"SELAMAT DATANG DI BLOG EKOGEO"(Pendidikan, Geografi dan Lingkungan)

Selasa, 21 Mei 2013

EKO , PENDAKI ASAL DEPOK MENINGGAL DI GUNUNG ARJUNA

  Eko Wahyudi, seorang pendaki asal Cimanggis Depok, Jawa Barat, menghembuskan nafas terakhirnya di puncak Gunung Arjuna. Hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab meninggalnya Eko Wahyudi. Tim SAR hingga kini masih melakukan evakuasi untuk menurunkan jenazah dari puncak gunung.
   Kabar terakhir yang di dapat Eko meninggal di pinggir sungai.
Rencananya jenazah akan di bawa ke Jakarta besok pagi menggunakan pesawat kargo dari Malang.
Eko Wahyudi adalah seorang guru di SMP Fatahillah Depok. Di mata teman-temannya, ia adalah seorang yang baik, sabar, pekerja keras dan soleh. Sebagai seorang guru, ia adalah guru Pramuka sejati dan seorag motivator yang baik.
  “Eko Wahyudi Alm, waktu saya menikah, bermalam di rumah, bantu cuci karpet, ngepel, begitu juga ketika bapak mertua saya meninggal” kenang @MrJakaLelana, rekan Eko, melalui twitter.
Sebelum berangkat ia sempat menulis status di facebook miliknya. Berikut catatan status FB milik Eko Wahyudi :
“Untuk mereka yang selalu bertanya kepadaku : Mengapa Anda masih saja mendaki gunung? Aku akan menjawab: Mendaki gunung adalah pekerjaan jati diri,karena aku tidak ingin dan tak layak untuk mati di atas tempat tidur.”
“Caraku menaklukan kesombongan diri adalah dengan mendaki gunung dan mengembalikan sisi kebinatangan dalam diri pada habitatnya. Alam adalah tempat yang jujur dalam mengajarkan arti kejujuran dalam diri.”
“Tenanglah dan bersabarlah
Hanya itu yang dapat kukatakan saat ini
Mendekatlah pada Tuhan sedekat-dekatnya
Maka akan berlalu semua luka dan duka”
“Panggilan itu kian menggema "Jemput separuh jiwa yang dulu kau tinggal di hutan lali jiwo dan bangunlah tenda diatas puncak ogal agil lalu suarakan adzan dalam keheningan yang menyerukan ketulusan cinta, sisi humanisme yang agung,pembongkaran hierarki sosial dan kesewenangan penguasa atas nama agama dan pemerintahan"
Selamat jalan Eko Wahyudi, semoga engkau Tenang di sisi Allah SWT.
Gunung Arjuna,Jawa Timur
   Pendaki asal Depok Eko Wahyudi tewas di dekat puncak Gunung Arjuna, Malang, Jawa Timur diduga akibat kelelahan dan dehidrasi.
Warga Jalan Radar Auri Gang H Sofian RT 004/RW 011, Mekarsari, Cimanggis, Kota Depok Jawa Barat itu pergi mendaki pada Sabtu (11/05) bersama 11 orang lainnya.
"Selama mendaki, Eko terlihat sehat dan tidak mengeluhkan sakit apapun," kata adik Eko, Imam di Depok, Senin.
Ia mengatakan Eko memang kelelahan dan dehidrasi. Dia juga tidak mengidap penyakit apa-apa. Jadi kondisinya sehat.
Imam mengatakan kakaknya sudah sering mendaki dan sudah mengetahui seluk beluk mendaki gunung.
Ia mengatakan dugaan kuat keluarga, Eko meninggal karena dehidrasi, karena Eko hanya membawa sedikit air minum saja.
Terlebih dia pergi ke puncak gunung hanya seorang diri. Dan tidak ada orang yang bisa dimintai tolong.
"Ia sendirian tidak ada yang menemani. Hanya berangkatnya saja dia bersama pemetik teh," ujar Imam.
Berita meninggalnya Eko baru diterima pihak keluarga pada Minggu (19/05) pukul 22.00 WIB.
Eko adalah guru Bahasa Inggris di SMP Fatahilah di Jalan Raya Bogor KM 31. Dia juga guru yang disukai murid-muridnya.

