulu kemampuan untuk membaca peta, kemampuan untuk menafsirkan tanda-tanda medan yang tertera di peta, dan kemampuan dasar navigasi darat lain seperti resection, intersection, azimuth back azimuth, pengetahuan tentang peta kompas, dan sebagainya, minimal sebagaimana yang tercantum dalam bagian sebelum ini.
Kedua, selain informasi yang tertera dipeta, akan lebih membantu dalam perencanaan jika anda punya informasi tambahan lain tentang medan lintasan yang akan anda plot. Misalnya keterangan rekan yang pernah melewati medan tersebut, kondisi medan, vegetasi dan airnya. Semakin banyak informasi awal yang anda dapat, semakin matang rencana anda.
Tentang jalurnya sendiri, ada beberapa macam jalur lintasan yang akan kita buat. Pertama adalah tipe garis lurus, yakni jalur lintasan berupa garis yang ditarik lurus antara titik awal dan titik akhir. Kedua, tipe garis lurus dengan titik belok, yakni jalur lintasan masih berupa garis lurus, tapi lebih fleksibel karena pada titik-titik tertentu kita berbelok dengan menyesuaian kondisi medan. Yang ketiga dengan guide/patokan tanda medan tertentu, misalnya guide punggungan/guide lembahan/guide sungai. Jalur ini lebih fleksibel karena tidak lurus benar, tapi menyesuaikan kondisi medan, dengan tetap berpatokan tanda medan tertentu sebagai petokan pergerakannya.

Untuk membuat jalur lintasan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
  1. Usahakan titik awal dan titik akhir adalah tanda medan yang ekstrim, dan memungkinkan untuk resection dari titik-titik tersebut.
  2. Titik awal harus mudah dicapai/gampang aksesnya
  3. Disepanjang jalur lintasan harus ada tanda medan yang memadai untuk dijadikan sebagai patokan, sehingga dalam perjalanan nanti anda dapat menentukan posisi anda di peta sesering mungkin.
  4. Dalam menentukan jalur lintasan, perhatikan kebutuhan air, kecepatan pergerakan vegetasi yang berada dijalur lintasan, serta kondisi medan lintasan. Anda harus bisa memperkirakan hari ke berapa akan menemukan air, hari ke berapa medannya berupa tanjakan terjal dan sebagainya.
  5. Mengingat banyaknya faktor yang perlu diperhatikan, usahakan untuk selalu berdiskusi dengan regu atau dengan orang yang sudah pernah melewati jalur tersebut sehingga resiko bisa diminimalkan.

Penampang Lintasan
Penampang lintasan adalah penggambaran secara proporsional bentuk jalur lintasan jika dilihat dari samping, dengan menggunakan garis kontur sebagai acuan. Sebagaimana kita ketahui bahwa peta topografi yang dua dimensi, dan sudut pendangnya dari atas, agak sulit bagi kita untuk membayangkan bagaimana bentuk medan lintasan yang sebenarnya, terutama menyangkut ketinggian. Dalam kontur yang kerapatannya sedemikian rupa, bagaimana kira-kira bentuk di medan sebenarnya. Untuk memudahkan kita menggambarkan bentuk medan dari peta topografi yang ada, maka dibuatlah penampang lintasan.

Beberapa manfaat penampang lintasan :
  1. Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan perjalanan
  2. Memudahkan kita untuk menggambarkan kondisi keterjalan dan kecuraman medan
  3. Dapat mengetahui titik-titik ketinggian dan jarak dari tanda medan tertentu
  4. Untuk menyusun penampang lintasan biasanya menggunakan kertas milimeter block, guna menambah akurasi penerjemahan dari peta topografi ke penampang.

