"SELAMAT DATANG DI BLOG EKOGEO"(Pendidikan, Geografi dan Lingkungan)

Senin, 16 Juli 2018

HARI ULAR SEDUNIA TAHUN 2018

   
    Hari Ini, Senin, tanggal 16 Juli merupakan hari penting untuk penyayang ular, Mungkin sebagian orang atau memang sebagian besar orang sangat ngeri bila dekat dengan satwa ini. Kebanyakan ular diburu atau dibunuh apabila kita menjumpainya. Ketidaktahuan tentang ular dan persepsi masyarakat turun temurun yang menganggap ular berbahaya mungkin sebagian penyebab orang menjadi paranoid akan satwa ini. Namun bagi hobies dan pecinta ular ketakutan itu tidak dirasakan justru keberadan ular menjadi suatu hobi yang menyenangkan. Para penyayang satwa ini di berbagai belahan dunia memperingati hari ular ini dengan berbagai acara seperti acara amal, permainan, pameran ular,dll. Untuk lebih mengenal tentang hewan ini, dalam postingan kali ini akan dibahas informasi umum tentang satwa unik ini sekaligus memperingati hari Ular sedunia sehingga kebencian dan ketakutan sebagian orang akan berkurang dan berbalik menjadi menyayangi dan peduli pada kelestariannya di planet bumi.
Ular Sapi Sunda Kecil
    Ular adalah reptilia tak berkaki yang bertubuh panjang. Ular memiliki sisik seperti kadal dan sama-sama digolongkan ke dalam reptil bersisik (Squamata). Perbedaannya adalah kadal pada umumnya berkaki, memiliki lubang telinga, dan kelopak mata yang dapat dibuka tutup. Akan tetapi untuk kasus-kasus kadal tak berkaki (misalnya Ophisaurus spp.) perbedaan ini menjadi kabur dan tidak dapat dijadikan pegangan. namun ular tetap dapat dibedakan karena ular tidak memiliki telinga dan kelopak mata.
Ular Welang

 Evolusi

Ular diperkirakan telah berevolusi dari kadal terestrial sejak pertengahan zaman Jurassic (174,1-163,5 juta tahun yang lalu). Fosil ular tertua yang diketahui, Eophis underwoodi, adalah ular kecil yang hidup di daratan Inggris selatan sekitar 167 juta tahun yang lalu.

Habitat

 
Sanca Hijau
Ular tanah, Calloselasma rhodostoma, salah satu contoh ular yang hidup di tanah (ular terestrial)Ular tambang, Dendrelaphis pictus, salah satu contoh ular yang hidup di pohon (ular arboreal) .Ular merupakan salah satu reptilia yang paling sukses berkembang di dunia. Di gunung, hutan, gurun, dataran rendah, lahan pertanian, lingkungan pemukiman, sampai ke lautan, dapat ditemukan ular. Kebanyakan spesies ular hidup di daerah tropis, sebagaimana umumnya hewan berdarah dingin, ular tidak dapat ditemui di tempat-tempat tertentu seperti di puncak-puncak gunung dan daerah padang salju atau kutub. Ular juga tidak bisa ditemui di daerah Irlandia, Selandia baru, Greenland, pulau-pulau terisolasi di Pasifik seperti Hawaii, serta Samudera Atlantik.
Red Snake
   Banyak jenis-jenis ular yang sepanjang hidupnya berkelana di pepohonan dan hampir tak pernah menginjak tanah. Banyak jenis yang lain hidup melata di atas permukaan tanah atau menyusup-nyusup di bawah serasah atau tumpukan bebatuan. Ada juga ular yang hidup di sungai, rawa, danau, dan laut.

