"SELAMAT DATANG DI BLOG EKOGEO"(Pendidikan, Geografi dan Lingkungan)

Selasa, 21 Mei 2013

RUMPUT LAUT : TUMBUHAN GANGGANG DI LAUT DANGKAL

   
    Rumput laut atau seaweed merupakan istilah umum untuk menyebut beberapa kelompok ganggang dari filum Chlorophyta (ganggang hijau), Rhodophyta (ganggang merah), dan Phaeophyta (ganggang cokelat) yang bernilai ekonomis tinggi. Kelompok ganggang ini umumnya tumbuh di laut dangkal, mulai dari daerah pasang surut sampai kedalaman 50 m. Berbagai jenis rumput laut seperti Gelidium, Euchema, dan Gracilaria dibudidayakan untuk bahan baku agar-agar, obat dan kosmetik.

 Rumput laut Hijau siap panen
    Rumput laut memerlukan sinar matahari untuk proses pertumbuhannya. Ganggang ini hidup dengan cara menempel pada dasar laut atau subsrat padat maupun mengapung di permukaan air laut. Beberapa jenis rumput laut misalnya Gracilaria, menggunakan holdfast (akar pelekat) sebagai alat penempel. Adapun jenis rumput laut yang lain, misalnya Caulerpa, menggunakan talus atau tangkai yang merambat sebagai alat pelekat. Facus dan Sargassum merupakan jenis rumput laut yang dapat mengapung di permukaan air laut. Kemampuan mengapung tersebut disebabkan oleh pneumatosis (rongga udara) yang terdapat di bagian daunnya.
 Agar-agar dari rumput laut
Agar-Agar
    Ganggang Rhodophyta dari genus Gelidium, Gracilaria dan Euchema menghasilkan bahan berbentuk gel yang disebut agar-agar. Selain sebagai bahan makanan, agar-agar digunakan sebagai bahan pemadat (solidfying agent) pada industri permen, krim dan losion, serta daging dan ikan kalengan, bahan pemantap campuran (emulsifier) pada industri es krim dan makanan beku, bahan penjernih (clarifying agent) pada industri pengolahan anggur dan bir, dan media pertumbuhan bakteri pada kegiatan penelitian mikrobiologi. Saat ini, agar-agar tidak hanya diproduksi oleh negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara saja, tetapi juga diproduksi oleh Selandia Baru, Australia, Amerika Serikat, dan Rusia.

 Masakan segar dari rumput laut
Alginat
    Selain Rhodophyta, beberapa jenis Chlorophyta dan Phaeophyta juga memiliki nilai ekonomi tinggi. Jenis Phaeophyta seperti Sargassum, Hormophysa dan Turbinaria memiliki kandungan alginat yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pemantap campuran pada industri makanan. Adapun beberapa jenis Chlorophyta seperti Ulva, Caulerpa, dan Enteromorpha dimanfaatkan oleh masyarakat di daerah pesisir sebagai sayuran, pakan ternak, dan pakan ikan.

 Budidaya rumput laut
Budidaya Rumput Laut
    Di Indonesia, rumput laut dibudidayakan di berbagai wilayah seperti Lampung, Riau, Batam, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi selatan dan Papua. Budidaya rumput laut umumnya menggunakan tiga metode, yaitu metode dasar, metode lepas dasar, dan metode apung. Metode dasar adalah sistem penanaman dengan cara menebarkan bibit rumput laut ke dasar perairan. Metode lepas dasar adalah sistem penanaman dengan cara mengikat sekumpulan batang rumput laut dengan tali. Adapun metode apung adalah sistem penanaman rumput laut dengan menggunakan rakit bambu.

Rumput laut cokelat
 Pengolahan Rumput Laut
    Setelah dibersihkan dari batu, pasir, dan rerumputan lainnya, rumput laut dijemur selama 2-3 hari. Rumput laut tersebut dicuci dengan air bersih dan dijemur untuk kedua kalinya selama 1-2 hari sampai berwarna putih. Rumput laut kering itu kemudian diolah menjadi serbuk atau bubuk agar-agar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon maaf, Blog Ini dibuat dengan konten berbagai sumber untuk menumbuhkan cinta lingkungan pada generasi muda Indonesia baik flora, fauna maupun alamnya dan sama sekali tidak bertujuan komersial.

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.