Langkah-langkah membuat penampang lintasan:
  1. Siapkan peta yang sudah diplot, kertas milimeter blok, pensil mekanik/pensil biasa yang runcing, penggaris dan penghapus
  2. Buatlah sumbu x, dan y. sumbu x mewakili jarak, dengan satuan rata-rata jarak dari lintasan yang anda buat. Misal meter atau kilometer. Sumbu y mewakili ketinggian, dengan satuan mdpl (meter diatas permukaan laut). Angkanya bisa dimulai dari titik terendah atau dibawahnya dan diakhiri titik tertinggi atau diatasnya.
  3. Tempatkan titik awal di sumbu x=0 dan sumbu y sesuai dengan ketinggian titik tersebut. Lalu peda perubahan kontur berikutnya, buatlah satu titik lagi, dengan jarak dan ketinggian sesuai dengan perubahan kontur pada jalur yang sudah anda buat.Demikian seterusnya hingga titik akhir.
  4. Perubahan satu kontur diwakili oleh satu titik. Titik-titik tersebut dihubungkan sat sama lainnya hingga membentuk penampang berupa garis menanjak, turun dan mendatar.
  5. Tembahkan keterangan pada tanda-tanda medan tertentu, misalkan nama-nama sungai, puncakan dan titik-titik aktivitas anda (biasanya berupa titik bivak dan titik istirahat), ataupun tanda medan lainnya. Tambahan informasi tentang vegetasi pada setiap lintasan, dan skala penampang akan lebih membantu pembaca dalam menggunakan penampang yang telah dibuat.
Ingatlah hai engkau penjelahan alam :
  1. Take nothing, but pictures [jangan ambil sesuatu kecuali gambar]
  2. Kill nothing, but times [jangan bunuh sesuatu kecuali waktu]
  3. Leave nothing, but foot-print [jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak kaki]
dan senantiasa ;
  1. Percaya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
  2. Percaya kepada kawan [dalam hal ini kawan adalah rekan pegiat dan peralatan serta perlengkapan, tentu saja juga harus dibarengi bahwa diri kita sendiri juga dapat dipercaya oleh “teman” tersebut dengan menjaga, memelihara dan melindunginya]
  3. Percaya kepada diri sendiri, yaitu percaya bahwa kita mampu melakukan segala sesuatunya dengan semaksimal mungkin

    Sumber Referensi : Mountenering.Org

Selasa, 22 November 2011

ITIK : UNGGAS PERENANG PENGHUNI RAWA

 
   Induk Itik dan Anak-anaknya
 Itik merupakan nama umum bagi kelompok burung perenang dari bangsa Anseriformes yang mencakup angsa, soang, dan belibis. Hewan yang hidup di perairan tawar dan laut ini memiliki leher yang sedang atau panjang sehingga mudah untuk menunduk dan menyelam ke dalam air ketika mencari makan. Selain itu, itik juga memiliki selaput renang di sela-sela jari kakinya.

 Itik Alabio
    Menurut taksonominya, itik terdiri dari dua suku, yaitu suku Anhimidae (2 marga dan 3 spesies) serta suku Anatidae (37 marga dan 142 spesies) Tubuh itik biasanya ditutupi oleh bulu dengan kombinasi warna yang beragam. Lehernya biasanya berukuran sedang, namun dapat pula berukuran panjang. Paruh itik yang berbentuk pipih memiliki selaput tipis yang berfungsi sebagai penyaring lumpur dan air. Pada saat bertelur, itik akan mencari tempat yang aman dan tersembunyi. Telur-telur tersebut biasanya ditutupi dengan daun-daunan atau ranting-ranting pohon.

 Itik atau bebek
     Itik memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Telur, daging, bulu, dan kotoran hewan ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Telur dan daging itik, terutama itik jawa (Anas javanica) atau itik tegal, biasanya diolah menjadi berbagai masakan. Bulu dari itik manila atau Entok (Cairina moschata) dapat digunakan sebagai bahan pembuat shuttlecock pada permainan bulutangkis. Adapun kotoran itik dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.

Entok
Bebek
    Di Indonesia, itik air tawar lebih populer daripada itik air asin. Bebek atau itik jawa dan itik alabio  (Alabio platyrhynchos) merupakan itik petelur yang diternakkan dalam skala besar. Kemampuan bertelur kedua jenis itik ini mencapai sekitar 150-280 butir telur per tahun. Selain itu, itik alabio juga dikenal sebagai itik yang mampu berjalan jauh. Itik ini memiliki kaki yang agak tinggi, badan tegak, tubuh ramping, leher tegak dan kepala agak kecil. Adapun itik manila merupakan itik pedaging. Itik ini sering digunakan sebagai penetas alami karena itik jawa tidak mampu mengerami dan menetaskan telurnya.
Itik Jawa
Angsa
    Angsa atau swan adalah kelompok itik dari sub suku Anserinae (suku Anatidae) yang berleher panjang. Angsa coscoroba (Coscoroba coscoroba) memiliki bulu yang berwarna putih dengan ujung sayap hitam. Lehernya lebih pendek daripada leher angsa yang lain. Angsa Hitam (Cygnus atratus) merupakan jenis angsa yang hanya terdapat di Australia. Adapun angsa leher hitam (Cygnus melancoriphus) hidup di bagian selatan dari wilayah Amerika Selatan.