Makanan

     Ular adalah hewan karnivora, mereka memangsa berbagai jenis hewan lebih kecil dari tubuhnya. Ular pohon dan ular darat memangsa burung, mamalia, kodok, jenis-jenis reptil yang lain, termasuk telur-telurnya. Ular-ular besar seperti ular sanca kembang dapat memangsa kambing, kijang, rusa dan bahkan manusia. Ular-ular yang hidup di perairan memangsa ikan, kodok, berudu, dan bahkan telur ikan.
Ular Gadung
    Ular memakan seluruh mangsanya tanpa sisa dan mampu mengkonsumsi mangsa tiga kali lebih besar dari diameter kepala mereka. Hal ini dikarenakan rahang mereka lebih rendah dan dapat terpisah dari rahang atas. Selain itu ular memiliki gigi menghadap kebelakang yang menahan mangsanya tetap di mulut mereka. Hal ini mencegah mangsa melarikan diri.

Ciri-ciri

   
Ular tidak memiliki daun telinga dan gendang telinga, tidak mempunyai keistimewaan atau ketajaman indra mata maupun telinga. Matanya selalu terbuka dan dilapisi selaput tipis sehingga mudah melihat gerakan di sekelilingnya, namun tidak dapat memfokuskan pandangannya. Ular hanya dapat melihat dengan jelas dalam jarak dekat. Indra yang menjadi andalan ular adalah sisik pada perutnya, yang dapat menangkap getaran langkah manusia atau binatang lainnya. Ular tidak membau mangsa melalui lubang hidung, melainkan menggunakan lidah mereka yang dapat mendeteksi bau di udara. Organ ini biasa disebut organ Jacobson. beberapa jenis ular juga dapat mengetahui perubahan suhu karena kedatangan makhluk lainnya, contohnya ular tanah memiliki ceruk pendeteksi panas yang peka sekali. Organ itu berfungsi untuk mendeteksi energi panas (kalor) yang terpancar dari badan hewan berdarah panas.

Perilaku

 
Ular Tikus
Ular mulut kapas, Agkistrodon piscivorus, salah satu contoh ular yang bisa merasakan panas badan mangsanya. Ular memakan mangsanya bulat-bulat, tanpa dikunyah menjadi keping-keping yang lebih kecil. Gigi di mulut ular tidak memiliki fungsi untuk mengunyah, melainkan sekadar untuk memegang mangsanya agar tidak mudah terlepas. Agar lancar menelan, ular biasanya memilih menelan mangsa dengan kepalanya lebih dahulu.
    Beberapa jenis ular, seperti sanca dan ular tikus, membunuh mangsa dengan cara melilitnya hingga tak bisa bernapas. Ular-ular berbisa membunuh mangsa dengan bisanya, yang dapat melumpuhkan sistem saraf pernapasan dan jantung (neurotoksin), atau yang dapat merusak peredaran darah (hemotoksin), dalam beberapa menit saja. Bisa yang disuntikkan melalui gigitan ular itu biasanya sekaligus mengandung enzim pencerna, yang memudahkan pencernaan makanan itu apabila telah ditelan.
   Seperti kebanyakan reptilia lain, untuk menghangatkan suhu tubuh dan juga untuk membantu kelancaran pencernaan, ular kerap kali berjemur (basking) di bawah sinar matahari. Sebagai hewan eksoterm, berjemur merupakan salah cara ular mempertahankan suhu tubuhnya secara eksternal. Ular yang hidup didaerah sub-tropis selalu berhibernasi selama musim dingin. Ular juga harus berganti kulit tiga sampai enam kali per tahun.