Berita sedih diatas dikutip dari Antara News, saya coba membahasnya disini, mohon maaf dan ikut berduka cita atas musibah ini pada keluarga yang ditinggalkan, dan semoga Pak/Mas Eko dilapangkan jalannya dan diterima semua amal kebajikannya. Amiin...

HYPOTERMIA
Analisa sementara penyebab meninggalnya Eko adalah kelelahan dan dehidrasi, namun melihat kondisi jenajah pada saat ditemukan  (maaf : setengah telanjang, hanya memakai celana hitam pada waktu ditemukan) nampaknya bukan faktor itu yang menjadi penyebab utama. Beberapa kejadian kecelakaan digunung yang menyebabkan pendaki gunung tewas rata-rata adalah hyportemia. Beberapa kasus yang pernah terekam dalam ingatan saya banyak pendaki gunung yang meninggal ditemukan dalam keadaan telanjang.
Pendaki Yang Terkena Hyphotermia

Tahun 1987 ketika terjadi kecelakaan di gunung Salak yang menimpa 6 siswa STM Pembangunan dan kebetulan saya juga ikut terlibat dalam pencarian (Hanya ikut satu hari) hilangnya 6 pendaki  digunung Salak ini melibatkan pencarian yang melibatkan TIM SAR, Club Pencinta Alam, Warga masyarakat dan aparat  setempat. Akhirnya setelah lebih dari 17 hari pencarian yang melelahkan, 4 siswa STM berhasil ditemukan di jurang Orok sedalam kurang lebih 400 m dalam kondisi meninggal dekat aliran anak sungai yang berbatu-batu. Dan yang membuat tim pencari tersentak kaget ke 4 jenajah ditemukan dalam keadaan telanjang terpisah tidak berjauhan disekitar aliran sungai itu. 2 pendaki lainnya ditemukan satu bulan kemudian dalam kondisi meninggal dengan posisi satu orang duduk bersandar dibawah pohon, dan satu lainnya terbaring disemak belukar tak jauh dari pemukiman warga terdekat (kurang lebih 2 Km). Pada masa itu belum ada ponsel dan alat komunikasi yang bisa digunakan meminta bantuan apabila terjadi kecelakaan atau kehilangan arah. Yang tersedia alat navigasi seperti kompas atau peta kontur yang kita peroleh dari Baskortanal sehingga mungkin saja ke 6 siswa STM ini tersesat dan mencoba mengikuti aliran anak sungai yang mereka temui walaupun itu harus menuruni tebing/jurang yang dalam. Dalam latihan Survival dan navigasi memang ada tehnik manual apabila kehilangan arah. Tak ada kompas, lumut dipohon bisa menjadi petunjuk dan anak sungai berbatu bisa  jadi pedoman untuk kita ikuti . Namun anak sungai yang curam dan terjal dengan sesekali jeram adalah tantangan yang sulit dilewati, belum lagi batu yang licin dan tajam serta binatang melata seperti ular banyak melintas disekitar anak sungai. Tantangan berat ini ditambah cuaca yang kurang bersahabat seperti hujan badai dan angin yang datang tiba-tiba . Pendaki gunung yang kelelahan dan pasti juga kelaparan akan mudah drop kondisi fisik tubuhnya. Pakaian yang basah tanpa salinan mempercepat pendaki terserang Hyportemia. Jadi tidak mengherankan banyak pendaki gunung yang meninggal karena Hypotermia ditemukan dalam keadaan telanjang bulat.
Kecelakan seperti di Gunung Ciremai, G. Slamet , G. Lawu dan gunung-gunung lainnya pada tahun 1985-1990 juga demikian banyak pendaki gunung yang tewas dalam kondisi telanjang bulat. Kecuali mereka yang meninggal karena terperosok ke dalam Jurang atau kawah (Tahun 1990 ada 9 pendaki gunung asal Kerawang tewas terjatuh kedalam kawah ciremai dan tahun 1988 6 pendaki gunung asal Jatibarang meninggal di tempat yang sama).
Hyportemia adalah gejala penyakit yang menyerang organ dalam tubuh karena cuaca yang dingin, pendaki gunung yang kedinginan karena serangan badai atau hujan justru merasa tubuhnya panas terbakar dan akhirnya membuka seluruh pakaiannya . Seperti kejadian di Gunung Salak, 4 siswa STM berendam di aliran sungai dalam kondisi telanjang karena mereka mengalami hyportemia seolah tubuh mereka terbakar padahal justru sebaliknya tubuh mereka kedinginan sehingga organ-organ tubuh bagian dalam tidak lagi berfungsi.
Demikian juga Mahasiswa Universitas Budiluhur yang meninggal ketika mengikuti Latihan Dasar Pencinta alam di Gunung Salak Januari 2012 juga merasakan hal yang sama, berteriak kepanasan dan meronta-ronta meminta bajunya dilepas. Tragis memang, namun seharusnya kejadian seperti itu tidak perlu berulang lagi apabila kita memiliki dasar-dasar survival dan persiapan matang dengan perlengkapan yang memadai.