Angsa Amerika
    Angsa dapat menghasilkan 4-7 butir telur. Telur tersebut kemudian dierami selama 4-5 minggu. Ketika mengerami telurnya, angsa akan menjaga jarak terhadap kelompoknya, hanya angsa hitam yang berkelompok ketika mengerami telurnya. Angsa betina memiliki peranan penting selama masa mengerami. Angsa ini tetap duduk meskipun telah ada telur yang menetas. Di luar masa mengerami, angsa termasuk hewan yang hidup secara berkelompok.

Soang dengan anaknya
Soang
    Soang atau goose merupakan anggota dari subsuku Anserinae yang mencakup marga Anser dan Branta. Seperti halnya angsa, soang memiliki bulu yang kedap air. Soang hidup secara berkelompok. Telur soang hanya dierami oleh induk betina, sedangkan soang jantan hanya berjaga-jaga. Setelah menetas, anak soang dipelihara oleh kedua induknya.

Belibis kembang
Belibis
    Belibis merupakan kerabat angsa yang digolongkan kedalam marga Dendrocygna. Ketika terbang, belibis menghasilkan suara mendesing yang mirip dengan siulan. Hewan ini juga hidup secara berkelompok. Meskipun beberapa spesies bersarang di lubang pohon, belibis biasanya meletakkan telur-telurnya di atas tanah. Salah satu spesies belibis, yaitu belibis pohon cokelat (Dendrocygna bicolor), hidup di wilayah Amerika Utara dan Amerika Selatan, India dan Afrika.

Rabu, 16 November 2011

KAMBING : HEWAN TERNAK PEMAKAN DEDAUNAN

    Kambing adalah kelompok hewan pemakan dedaunan pada semak dan pohon rendah yang termasuk marga Capra, subfamili Caprinae, dan famili Bovidae. Kuku kambing berjumlah dua, karena itu kambing termasuk dalam ordo Artiodactyla (hewan berkuku genap) yang berjalan dengan cara bertumpu menggunakan ujung kakinya. Kambing dipelihara manusia karena bernilai ekonomis.
    Kambing merupakan hewan berdarah panas dengan suhu tubuh antara 38,5o - 39,5o C. Sama seperti domba dan hewan pemamah biak lainnya, kambing juga memiliki lambung kompleks yang terdiri dari empat bagian. 
 Kambing Ettawa
 Lambung Kompleks
    Lambung pertama rumen bertugas menerima makanan yang masuk melalui mulut yang telah bercampur dengan air liur. Di sini makanan dihancurkan dengan bantuan kerja bakteri. Makanan kemudian masuk ke dalam lambung ke dua yaitu retikulum. Di dalam retikulum makanan dilembutkan hingga berbentuk seperti pelet. Setelah selesai makan, kambing akan berbaring dan mengunyah kembali pelet yang berasal dari retikulum di dalam mulutnya sampai makanan itu hancur. Ini berlangsung sektar satu jam. Setelah itu makanan masuk ke dalam lambung ke tiga yaitu Omasum. Makanan diteruskan ke dalam lambung keempat yaitu abomasum. Dari sini makanan masuk ke dalam usus halus.

Kambing kacang
Kambing Domestik (Capra hircus)
    Kambing domestik (piaraan) merupakan keturunan kambing pasang (Capra aegagrus) atau kambing liar Turki. Kambing jantan memiliki janggut di dagunya dan terkadang ditemukan pula pada betinanya. Kambing domestik berekor pendek dan bengkok. Tubuhnya ditutupi oleh bulu yang lurus tetapi adapula yang seperti wol pada lapisan bawahnya. 