Reproduksi


Ular Kobra
Sekitar 70% dari semua jenis ular berkembang biak dengan bertelur (ovipar). Jumlah telurnya bisa beberapa butir saja, hingga puluhan dan ratusan butir. Ular meletakkan telurnya di lubang-lubang tanah, gua, lubang kayu lapuk, atau di bawah timbunan daun-daun kering. Beberapa jenis ular diketahui menunggui telurnya hingga menetas; bahkan ular sanca ‘mengerami’ telur-telurnya.
    Sebagian ular, seperti ular kadut belang, ular pucuk dan ular bangkai laut ‘melahirkan’ anak. Sebetulnya, ular-ular ini tidak melahirkan seperti halnya mamalia, melainkan telurnya berkembang dan menetas di dalam tubuh induknya (ovovivipar), lalu keluar sebagai ular kecil-kecil. Sejenis ular primitif, yakni ular buta atau ular kawat (Indotyphlops braminus), sejauh ini hanya diketahui yang betinanya. Ular yang mirip cacing kecil ini diduga mampu bertelur dan berbiak tanpa ular jantan (partenogenesis).

Ular dan manusia

 
Dalam kitab-kitab suci, ular kebanyakan dianggap sebagai musuh manusia. Dalam Kitab Yudaisme dan Kristen Alkitab (Perjanjian Lama) diceritakan bahwa Iblis menjelma dalam bentuk ular, dan membujuk Hawa dan Adam sehingga terpedaya dan harus keluar dari Taman Eden. Dalam kisah Mahabharata, Kresna kecil sebagai penjelmaan Dewa Wisnu mengalahkan ular berkepala lima yang jahat. Dalam salah satu Hadits Rasulullah saw. pun ada anjuran untuk membunuh "ular hitam yang masuk/berada di dalam rumah".
    Anggapan-anggapan ini turut berpengaruh dan menjadikan kebanyakan orang merasa benci (jika bukan takut) kepada ular. Meskipun sesungguhnya ketakutan itu kurang beralasan, atau lebih disebabkan oleh kurangnya pengetahuan orang umumnya terhadap sifat-sifat dan bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh ular. Pada kenyataannya, kasus gigitan ular yang sampai menyebabkan kematian sangat jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan kasus kecelakaan di jalan raya, atau kasus kematian oleh penyakit akibat gigitan nyamuk.
    Pada pihak yang lain, ular telah ratusan atau ribuan tahun dieksploitasi dan dimanfaatkan oleh manusia. Ular kobra yang amat berbisa dan ular sanca pembelit kerap digunakan dalam pertunjukan-pertunjukan keberanian. Empedu, darah dan daging beberapa jenis ular dianggap sebagai obat berkhasiat tinggi, terutama di Tiongkok dan daerah Timur lainnya. Sementara itu kulit beberapa jenis ular memiliki nilai yang tinggi sebagai bahan perhiasan, sepatu dan tas. Seperti halnya biawak, kulit ular (terutama ular sanca, ular karung, dan ular anakonda) yang diperdagangkan di seluruh dunia mencapai ratusan ribu hingga jutaan helai kulit mentah per tahun.
    Dalam kenyataannya, ular justru kini semakin punah akibat berbagai penangkapan, pembunuhan yang tidak berdasar, serta kerusakan habitat dan lingkungan hidupnya. Ular-ular yang dulu turut serta berperan dalam mengontrol populasi tikus di sawah dan kebun, kini umumnya telah habis atau menyusut jumlahnya. Maka tidak heran, di tempat-tempat yang sawah dan padinya rusak dilanda gerombolan tikus, seperti di beberapa tempat di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, petani setempat kini memerlukan untuk melepaskan kembali (reintroduksi) berbagai jenis ular sawah dan melarang pemburuan ular di desanya.
    Manusia sebenarnya tidak usah takut pada ular karena ular sendiri yang sebenarnya takut pada manusia. Ular tidak dapat mengejar manusia, gerakannya yang lamban bukan tandingan manusia. Rata rata ular bergerak sekitar 1,6 km per jam, jenis tercepat adalah ular mamba dari Afrika yang bisa lari dengan kecepatan 11 km per jam. Sedangkan manusia, sebagai perbandingan, dapat berlari antara 16–24 km per jam.
    Ada lebih dari 2.900 spesies ular. Dari jumlah tersebut, 375 spesies merupakan ular berbisa. Ular berbisa adalah sebutan umum bagi ular-ular yang memiliki venom. Jenis ular berbisa paling mematikan adalah ular taipan dari Australia. Dari kebanyakan ular yang berbisa, kebanyakan bisanya tidak cukup berbahaya bagi manusia. Umumnya, ular berusaha menghindar bila bertemu manusia.
   Ular-ular primitif, seperti ular kawat, ular karung, ular kepala dua, dan ular sanca, adalah jenis-jenis ular yang tidak berbisa. Ular-ular yang berbisa kebanyakan termasuk suku Colubridae, tetapi bisanya pada umumnya memiliki kadar venom yang lemah. Ular-ular yang berbisa kuat di Indonesia biasanya termasuk ke dalam salah satu suku Elapidae seperti ular sendok, ular belang, dan ular cabai. Kemudian yang termasuk dalam suku Hydrophiidae seperti ular laut, dan Viperidae seperti ular tanah, ular bangkai laut, dan ular bandotan.
   Pada Postingan menyambut Hari Ular sedunia ini mari kita mengenal 2 jenis Ular pembelit berukuran besar dan saat ini mulai populer sebagai hewan peliharaan dan kesayangan karena corak dan warna kulitnya yang eksotis banyak disukai penggemar satwa jenis reptil ini .

