"SELAMAT DATANG DI BLOG EKOGEO"(Pendidikan, Geografi dan Lingkungan)

Selasa, 07 Mei 2013

RAKUN : KARNIVORA BEREKOR HITAM

    Rakun (raccoon) adalah kelompok hewan karnivora dari genus Procyon yang memiliki rambut hitam di bagian mata dan lingkaran hitam di bagian ekornya. Anggota famili Procyonidae ini berkerabat dekat dengan koati, panda dan kinkayu. Rakun biasanya dijumpai di hutan-hutan dan daerah padang rumput di Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Meskipun sering memangsa ternak dan merusak tanaman pertanian, rakun juga dapat dijadikan sebagai hewan piaraan.
    Kelompok rakun mencakup 6 spesies yaitu rakun biasa (Procyon lotor), rakun pemakan ketam (Procyon cancrivorus), rakun tresmarias (Procyon insularis), rakun guadelope (Procyon minor), rakun bahama (Procyon maynardi) dan rakun kerdil (Procyon pygameus). Hewan ini memiliki kepala yang lebar, moncong yang lancip, dan telinga yang pendek dan tegak. Rakun jantan biasanya lebih besar daripada rakun betina. Panjang tubuh rakun mencapai 40-100 cm (termasuk ekornya), sedangkan bobotnya sekitar 4-20 kg.

Sepasang rakun di hutan Amerika Utara
Beruang Cuci
    Ciri yang paling menonjol dari rakun adalah topeng atau rambut-rambut hitam di kedua matanya dan 5-7 lingkaran hitam di bagian ekornya. Hewan ini memiliki rambut badan yang berwarna abu-abu kehitaman. Tungkai rakun masing-masing berjari lima. Ujung jarinya memiliki syaraf peraba yang peka.
    Rakun sering dijuluki beruang cuci karena terbiasa mencuci makanan lebih dahulu dengan kedua tungkai depannya. Mamalia yang bersifat nokturnal ini mencari pakan pada malam hari. Rakun jantan mampu mengembara sejauh 16 km untuk mencari pakan. Sebagai hewan omnivor, pakan rakun berupa bahan nabati maupun hewani. Rakun gemar memangsa kura-kura, katak, kadal, ikan, serangga dan udang. Hewan ini juga sering memakan bagian-bagian tumbuhan seperti buah, akar, umbi dan biji.
Tiga Rakun beristirahat
Cakar Rakun
    Rakun hidup di pepohonan maupun di atas tanah. Rakun muda biasanya lebih cekatan daripada rakun dewasa pada saat memanjat pohon. Ketika turun dari pohon, rakun akan bersikap hati-hati dengan mendahulukan ekornya. Rakun tidak akan menyelam pada saat berenang. Hewan ini menggunakan ekornya sebagai kemudi.
    Seperti beruang, rakun berjalan dengan menggunakan keempat tungkainya. Cakar rakun tidak bisa ditarik ke dalam. Ketika merasa terancam, rakun akan menampakkan wajah garang. Dengan cakar dan giginya yang tajam, rakun mampu menaklukan anjing pemburu dalam suatu perkelahian. Rakun bahkan bisa menenggelamkan lawan-lawannya di dalam air.
Rakun di atas pohon pada musim dingin
Rakun Betina
    Pada saat musim dingin, rakun tidur di dalam rongga pohon atau di dalam liang tanah. Selama tidur, hewan ini memperoleh energi untuk hidup dari cadangan lemak tubuhnya. Setelah salju mencair, rakun memasuki musim kawin. Tingkat kematangan seksual rakun betina akan tercapai pada umur 10 bulan. Adapun tingkat kematangan seksual rakun jantan baru tercapai pada umur 2 tahun.
    Musim kawin dimulai pada awal Januari. Setelah melewati masa hamil selama 60-70 hari, rakun betina akan melahirkan 1-8 ekor anak. Ketika lahir, anak rakun berukuran kecil dan masih buta. Bobotnya kurang lebih 70 gram. Anak rakun akan meninggalkan liangnya setelah berumur 8 minggu.
    Di dalam kandang umur rakun dapat mencapai 15 tahun. Hal ini disebabkan karena rakun diberi pakan secara teratur dan tidak dimangsa oleh predator alaminya. Akan tetapi, rakun yang hidup di alam hanya dapat bertahan hidup tidak lebih dari 5 tahun. Selain diburu oleh manusia, rakun sering dimangsa oleh para predator seperti koyote, serigala, elang besar dan burung hantu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon maaf, Blog Ini dibuat dengan konten berbagai sumber untuk menumbuhkan cinta lingkungan pada generasi muda Indonesia baik flora, fauna maupun alamnya dan sama sekali tidak bertujuan komersial.

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.