Kambing Jawa
    Di Indonesia terdapat dua jenis kambing domestik, yaitu kambing lokal dan kambing impor. Kambing lokal disebut juga kambing kacang atau kambing jawa. Kambing kacang terdapat hampir di semua wilayah Indonesia, karena merupakan kambing asli Indonesia. Meskipun berbadan kecil, kambing kacang kuat, lincah dan mudah beradaptasi. Kambing kacang juga merupakan tipe hewan ternak pekarangan. Bobot pejantan dewasa kurang dari 35 kg, sedangkan betinanya 30 kg. 
Reproduksi kambing
    Adapun kambing impor antara lain adalah kambing ettawa (jamnapari) dari India. Kambing ettawa merupakan kambing perah yang didatangkan ke Indonesia pada tahun 1955. Postur tubuhnya besar, daun telinganya panjang, dan tingginya 72-90 cm.Persilangan kambing ettawa dengan kambing kacang menghasilkan kambing PE (peranakan ettawa). Kambing PE lebih banyak dimanfaatkan karena dagingnya sama seperti kambing lainnya yang dipelihara sebagai penghasil daging, padahal susu kambing ini bermanfaat banyak, tidak hanya untuk minuman tapi juga untuk pembuatan berbagai jenis makanan. Kambing angora dipelihara sebagai penghasil mohair yang mirip wol, tetapi lebih lembut seperti sutera, mengkilap, dan mudah diwarnai. Mohair digunakan sebagai bahan pembuatan pakaian.
Kawanan kambing memanjat pohon
Kiss Ghoat

Senin, 07 November 2011

MANAJEMEN DAN PERSIAPAN BERPETUALANG DI ALAM BEBAS

Persiapan Adventure di Alam Bebas

Untuk merencanakan suatu perjalanan ke alam bebas harus ada persiapan dan penyusunan secara matang. Ada rumusan yang umum digunakan yaitu 4W & 1 H, yang kepanjangannya adalah Where, Who, Why, When dan How.
Berikut ini aplikasi dari rumusan tersebut:
  • Where (Dimana), untuk melakukan suatu kegiatan alam kita harus mengetahui dimana yang akan kita digunakan
  • Who (Siapa), apakah anda akan melakukan kegiatan alam tersebut sendiri atau dengan berkelompok. Why (Mengapa), ini adalah pertanyaan yang cukup panjang jawabannya dan bisa bermacam- macam. When (Kapan) waktu pelaksanaan kegiatan tersebut, berapa lama Untuk How [Bagaimana] merupakan suatu pembahasan yang lebih komprehensif dari jawaban pertanyaan diatas ulasannya adalah sebagai berikut :
  • Bagaimana kondisi lokasi
  • Bagaimana cuaca disana
  • Bagaimana perizinannya
  • Bagaimana mendapatkan air
  • Bagaimana pengaturan tugas panitia
  • Bagaimana acara akan berlangsung
  • Bagaimana materi yang disampaikan
  • dan masih banyak “bagaimana ?” lagi (silahkan anda mengembangkannya lagi)
Dari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul itulah kita dapat menyusun rencana kegiatan yang didalamnya mencakup rincian :
  1. Pemilihan medan, dengan memperhitungkan lokasi basecamp, pembagian waktu dan sebagainya.
  2. Pengurusan perizinan
  3. Pembagian tugas panitia
  4. Persiapan kebutuhan acara
  5. Kebutuhan peralatan dan perlengkapan
  6. dan lain sebagainya.
Yang tidak kalah pentingnya adalah anda akan mendapatkan point-point bagi kalkulasi biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut.

Packing

Sebelum melakukan kegiatan alam bebas kita biasanya menentukan dahulu peralatan dan perlengkapan yang akan dibawa, jika telah siap semua inilah saatnya mempacking barang-barang tersebut ke dalam carier atau backpack. Packing yang baik menjadikan perjalanan anda nyaman karena ringkas dan tidak menyulitkan.

