"SELAMAT DATANG DI BLOG EKOGEO"(Pendidikan, Geografi dan Lingkungan)

Jumat, 31 Mei 2013

GURUN : BENTANG ALAM TERKERING DI PERMUKAAN BUMI

  
   Seperti yang kita ketahui bersama bahwasannya di Bumi kita ini mempunyai banyak sekali ekosistem, karena memang kenampakan setiap wilayah Bumi sangat bervariasi. Ekosistem yang ada di Bumi ini dibedakan menjadi 2 kategori yakni ekosistem darat dan air, dan salah satu jenis ekosistem yang akan kita kenal lebih dekat adalah jenis ekosistem darat, yaitu ekosistem gurun. Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai ekosistem gurun, alangkah baiknya jika kita mengetahui terlebih dahulu tentang apa itu ekosistem gurun. Ekosistem gurun atau yang dikenal dengan ekosistem padang pasir ini merupakan ekosistem yang meliputi lingkungan padang pasir atau gurun. Ekosistem gurun atau padang pasir ini juga bisa dikatakan sebagai interaksi makhluk hidup yang berada di lingkungan atau habitat padang pasir dengan komponen- komponen yang ada di sekitarnya, baik itu komponen biotik maupun abiotik.

Ciri-Ciri Ekosistem Gurun

Ekosistem di Bumi ini ada banyak sekali, seperti yang telah kita ketahui bersebelumnya. Masing- masing ekosistem ini diberi nama berdasarkan nama tempat atau habitatnya. Hal ini juga terjadi pada ekosistem gurun atau padang pasir ini.  Oleh karena di sesuaikan dengan nama lingkungan atau habitatnya, maka masing- masing ekosistem ini mempunyai ciri khusus. Ekosistem padang pasir atau gurun ini juga mempunyai ciri khusus, beberapa ciri yang dimiliki oleh ekosistem gurun ini antara lain adalah:
1. Merupakan bagian dari ekosistem darat atau tersetial
Ekosistem gurun atau padang pasir ini merupakan jenis ekosistem daratan atau terestial. Hal ini sudah pasti karena memang lingkungannya yang tidak terdapat di wilayah perairan, malah justru sebaliknya. Sebagi salah satu jenis ekosistem tersetial atau daratan, dibandingkan dengan eksositem daratan yang lainnya, ekosistem gurun ini merupakan ekosistem yang paling luas.
Bahkan luas dari ekosistem gurun ini memenuhi hingga 1/3 dari total luas daratan yang ada di dunia ini. Lokasi gurun terluas di dunia berada di letak astonomis sekitar 20ᵒ garis lintang utara, dari mulai pantai Atlantik di Afrika hingga ke Asia Tengah. Selain itu kita juga dapat menemui beberapa gurun yang terkenal di dunia, yakni gurun Gobi di Asia, gurun Sahara di Afrika, dan gurun Simpson di Australia.

2. Memiliki curah hujan yang sangat sedikit, yakni dibawah 25 cm per tahun
Salah satu ciri khas yang paling kuat yang dimiliki oleh ekosistem gurun adalah rendahnya tingkat curah hujan yang berada di daerah tersebut. Bahkan ekosistem gurun ini sangat sedikit memiliki tingkat curah hujan. Curah hujan yang ada di wilayah gurun kurang dari 25 cm per tahunnya. Selain sangat sedikit, hujan yang turun di daerah ini juga mempunyai pola sebaran yang tidak teratur, sehingga ada bagian gurun yang tidak menerima hujan sama sekali.


3. Laju penguapan atau evaporasi sangat tinggi
Berbeda dengan tingkat curah hujan yang dimiliki, tingkat penguapan atau evaporasi di daerah gurun ini justru sangatlah besar. Bahkan tingkat penguapan di daerah gurun ini lebih besar daripada curah hujannya. Hal ini tentu saja yang menyebabkan wilayah gurun ini sangatlah gersang dan sulit sekali dijadikan tempat tinggal beberapamakhluk hidup.