1. Sanca

   Sanca adalah nama umum bagi sekelompok ular-ular pembelit dari suku Pythonidae. Dikenal umumnya sebagai pythons dalam bahasa Inggris, kata ini sesungguhnya dipinjam dari bahasa Gerika python , yang mengacu pada ular yang sama. Sanca diketahui menyebar luas di Afrika, Asia dan Australia; beberapa jenisnya diketahui sebagai ular yang terpanjang di dunia. Meskipun umumnya publik mengenal jenis-jenis sanca sebagai ular yang tak berbisa, sejatinya pada kadar tertentu masih terdapat kandungan bisa pada liurnya.
Kebiasaan
   Kebanyakan jenis sanca merupakan predator penyergap, yang sabar menanti mangsanya sambil menyamar di antara dedaunan atau serasah, dan secara tiba-tiba menyerang mangsa yang lalu di hadapannya. Pada umumnya ular-ular ini tidak menyerang manusia jika tidak diganggu atau diprovokasi lebih dahulu; meskipun ular betina yang sedang melindungi telur-telurnya bisa berlaku agresif. Dahulu cukup sering terjadi serangan sanca pada manusia, sebagaimana dilaporkan dari Asia Selatan dan Tenggara, namun kini telah banyak berkurang.
Jenis-Jenis Ular Sanca
   Sanca menggigit dan memegang mangsanya dengan gigi-giginya yang tajam melengkung ke belakang, empat deret di rahang atas dan dua deret di rahang bawah, sebelum pada akhirnya membelit dalam beberapa lilitan untuk membunuh mangsanya itu. Berlawanan dengan pendapat umum, sanca --sekalipun yang berukuran besar seperti sanca kembang -- tidaklah meremuk mangsanya dengan belitan itu. Alih-alih, mangsa yang dibelitnya itu mati karena tak bisa bernafas, akibat tulang-tulang iganya tak bisa meregang tertahan oleh belitan yang semakin lama semakin mengetat.
   Ular-ular berukuran besar diketahui biasa memangsa hewan hingga seukuran kucing rumah, namun pernah tercatat pula mangsa-mangsa yang berukuran lebih besar. Sanca Asia diketahui pernah memangsa rusa dewasa, dan sanca afrika Python sebae tercatat pernah memangsa antelop. Mangsa-mangsa ini ditelan bulat-bulat, dan diperlukan waktu beberapa hari hingga beberapa minggu hingga ular itu dapat mencerna tubuh mangsa seluruhnya.
Reproduksi Sanca
   Ular-ular sanca bertelur (ovipar); dan ini yang membedakannya dengan ular-ular boa (suku Boidae) yang kebanyakan ovovivipar. Telur-telur ini kemudian dierami oleh induk sanca hingga menetas. Meskipun jenis-jenis ular dikenal sebagai ‘berdarah dingin’, induk sanca diketahui dapat meningkatkan suhu lingkungan di sekitar telur-telurnya. Sembari bergelung melingkari kumpulan telur-telurnya, ular betina menggerakkan otot-otot tubuhnya agar berkontraksi membangkitkan bahang untuk menghangatkan telur-telur dan udara di sekitarnya. Menjaga agar sedapat mungkin telur-telur itu berada pada temperatur yang konstan, adalah sangat penting bagi pertumbuhan embrio yang sehat. Selama masa mengerami itu, induk sanca tidak makan dan hanya meninggalkan telur-telurnya untuk berjemur di bawah matahari, untuk menaikkan suhu tubuhnya.
Konservasi Sanca
   Banyak jenis-jenis sanca yang menjadi sasaran perburuan manusia; yang berukuran besar untuk diambil kulitnya yang berharga tinggi, dan yang berukuran kecil untuk dijadikan hewan timangan. Beberapa jenisnya telah menjadi langka dan bahkan terancam kepunahan, seperti jenis-jenis sanca india (Python molurus), sanca bodo (P. bivittatus), dan di beberapa daerah juga sanca kembang (P. reticulatus).
  Sanca termasuk salah satu reptil timangan yang populer. Beberapa jenisnya telah berhasil ditangkarkan dan dikembangkan perdagangannya sebagai hewan timangan (pet). Akan tetapi jenis-jenis tertentu dapat tumbuh besar hingga mencapai ukuran yang dapat melukai atau membunuh manusia, sehingga pemeliharanya perlu berhati-hati menanganinya. Ada, meskipun jarang, catatan mengenai kasus terbunuhnya pemilik sanca oleh ular peliharaannya.