Prinsip dasar yang mutlak dalam mempacking adalah :
  1. Pada saat back-pack dipakai beban terberat harus jatuh ke pundak, Mengapa beban harus jatuh kepundak, ini disebabkan dalam melakukan perjalanan [misalnya pendakian] kedua kaki kita harus dalam keadaan bebas bergerak, jika salah mempacking barang dan beban terberat jatuh kepinggul akibatnya adalah kaki tidak dapat bebas bergerak dan menjadi cepat lelah karena beban backpack anda menekan pinggul belakang. Ingat : Letakkan barang yang berat pada bagian teratas dan terdekat dengan punggung.
  2. Membagi berat beban secara seimbang antara bagian kanan dan kiri pundak Tujuannya adalah agar tidak menyiksa salah satu bagian pundak dan memudahkan anda menjaga keseimbangan dalam menghadapi jalur berbahaya yang membutuhkan keseimbangan seperti : meniti jembatan dari sebatang pohon, berjalan dibibir jurang, dan keadaan lainnya.
    Pertimbangan lainnya adalah sebagai berikut :
  • Kelompokkan barang sesuai kegunaannya lalu tempatkan dalam satu kantung untuk mempermudah pengorganisasiannya. Misal : alat mandi ditaruh dalam satu kantung plastik.
  • Maksimalkan tempat yang ada, misalkan Nesting (Panci Serbaguna) jangan dibiarkan kosong bagian dalamnya saat dimasukkan ke dalam carrier, isikan bahan makanan kedalamnya, misal : beras dan telur.
  • Tempatkan barang yang sering digunakan pada tempat yang mudah dicapai pada saat diperlukan, misalnya: rain coat/jas hujan pada kantong samping carrier.
  • Hindarkan menggantungkan barang-barang diluar carrier, karena barang diluar carrier akan mengganggu perjalanan anda akibat tersangkut-sangkut dan berkesan berantakan, usahakan semuanya dapat dipacking dalam carrier.
   Mengenai berat maksimal yang dapat diangkat oleh anda, sebenarnya adalah suatu angka yang relatif, patokan umum idealnya adalah 1/3 dari berat badan anda , tetapi ini kembali lagi ke kemampuan fisik setiap individu, yang terbaik adalah dengan tidak memaksakan diri, lagi pula anda dapat menyiasati pemilihan barang yang akan dibawa dengan selalu memilih barang/alat yang berfungsi ganda dengan bobot yang ringan dan hanya membawa barang yang benar-benar perlu.

Memilih dan Menempatkan Barang

   Dalam memilih barang yang akan dibawa pergi mendaki atau kegiatan alam bebas selalu cari alat/perlengkapan yang berfungsi ganda, tujuannya apalagi kalau bukan untuk meringankan berat beban yang harus anda bawa, contoh : Alumunium foil, bisa untuk pengganti piring, bisa untuk membungkus sisa nasi untuk dimakan nanti, dan yang penting bisa dilipat hingga tidak memakan tempat di carrier.
Matras ; Sebisa mungkin matras disimpan didalam carrier jika akan pergi kelokasi yang hutannya lebat, atau jika akan membuka jalur pendakian baru. Banyak rekan pendaki yang lebih senang mengikatkan matras diluar, memang kelihatannya bagus tetapi jika sudah berada di jalur pendakian, baru terasa bahwa metode ini mengakibatkan matras sering nyangkut ke batang pohon dan semak tinggi, lagipula pada saat akan digunakan matrasnya sudah kotor.
Kantung Plastik ; Selalu siapkan kantung plastik didalam carreir anda, karena akan berguna sekali nanti misalnya untuk tempat sampah yang harus anda bawa turun, baju basah dan lain sebagainya. Gunakan selalu kantung plastik untuk mengorganisir barang barang didalam carrier anda (dapat dikelompokkan masing-masing pakaian, makanan dan item lainnya), ini untuk mempermudah jika sewaktu-waktu anda ingin memilih pakaian, makanan dsb.
Menyimpan Pakaian ;
Jika anda meragukan carrier yang anda gunakan kedap air atau tidak, selalu bungkus pakaian anda didalam kantung plastik [dry-zax], gunanya agar pakaian tidak basah dan lembab. Sebaiknya pakaian kotor dipisahkan dalam kantung tersendiri dan tidak dicampur dengan pakaian bersih.
Menyimpan Makanan ;
Pada gunung-gunung tertentu (misalnya Rinjani) usahakan makanan dibungkus dengan plastik dan ditutup rapat kemudian dimasukkan kedalam keril, karena monyet-monyet didekat puncak / base camp terakhir suka membongkar isi tenda untuk mencari makanan.
Menyimpan Korek Api Batangan ;
Simpan korek api batangan anda didalam bekas tempat film (photo), agar korek api anda selalu kering.
Packing Barang / Menyusun Barang Di Carrier ;
Selalu simpan barang yang paling berat diposisi atas, gunanya agar pada saat carrier digunakan, beban terberat berada dipundak anda dan bukan di pinggang anda hingga memudahkan kaki melangkah.
Perlengkapan Pribadi Alam Bebas
Outdoor activity atau kegiatan alam bebas merupakan kegiatan yang penuh resiko dan memerlukan perhitungan yang cermat. Jika salah-salah maka bukan mustahil musibah akan mengancam setiap saat. Sebagai contoh, sebuah referensi pernah mencatat bahwa salah satu kegiatan alam bebas yaitu rock climbing [panjat tebing] merupakan jenis olahraga yang resiko kematiannya merupakan peringkat ke-2 setelah olahraga balap mobil formula-1.