4. Mempunyai perubahan suhu yang sangat ekstrim
Salah satu ciri dari ekosistem gurun adalah adanya perubahan suhu yang sangat ekstrim. Perubahan ekstrim ini terletak antara sinag dan juga malam. Suhu gurun ini sangatlah panas di siang hari, sementara di malam hari suhu di gurun ini bisa sangat dingin. Perbedaan suhu diantara keduanya bisa sangat banyak. Hal ini salah satunya disebabkan karena di padang pasir atau gurun tidak ada pepohonan sama sekali hingga membuat udara dan sinar matahari menerpa secara langsung.

5. Tanahnya berupa pasir yang sangat kering
Ekosistem gurun juga mempunyai ciri yang sangat khas, yakni mempunyai tanah yang berupa pasir. Maka dari itulah ekosistem gurun ini juga dikenal dengan ekosistem padang pasir. Tanah pasir yang berada di ekosistem gurun ini memiliki sifat yang sangat kering. Hal ini juga disebabakan karena curah hujan yang sangat sedikit dan persebarannya tidak merata tersebut.
Selain kering, tanah di ekosistem gurun ini juga rendah akan nutrisi organik sehingga tidak subur sama sekali. Saking tidak suburnya, hanya beberapa jenis tumbuhan saja yang bisa hidup di wilayah padang pasir seperti kaktus dan juga pohon kurma. Begitu pula degan binatang, hanya sedikit yang bisa bertahan di wilayah gurun ini, seperti unta, ular, dan beberapa jenis serangga.


6. Didominasi oleh pasir dan juga bebatuan
Seperti namanya, yaitu padang pasir, ekosistem gurun atau padang pasir ini merupakan ekosistem yang kenampakannya juga didominasi oleh pasir dan juga bebatuan. Apabila kita derada di ekosistem ini, maka kita akan banyak menemukan pasir dan batu daripada tanah. Bahkan seluruh tahan akan digantikan oleh pasir lembut yang jumlahnya sangat banyak.

7. Memiliki air tanah yang terasa asin
Meskipun tergolong wilayah yang mempunyai curah hujan sangat sedikit, ekosistem gurun ini tertap mempunyai cadangan air tanah. Namun carandan air tanah yang dimiliki wilayah gurun ini tergolong unik karena memiliki rasa yang asin. Air di tanah di gurun ini mempunyai rasa yang asin disebabka karena mineral garam yang terkandung di dalamnya tidak mengalami pencucian terlebih dahulu oleh drainase maupun air hujan.

8. Hanya bisa dihuni oleh hewan dan tumbuhan yang bereproduksi cepat ketika udara lembab
Sudah dikatakan sebelumnya bahwa tidak mudah bertahan hidup di ekosistem gurun ini. Selain tanahnya yang sangat kering, tidak subur dan juga keberadaan hujan sangatlah sedikit. Hal ini akan menyebabkan hanya beberapa jenis tumbuhan dan juga hewan yang dapat bertahan hidup di daerah ini. Tumbuhan dan juga hewan yang dapat bertahan hidup di daerah gurun ini adalah mereka yang mengalami reproduksi dengan cepat selama periode lembab.

Proses Terbentuknya Gurun


Padang pasir merupakan kenampakan alam yang bersifat alamiah di Bumi ini. Padang pasir atau gurun ini merupakan kenampakan  salah satu dari wujud daratan yang ada di muka Bumi. Namun ternyata ekosistem padang pasir ini tidaklah terjadi secara serta merta begitu saja. Terjadinya ekosistem padang pasir atau gurun ini karena didukung oleh 2 hal. 2 faktor yang mendukung proses terbentuknya ekosistem gurun atau padang pasir ini adalah:
  • Bayangan hujan yang berasal dari pegunungan yang tinggi
  • Pola sirkulasi besar yang berasal dari angin global
Bayangan hujan dari pegunungan yang tinggi maksudnya adalah awan yang terbentuk dari proses daur ulang air tidak bisa mencapai daerah gurun karena akan dilahalagi oleh gunung yang menjulang tinggi tersebut. Hal ini akan menyebabkan awan mencair sebelum mencapai di daerah ekosistem gurun. Sementara itu, pola angin global akan menyebabkan angin yang sampai di ekosistem gurun ini adalah angin yang bersifat kering dan tidak membawa molekul air sama sekali.