MOUNTAIN SICKNESS
Mountain sickness juga menjadi penyebab kematian pendaki gunung selain hypotermia. Gejalanya pendaki mengalami pusing-pusing dan mual ketika mendaki. Dalam pendakian gunung Penyesuaian Kondisi fisik tubuh dengan bertambahnya ketinggian adalah faktor yang harus diperhitungkan. Adaptasi tubuh dengan iklim digunung yang semakin dingin ke puncak sementara tekanan udara bertambah untuk mereka yang belum berpengalaman naik gunung adalah bahaya besar . Pendaki pemula sebaiknya berlatih di gunung-gunung yang tidak memiliki kesulitan tinggi seperti gunung-gunung berketinggian dibawah 2500 m dan tidak memaksakan mengejar target pencapaian dengan memporsir tenaga yang terlalu berlebihan. Peristiwa meninggalnya pendaki gunung Ciremai di awal Januari 2013 Ian Ahdiansyah Mahasiswa STIKKU Kuningan kemungkinan besar karena kelelahan dan terserang Mountain Sickness.
Mountain Sickness diawali dengan gejala pusing
   Pendaki yang terserang Mountain Sickness akan merasa pusing-pusing, mual , muntah dan terserang kantuk bahkan pingsan tak sadarkan diri. Banyak kejadian pendaki gunung yang kelelahan beristirahat dan tertidur namun tidak bangun-bangun lagi. Kejadian ini pernah terjadi di Puncak Gunung Pangrango , walaupun sudah menggunakan Sleeping Bag tubuh pendaki yang terduduk tak bergeming saat dibangunkan dan ketahuan setelah tubuhnya akhirnya terdorong jatuh tak bergerak  diam kaku membeku.
    Saya sendiri pernah mengalami hal ini di alun-alun Mandalawangi Puncak Pangrango tahun 1985 saat duduk di kelas 2 SMA. Karena keletihan mendaki seharian dengan rombongan Pencinta Alam SMAN 29 saya tertidur tidak lama sekitar 10 menit , namun dalam 10 menit itu saya seperti berada ditempat yang sama sendirian.  Bahkan saya bermimpi bertemu dengan seorang gadis cantik yang memberikan saya setangkai edelweis. Pengalaman ini saya tuangkan dalam puisi yang saya ubah menjadi lagu berjudul Setangkai Edelweis (Lihat memory Juli : Label Memory dari Gunung) atau (lihat di Youtube : Ketik Setangkai Edelwis Juli 1985 pada search lalu enter) Dari Mimpi itu seolah Gadis itu berpesan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Terutama keutuhan perdu Edelweis yang ia tangisi banyak dipetik dan dirusak pendaki-pendaki gunung . Memang benar dalam kenyataannya pendaki Gunung yang katanya juga pencinta alam banyak juga yang menjadi oknum perusak lingkungan seperti memetik bunga Edelweis, Anggrek, Cantigi dan bahkan mencoret-coret inisial di batu-batu cadas Gunung. Belum lagi sampah-sampah yang berserakan disepanjang jalur pendakian, atau pendaki iseng yang mengisi kantong plastik dengan air seni. Hampir di semua gunung ini terlihat, sungguh memprihatinkan . Biasanya oknum ini bukan berasal dari kalangan Club Pencinta alam tapi dari pemuda yang tidak punya latar belakang pendidikan Cinta alam. Jadi tidak heran banyak kecelakaan di gunung sebagian besar korban berasal dari masyarakat awam yang tidak tahu seluk beluk gunung sebenarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon maaf, Blog Ini dibuat dengan konten berbagai sumber untuk menumbuhkan cinta lingkungan pada generasi muda Indonesia baik flora, fauna maupun alamnya dan sama sekali tidak bertujuan komersial.

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.