Tentu saja resiko tersebut terjadi apabila safety-procedure tidak menjadi perhatian yang serius, tetapi apabila safety-procedure diperhatikan dan sering berlatih, maka resiko tersebut dapat ditekan sampai titik paling aman.
Perjalanan alam bebas pasti akan bersentuhan dengan cuaca, situasi medan dan waktu yang kadang tidak bersahabat, baik malam atau siang hari, oleh karena itu perlu dipersiapkan perlengkapan yang memadai.
Salah satu “perisai diri” ketika melakukan aktivitas alam bebas adalah perlengkapan diri pribadi. Berikut digambarkan beberapa perlengkapan pribadi standard.
1. Tutup kepala/topi
Untuk melindungi diri dari cuaca panas atau dingin perlu penutup kepala. Dalam keadaan panas atau hujan, maka tutup kepala yang baik adalah yang juga dapat melindungi kepala dan wajah sekaligus. Untuk ini pilihan terbaik adalah topi rimba atau topi yang punya pelindung keliling. Topi pet atau topi softball tidak direkomendasikan.
Pada cuaca dingin malam hari atau di daerah tinggi, maka penutup kepala yang baik adlah yang dapat memberikan rasa hangat. Pilihannya adalah balaklava atau biasa disebut kupluk.
2. Syal-slayer
Slayer atau syal bukan hanya digunakan sebagai identitas organisasi, tetapi sebetulnya mempunyai fungsi lainnya. Syal/slayer dapat digunakan untuk menghangatkan leher ketika cuaca dingin, dapat juga digunakan sebagai saringan air ketika survival. Syal/slayer juga sangat berguna ketika dalam keadaan darurat, baik digunakan untuk perban darurat atau sebagai alat peraga darurat. Oleh karenanya disarankan menggunakan syal/slayer yang berwarna mecolok dan terbuat dari bahan yang kuat serta dapat menyerap air namun cepat kering.

3. Baju
Kebutuhan ini multak, tidak bisa beraktivitas tanpa baju [bayangkan kalau tanpa ini, maka kulit akan terbakar matahari]. Baju yang baik adalah dari bahan yang dapat menyerap keringat, tidak disarankan menggunakan baju dari bahan nilon karena panas dan tidak dapat meyerap keringat. Baju dengan bahan demikian biasanya adalah planel atau paling tidak kaos dari bahan katun.
Pilihan warna untuk aktivitas lapangan seperti halnya juga slayer/syal adalah yang mencolok agar bia terjadi keadaan darurat [misalnya hilang] dapat dengan mudah diidentifikasi dan dikenali.
Dalam beraktivitas di alam bebas jangan pernah melupakan baju salin/ganti, hal ini karena aktivitas lapangan akan sangat banyak mengeluarkan energi yang membuat badan kita berkeringat. Bawalah baju salain 2 atau 3 buah.
4. Celana
Celana lapang yang baik adalah yang memnuhi syarat ringan, mudah kering dan dapat menyerap keringat. Pemakaian bahan jeans sangat tidak direkomendasikan karena berat dan susah kering dan membuat lecet. Celana yang baik adalah kain dengan tenunan ripstop [bila berlubang kecil tidak merembet atau robek memanjang]. Bila aktivitas dilakukan di daerah pantai atau perairan juga baik bila menggunakan bahan dari parasut tipis.
Selain celana panjang, jangan lupa bahwa under-wear juga penting. jangan lupa juga untuk menyediakan serep ganti.
5. Jaket
Salah satu perlengkapan penting dalam alam bebas adalah jaket. Jaket digunakan untuk melindungi diri dari dingin bahkan sengatan matahari atau hujan.
Jaket yang baik adalah model larva, yaitu jaket yang panjang sampai ke pangkal paha. Jaket ini juga biasanya dilengkapi dengan penutup kepala [kupluk]. Akan sangat baik bila jaket yang memiliki dua lapisan (double-layer). Lapisan dalam biasanya berbahan penghangat dan menyeyerap keringat seperti wool atau polartex, sedang lapisan luar berfungsi menahan air dan dingin. Kini teknologi tekstil sudah mampu memproduksi Gore-Tex bahan jaket yang nyaman dipakai saat mendaki bahan ini memungkinkan kulit tetap bernafas, tidak gerah mengeluarkan keringat mampu menahan angin (wind breaking) dan resapan air hujan (water proff) sayang, bahan ini masih mahal. Yang paling baik jaket terbuat dari bulu angsa-biasanya digunakan untuk kegiatan pendakian gunung es].