Komponen Ekosistem Gurun

Setiap ekosistem mempunyai komponen masing- masing. Komponen- komponen tersebut terdiri dari komponen biotik dan juga abiotik. Sama seperti dengan jenis ekosistem lainnya, ekosistem gurun atau padang pasir ini juga mempunyai komponennya sendiri yang menyusun ekosistem gurun tersebut.
Komponen yang ada di ekosistem gurun ini juga meliputi komponen biotik dan juga abiotik. Komponen abiotik adalah komponen yang tidak hidup atau berupa benda mati, sementara komponen biotik merupakan komponen yang berupa makhluk hidup. Berbagai komponen yang berada di ekosistem gurun atau padang pasir ini antara lain:
  • Komponen biotik – Komponen biotik atau komponen hidup yang dimiliki oleh ekosistem gurun atau padang pasir ini jumlahnya banyak dan ada beberapa jenis. Komponen biotik yang ada di ekosistem gurun atau padang pasir antara lain tanaman dan juga binatang yang hidup di wilayah ekosistem gurun atau padang pasir tersebut. Tumbuhan yang hidup di padang pasir ini adalah jenis tumbuhan yang mampu bertahan hidup dengan pasokan air yang sangat sedikit. Demikian pula binatang yang bisa hidup di daerah ini juga jenis binatang yang mampu bertahan hidup di daerah kering.
  • Komponen abiotik – Selain komponen yang hidup, ekosistem gurun atau padang pasir juga memiliki komponen yang tidak hidup. Komponen yang tidak hidup ini disebut sebagai komponen abiotik. Komponen abiotik ini adalah komponen fisik dan juga komponen kimia yang dijadikan media maupun substrat yang dijadikan sebagai tempat hidup makhluk hidup. Beberapa komponen abiotik yang dimiliki oleh ekosistem gurun atau padang pasir ini antara lain adalah suhu, air, cahaya matahari, angin, batu, pasir, dan tingkat keasaman atau pH.
   Itulah beberapa komponen yang ada di ekosistem gurun atau padang pasir tersebut. Melihat dari jenis binatang dan juga tumbuhan yang mampu bertahan hidup disana, maka kita akan mendapati binatang dan tumbuhan yang khas gurun seperti kurma, kaktus, unta dan juga ular.

Cuaca di Ekosistem Gurun atau Padang Pasir

  Cuaca merupakan salah satu hal yang sangat mempengaruhi bagi kelangsungan hidup di suatu ekosistem. Beberapa makhluk hidup sangat sensitif terhadap cuaca. Lalu, bagaimanakah cuaca di ekosistem gurun atau padang paisr ini? Telah dikatakan sebelumnya bahwa gurun merupakan tempat yang menerima sangat sedikit curah hujan, maka dari itulah kita dapat menilai bahwa wilayah gurun ini mempunyai keadaan yang sangat kering. Selain itu, wilayah ekosistem ini juga dikenal mempunyai kelembaban udara yang sangat rendah.
   Dengan gambaran umum yang demikian inilah kita dapat membayangkan sedniri betapa gurun atau padang pasir ini adalah suatu wilayah yang sangat panas dan kering dan mempunyai hujan sedikit dengan pola persebaran yang tidak merata. Selain itu suhu di ekosistem ini akan terasa sangat panas ketika di siang hari dan akan terasa sangat dingin ketika malam hari. akan sedikit sulit untuk dapat bertahan hidup di wilayah gurun ini. Maka dari itulah hanya beberapa jenis tumbuhan dan juga hewan yang dapat bertahan hidup di daerah ini.
    Namun demikian, dibalik iklim yang kering dan panas pada wilayah gurun, di beberapa negara yang memiliki kawasan gurun pasir dapat memanfaatkannya sebagai kawasan ekowisata, seperti misalnya di Gurun Rub al Khali yang masuk wilayah Uni Emirat Arab, oleh pemerintahan Dubai dikembangkan sebagai kawasan donasi wisata dengan memanfaatkan hewan Unta sebagai primadona transportasi wisata. Demikian  pula gurun pasir Negev di Israel, Gurun Sinai di Mesir, Kalahari di Afrika Selatan ataupun Gurun Sahara di Afrika Utara juga dimanfaatkan sebagai kawasan Ekowisata yang menarik wisatawan mancanegara.

Sumber Referensi : Ilmugeografi.Com

Selasa, 21 Mei 2013

EKO , PENDAKI ASAL DEPOK MENINGGAL DI GUNUNG ARJUNA

  Eko Wahyudi, seorang pendaki asal Cimanggis Depok, Jawa Barat, menghembuskan nafas terakhirnya di puncak Gunung Arjuna. Hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab meninggalnya Eko Wahyudi. Tim SAR hingga kini masih melakukan evakuasi untuk menurunkan jenazah dari puncak gunung.
   Kabar terakhir yang di dapat Eko meninggal di pinggir sungai.
Rencananya jenazah akan di bawa ke Jakarta besok pagi menggunakan pesawat kargo dari Malang.
Eko Wahyudi adalah seorang guru di SMP Fatahillah Depok. Di mata teman-temannya, ia adalah seorang yang baik, sabar, pekerja keras dan soleh. Sebagai seorang guru, ia adalah guru Pramuka sejati dan seorag motivator yang baik.
  “Eko Wahyudi Alm, waktu saya menikah, bermalam di rumah, bantu cuci karpet, ngepel, begitu juga ketika bapak mertua saya meninggal” kenang @MrJakaLelana, rekan Eko, melalui twitter.
Sebelum berangkat ia sempat menulis status di facebook miliknya. Berikut catatan status FB milik Eko Wahyudi :
“Untuk mereka yang selalu bertanya kepadaku : Mengapa Anda masih saja mendaki gunung? Aku akan menjawab: Mendaki gunung adalah pekerjaan jati diri,karena aku tidak ingin dan tak layak untuk mati di atas tempat tidur.”
“Caraku menaklukan kesombongan diri adalah dengan mendaki gunung dan mengembalikan sisi kebinatangan dalam diri pada habitatnya. Alam adalah tempat yang jujur dalam mengajarkan arti kejujuran dalam diri.”
“Tenanglah dan bersabarlah
Hanya itu yang dapat kukatakan saat ini
Mendekatlah pada Tuhan sedekat-dekatnya
Maka akan berlalu semua luka dan duka”
“Panggilan itu kian menggema "Jemput separuh jiwa yang dulu kau tinggal di hutan lali jiwo dan bangunlah tenda diatas puncak ogal agil lalu suarakan adzan dalam keheningan yang menyerukan ketulusan cinta, sisi humanisme yang agung,pembongkaran hierarki sosial dan kesewenangan penguasa atas nama agama dan pemerintahan"
Selamat jalan Eko Wahyudi, semoga engkau Tenang di sisi Allah SWT.
Gunung Arjuna,Jawa Timur
   Pendaki asal Depok Eko Wahyudi tewas di dekat puncak Gunung Arjuna, Malang, Jawa Timur diduga akibat kelelahan dan dehidrasi.
Warga Jalan Radar Auri Gang H Sofian RT 004/RW 011, Mekarsari, Cimanggis, Kota Depok Jawa Barat itu pergi mendaki pada Sabtu (11/05) bersama 11 orang lainnya.
"Selama mendaki, Eko terlihat sehat dan tidak mengeluhkan sakit apapun," kata adik Eko, Imam di Depok, Senin.
Ia mengatakan Eko memang kelelahan dan dehidrasi. Dia juga tidak mengidap penyakit apa-apa. Jadi kondisinya sehat.
Imam mengatakan kakaknya sudah sering mendaki dan sudah mengetahui seluk beluk mendaki gunung.
Ia mengatakan dugaan kuat keluarga, Eko meninggal karena dehidrasi, karena Eko hanya membawa sedikit air minum saja.
Terlebih dia pergi ke puncak gunung hanya seorang diri. Dan tidak ada orang yang bisa dimintai tolong.
"Ia sendirian tidak ada yang menemani. Hanya berangkatnya saja dia bersama pemetik teh," ujar Imam.
Berita meninggalnya Eko baru diterima pihak keluarga pada Minggu (19/05) pukul 22.00 WIB.
Eko adalah guru Bahasa Inggris di SMP Fatahilah di Jalan Raya Bogor KM 31. Dia juga guru yang disukai murid-muridnya.

Berita sedih diatas dikutip dari Antara News, saya coba membahasnya disini, mohon maaf dan ikut berduka cita atas musibah ini pada keluarga yang ditinggalkan, dan semoga Pak/Mas Eko dilapangkan jalannya dan diterima semua amal kebajikannya. Amiin...