6. Slepping bag

Istirahat adalah kebutuhan pegiat alam bebas setelah aktivitas yang melelahkan seharian. Tempat istirahat yang ideal adah dengan menggunakan slepping bag [kantong tidur]. Slepping bag yang baik juga biasanya terbuat dari dua sisi, yaitu yang dingin, licin dan tahan air satu sisi, dan yang hangat dan tebal disisi lain. Penggunaannya sesuai dengan cuaca saat istirahat.
7. Sepatu
Sepatu yang baik yaitu yang melindungi tapak kaki sampai mata kaki, kulit tebal tidak mudah sobek bila kena duri. keras bagian depannya, untuk melindungi ujung jari kaki apabila terbentur batu. bentuk sol bawahnya dapat menggigit ke segala arah dan cukup kaku, ada lubang ventilasi bersekat halus. Gunakan sepatu yang dapat dikencangkan dan dieratkan pemakaiannya [menggunakan ban atau tali. Dilapangan sepatu tidak boleh longgar karena akan menyebabkan pergesekan kaki dengan sepatu yang berakibat lecet. Penggunaan sepatu juga harus dibarengi dengan kaos kaki. Untuk ini juga sebaiknya disediakan kaos kaki serep bial suatu saat basah.
8. Carrier
Carrier bag atau ransel sebaiknya gunakan yang tidak terlalu besar tetapi juga tidak terlampau kecil, artinya mapu menampung perlengkapan dan peralatan yang dibawa. Sebaiknya jangan menggunakan carrier yang mempunyai banyak kantong dibagian luar karena dalam keadaan tertentu ini akan menghambat pergerakan. Gunakan carrier yang ramping walaupun agak tinggi, ini lebih baik daripada yang gemuk tetapi rendah. Sebelum berangkat harus diperhatikan jahitan-jahitannya, karena kerusakan pada jahitan terutama sabuk sandang akan berakibat sangat fatal.
9. Alat masak, makan dan mandi

Perlengkapan sangat penting lainnya adalah alat masak, makan dan mandi. Bagimanapun juga dalam kondisi lapangan kita sangat perlu untuk menghemat aktu dan bahan masalak. Gunakan alat dari alumunium karena cepat panas, untuk ini nesting menjadi pilihan yang sangat baik, disamping dia ringkas dan serba guna. Juga perlu dipersiapkan alat bantu makan lainnya (sendok, piring, dll) dan pastikan bahan bakar untuk memasak / membuat api seperti lilin, spirtus, parafin, dll.
Jangan lupa juga siapkan phiples minum sebagai bekal perjalanan [saat ini banyak tersedia model dan jenis phipless].
Perlengkapan mandi juga sangat penting karena tidak jarang perjalanan dilakukan berhari-hari dengan tubuh penuh keringat. Bawalah alat mandi seperti sabun yang berkemasan tube agar mudah disimpan dan tidak perlu membuang sampah bungkusan disembarang tempat.
10. Obat-obatan dan Survival Kits

Perlengkapan pribadi lainnya yang sangat penting adalah obat-obatan, apalagi kalau pegiat mempunyai penyakit khusus tertentu seperti asma. Disamping obat-obatan juga setidaknya mempunyai kelengkapan survival kits, terutama obatan-obatan untuk luka luar (memar, menghentikan darah yang terus mengalir, lecet, luka sobek dll) apabila terjadi kecelakaan dalam melakukan petualangan di alam liar seperti terjatuh atau tergelincir saat menyeberangi sungai dan terbentur batu ataupun terpeleset dari ketinggian.

Sumber Referensi : Mounteenering Org.