HYPOTERMIA
Analisa sementara penyebab meninggalnya Eko adalah kelelahan dan dehidrasi, namun melihat kondisi jenajah pada saat ditemukan  (maaf : setengah telanjang, hanya memakai celana hitam pada waktu ditemukan) nampaknya bukan faktor itu yang menjadi penyebab utama. Beberapa kejadian kecelakaan digunung yang menyebabkan pendaki gunung tewas rata-rata adalah hyportemia. Beberapa kasus yang pernah terekam dalam ingatan saya banyak pendaki gunung yang meninggal ditemukan dalam keadaan telanjang.
Pendaki Yang Terkena Hyphotermia

Tahun 1987 ketika terjadi kecelakaan di gunung Salak yang menimpa 6 siswa STM Pembangunan dan kebetulan saya juga ikut terlibat dalam pencarian (Hanya ikut satu hari) hilangnya 6 pendaki  digunung Salak ini melibatkan pencarian yang melibatkan TIM SAR, Club Pencinta Alam, Warga masyarakat dan aparat  setempat. Akhirnya setelah lebih dari 17 hari pencarian yang melelahkan, 4 siswa STM berhasil ditemukan di jurang Orok sedalam kurang lebih 400 m dalam kondisi meninggal dekat aliran anak sungai yang berbatu-batu. Dan yang membuat tim pencari tersentak kaget ke 4 jenajah ditemukan dalam keadaan telanjang terpisah tidak berjauhan disekitar aliran sungai itu. 2 pendaki lainnya ditemukan satu bulan kemudian dalam kondisi meninggal dengan posisi satu orang duduk bersandar dibawah pohon, dan satu lainnya terbaring disemak belukar tak jauh dari pemukiman warga terdekat (kurang lebih 2 Km). Pada masa itu belum ada ponsel dan alat komunikasi yang bisa digunakan meminta bantuan apabila terjadi kecelakaan atau kehilangan arah. Yang tersedia alat navigasi seperti kompas atau peta kontur yang kita peroleh dari Baskortanal sehingga mungkin saja ke 6 siswa STM ini tersesat dan mencoba mengikuti aliran anak sungai yang mereka temui walaupun itu harus menuruni tebing/jurang yang dalam. Dalam latihan Survival dan navigasi memang ada tehnik manual apabila kehilangan arah. Tak ada kompas, lumut dipohon bisa menjadi petunjuk dan anak sungai berbatu bisa  jadi pedoman untuk kita ikuti . Namun anak sungai yang curam dan terjal dengan sesekali jeram adalah tantangan yang sulit dilewati, belum lagi batu yang licin dan tajam serta binatang melata seperti ular banyak melintas disekitar anak sungai. Tantangan berat ini ditambah cuaca yang kurang bersahabat seperti hujan badai dan angin yang datang tiba-tiba . Pendaki gunung yang kelelahan dan pasti juga kelaparan akan mudah drop kondisi fisik tubuhnya. Pakaian yang basah tanpa salinan mempercepat pendaki terserang Hyportemia. Jadi tidak mengherankan banyak pendaki gunung yang meninggal karena Hypotermia ditemukan dalam keadaan telanjang bulat.
Kecelakan seperti di Gunung Ciremai, G. Slamet , G. Lawu dan gunung-gunung lainnya pada tahun 1985-1990 juga demikian banyak pendaki gunung yang tewas dalam kondisi telanjang bulat. Kecuali mereka yang meninggal karena terperosok ke dalam Jurang atau kawah (Tahun 1990 ada 9 pendaki gunung asal Kerawang tewas terjatuh kedalam kawah ciremai dan tahun 1988 6 pendaki gunung asal Jatibarang meninggal di tempat yang sama).
Hyportemia adalah gejala penyakit yang menyerang organ dalam tubuh karena cuaca yang dingin, pendaki gunung yang kedinginan karena serangan badai atau hujan justru merasa tubuhnya panas terbakar dan akhirnya membuka seluruh pakaiannya . Seperti kejadian di Gunung Salak, 4 siswa STM berendam di aliran sungai dalam kondisi telanjang karena mereka mengalami hyportemia seolah tubuh mereka terbakar padahal justru sebaliknya tubuh mereka kedinginan sehingga organ-organ tubuh bagian dalam tidak lagi berfungsi.
Demikian juga Mahasiswa Universitas Budiluhur yang meninggal ketika mengikuti Latihan Dasar Pencinta alam di Gunung Salak Januari 2012 juga merasakan hal yang sama, berteriak kepanasan dan meronta-ronta meminta bajunya dilepas. Tragis memang, namun seharusnya kejadian seperti itu tidak perlu berulang lagi apabila kita memiliki dasar-dasar survival dan persiapan matang dengan perlengkapan yang memadai.

MOUNTAIN SICKNESS
Mountain sickness juga menjadi penyebab kematian pendaki gunung selain hypotermia. Gejalanya pendaki mengalami pusing-pusing dan mual ketika mendaki. Dalam pendakian gunung Penyesuaian Kondisi fisik tubuh dengan bertambahnya ketinggian adalah faktor yang harus diperhitungkan. Adaptasi tubuh dengan iklim digunung yang semakin dingin ke puncak sementara tekanan udara bertambah untuk mereka yang belum berpengalaman naik gunung adalah bahaya besar . Pendaki pemula sebaiknya berlatih di gunung-gunung yang tidak memiliki kesulitan tinggi seperti gunung-gunung berketinggian dibawah 2500 m dan tidak memaksakan mengejar target pencapaian dengan memporsir tenaga yang terlalu berlebihan. Peristiwa meninggalnya pendaki gunung Ciremai di awal Januari 2013 Ian Ahdiansyah Mahasiswa STIKKU Kuningan kemungkinan besar karena kelelahan dan terserang Mountain Sickness.
Mountain Sickness diawali dengan gejala pusing
   Pendaki yang terserang Mountain Sickness akan merasa pusing-pusing, mual , muntah dan terserang kantuk bahkan pingsan tak sadarkan diri. Banyak kejadian pendaki gunung yang kelelahan beristirahat dan tertidur namun tidak bangun-bangun lagi. Kejadian ini pernah terjadi di Puncak Gunung Pangrango , walaupun sudah menggunakan Sleeping Bag tubuh pendaki yang terduduk tak bergeming saat dibangunkan dan ketahuan setelah tubuhnya akhirnya terdorong jatuh tak bergerak  diam kaku membeku.
    Saya sendiri pernah mengalami hal ini di alun-alun Mandalawangi Puncak Pangrango tahun 1985 saat duduk di kelas 2 SMA. Karena keletihan mendaki seharian dengan rombongan Pencinta Alam SMAN 29 saya tertidur tidak lama sekitar 10 menit , namun dalam 10 menit itu saya seperti berada ditempat yang sama sendirian.  Bahkan saya bermimpi bertemu dengan seorang gadis cantik yang memberikan saya setangkai edelweis. Pengalaman ini saya tuangkan dalam puisi yang saya ubah menjadi lagu berjudul Setangkai Edelweis (Lihat memory Juli : Label Memory dari Gunung) atau (lihat di Youtube : Ketik Setangkai Edelwis Juli 1985 pada search lalu enter) Dari Mimpi itu seolah Gadis itu berpesan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Terutama keutuhan perdu Edelweis yang ia tangisi banyak dipetik dan dirusak pendaki-pendaki gunung . Memang benar dalam kenyataannya pendaki Gunung yang katanya juga pencinta alam banyak juga yang menjadi oknum perusak lingkungan seperti memetik bunga Edelweis, Anggrek, Cantigi dan bahkan mencoret-coret inisial di batu-batu cadas Gunung. Belum lagi sampah-sampah yang berserakan disepanjang jalur pendakian, atau pendaki iseng yang mengisi kantong plastik dengan air seni. Hampir di semua gunung ini terlihat, sungguh memprihatinkan . Biasanya oknum ini bukan berasal dari kalangan Club Pencinta alam tapi dari pemuda yang tidak punya latar belakang pendidikan Cinta alam. Jadi tidak heran banyak kecelakaan di gunung sebagian besar korban berasal dari masyarakat awam yang tidak tahu seluk beluk gunung sebenarnya.

RUMPUT LAUT : TUMBUHAN GANGGANG DI LAUT DANGKAL

   
    Rumput laut atau seaweed merupakan istilah umum untuk menyebut beberapa kelompok ganggang dari filum Chlorophyta (ganggang hijau), Rhodophyta (ganggang merah), dan Phaeophyta (ganggang cokelat) yang bernilai ekonomis tinggi. Kelompok ganggang ini umumnya tumbuh di laut dangkal, mulai dari daerah pasang surut sampai kedalaman 50 m. Berbagai jenis rumput laut seperti Gelidium, Euchema, dan Gracilaria dibudidayakan untuk bahan baku agar-agar, obat dan kosmetik.

 Rumput laut Hijau siap panen
    Rumput laut memerlukan sinar matahari untuk proses pertumbuhannya. Ganggang ini hidup dengan cara menempel pada dasar laut atau subsrat padat maupun mengapung di permukaan air laut. Beberapa jenis rumput laut misalnya Gracilaria, menggunakan holdfast (akar pelekat) sebagai alat penempel. Adapun jenis rumput laut yang lain, misalnya Caulerpa, menggunakan talus atau tangkai yang merambat sebagai alat pelekat. Facus dan Sargassum merupakan jenis rumput laut yang dapat mengapung di permukaan air laut. Kemampuan mengapung tersebut disebabkan oleh pneumatosis (rongga udara) yang terdapat di bagian daunnya.
 Agar-agar dari rumput laut
Agar-Agar
    Ganggang Rhodophyta dari genus Gelidium, Gracilaria dan Euchema menghasilkan bahan berbentuk gel yang disebut agar-agar. Selain sebagai bahan makanan, agar-agar digunakan sebagai bahan pemadat (solidfying agent) pada industri permen, krim dan losion, serta daging dan ikan kalengan, bahan pemantap campuran (emulsifier) pada industri es krim dan makanan beku, bahan penjernih (clarifying agent) pada industri pengolahan anggur dan bir, dan media pertumbuhan bakteri pada kegiatan penelitian mikrobiologi. Saat ini, agar-agar tidak hanya diproduksi oleh negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara saja, tetapi juga diproduksi oleh Selandia Baru, Australia, Amerika Serikat, dan Rusia.

 Masakan segar dari rumput laut
Alginat
    Selain Rhodophyta, beberapa jenis Chlorophyta dan Phaeophyta juga memiliki nilai ekonomi tinggi. Jenis Phaeophyta seperti Sargassum, Hormophysa dan Turbinaria memiliki kandungan alginat yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pemantap campuran pada industri makanan. Adapun beberapa jenis Chlorophyta seperti Ulva, Caulerpa, dan Enteromorpha dimanfaatkan oleh masyarakat di daerah pesisir sebagai sayuran, pakan ternak, dan pakan ikan.

 Budidaya rumput laut
Budidaya Rumput Laut
    Di Indonesia, rumput laut dibudidayakan di berbagai wilayah seperti Lampung, Riau, Batam, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi selatan dan Papua. Budidaya rumput laut umumnya menggunakan tiga metode, yaitu metode dasar, metode lepas dasar, dan metode apung. Metode dasar adalah sistem penanaman dengan cara menebarkan bibit rumput laut ke dasar perairan. Metode lepas dasar adalah sistem penanaman dengan cara mengikat sekumpulan batang rumput laut dengan tali. Adapun metode apung adalah sistem penanaman rumput laut dengan menggunakan rakit bambu.

Rumput laut cokelat
 Pengolahan Rumput Laut
    Setelah dibersihkan dari batu, pasir, dan rerumputan lainnya, rumput laut dijemur selama 2-3 hari. Rumput laut tersebut dicuci dengan air bersih dan dijemur untuk kedua kalinya selama 1-2 hari sampai berwarna putih. Rumput laut kering itu kemudian diolah menjadi serbuk atau bubuk agar-agar.

Selasa, 07 Mei 2013

RAKUN : KARNIVORA BEREKOR HITAM

    Rakun (raccoon) adalah kelompok hewan karnivora dari genus Procyon yang memiliki rambut hitam di bagian mata dan lingkaran hitam di bagian ekornya. Anggota famili Procyonidae ini berkerabat dekat dengan koati, panda dan kinkayu. Rakun biasanya dijumpai di hutan-hutan dan daerah padang rumput di Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Meskipun sering memangsa ternak dan merusak tanaman pertanian, rakun juga dapat dijadikan sebagai hewan piaraan.
    Kelompok rakun mencakup 6 spesies yaitu rakun biasa (Procyon lotor), rakun pemakan ketam (Procyon cancrivorus), rakun tresmarias (Procyon insularis), rakun guadelope (Procyon minor), rakun bahama (Procyon maynardi) dan rakun kerdil (Procyon pygameus). Hewan ini memiliki kepala yang lebar, moncong yang lancip, dan telinga yang pendek dan tegak. Rakun jantan biasanya lebih besar daripada rakun betina. Panjang tubuh rakun mencapai 40-100 cm (termasuk ekornya), sedangkan bobotnya sekitar 4-20 kg.

Sepasang rakun di hutan Amerika Utara
Beruang Cuci
    Ciri yang paling menonjol dari rakun adalah topeng atau rambut-rambut hitam di kedua matanya dan 5-7 lingkaran hitam di bagian ekornya. Hewan ini memiliki rambut badan yang berwarna abu-abu kehitaman. Tungkai rakun masing-masing berjari lima. Ujung jarinya memiliki syaraf peraba yang peka.
    Rakun sering dijuluki beruang cuci karena terbiasa mencuci makanan lebih dahulu dengan kedua tungkai depannya. Mamalia yang bersifat nokturnal ini mencari pakan pada malam hari. Rakun jantan mampu mengembara sejauh 16 km untuk mencari pakan. Sebagai hewan omnivor, pakan rakun berupa bahan nabati maupun hewani. Rakun gemar memangsa kura-kura, katak, kadal, ikan, serangga dan udang. Hewan ini juga sering memakan bagian-bagian tumbuhan seperti buah, akar, umbi dan biji.
Tiga Rakun beristirahat
Cakar Rakun
    Rakun hidup di pepohonan maupun di atas tanah. Rakun muda biasanya lebih cekatan daripada rakun dewasa pada saat memanjat pohon. Ketika turun dari pohon, rakun akan bersikap hati-hati dengan mendahulukan ekornya. Rakun tidak akan menyelam pada saat berenang. Hewan ini menggunakan ekornya sebagai kemudi.
    Seperti beruang, rakun berjalan dengan menggunakan keempat tungkainya. Cakar rakun tidak bisa ditarik ke dalam. Ketika merasa terancam, rakun akan menampakkan wajah garang. Dengan cakar dan giginya yang tajam, rakun mampu menaklukan anjing pemburu dalam suatu perkelahian. Rakun bahkan bisa menenggelamkan lawan-lawannya di dalam air.
Rakun di atas pohon pada musim dingin
Rakun Betina
    Pada saat musim dingin, rakun tidur di dalam rongga pohon atau di dalam liang tanah. Selama tidur, hewan ini memperoleh energi untuk hidup dari cadangan lemak tubuhnya. Setelah salju mencair, rakun memasuki musim kawin. Tingkat kematangan seksual rakun betina akan tercapai pada umur 10 bulan. Adapun tingkat kematangan seksual rakun jantan baru tercapai pada umur 2 tahun.
    Musim kawin dimulai pada awal Januari. Setelah melewati masa hamil selama 60-70 hari, rakun betina akan melahirkan 1-8 ekor anak. Ketika lahir, anak rakun berukuran kecil dan masih buta. Bobotnya kurang lebih 70 gram. Anak rakun akan meninggalkan liangnya setelah berumur 8 minggu.
    Di dalam kandang umur rakun dapat mencapai 15 tahun. Hal ini disebabkan karena rakun diberi pakan secara teratur dan tidak dimangsa oleh predator alaminya. Akan tetapi, rakun yang hidup di alam hanya dapat bertahan hidup tidak lebih dari 5 tahun. Selain diburu oleh manusia, rakun sering dimangsa oleh para predator seperti koyote, serigala, elang besar dan burung hantu.

Senin, 06 Mei 2013

92 PULAU TERLUAR INDONESIA


DAFTAR NAMA PULAU TERLUAR INDONESIA
No.
Nama pulau
Koordinat titik terluar
Perairan
Wilayah administrasi
Negara terdekat

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

44.

45.

46.

47.

48.

49.

50.

51.

52.

53.

54.

55.

56.

57.

58.

59.

60.

61.

62.

63.

64.

65.

66.

67.

68.

69.

70.

71.

72.

73.

74.

75.

76.

77.

78.

79.

80.

81.

82.

83.

84.

85.

86.

87.

88.

89.

90.

91.

92.