2. Boa

Boidae adalah kelompok (suku) ular pencekik primitif yang tersebar di Amerika, Afrika, Madagaskar, Mauritius, Eropa bagian selatan, sebagian Asia Barat, India, Indonesia Timur, dan Oseania. Nama umum ular ini adalah Boa atau ular boa. Ular ini berkerabat dekat dengan Pythonidae (Ular sanca), dan merupakan kelompok ular terdahulu (Henophidia).
Kata "boa" berasal dari kata bahasa Tupi, bahasa penduduk asli Brazilia yang tinggal di pedalaman hutan hujan Brazil, yakni kata Mbói, selain itu juga dari kata lain yakni jibóia dan boitatá. Awalnya, kata-kata tersebut digunakan oleh suku Amerindia III (Suku Indian di Amerika Selatan) untuk menyebut ular raksasa yang tinggal di Sungai Amazon yang sekarang dikenal dengan nama Anakonda.
Boa pohon Amerika (Bahasa latin: Corallus berasal dari kata corall="batu karang") adalah jenis-jenis ular boa pohon yang terdapat di Amerika Tengah dan Selatan. Nama umum mereka dalam bahasa Inggris adalah Neotropical tree boas.
Tubuh ular-ular ini panjang, ramping, kepala berukuran besar. Mata mereka berukuran besar dengan pupil vertikal yang terlihat jelas. Semua jenis dari genus ini tinggal di atas pohon dan aktif pada malam hari. Ular-ular ini memiliki sensor panas di sela-sela bibir (labial) mereka, organ itu digunakan untuk mendeteksi keberadaan mangsa mereka melalui energi panas (kalor) yang terpancar dari tubuh mangsanya. Mangsa utama mereka adalah burung.
Tersebar luas di Amerika Tengah, Amerika Selatan dan beberapa pulau di Hindia Barat. Di Amerika Tengah, mereka terdapat di Honduras, Guatemala, Nikaragua, Kosta Rika dan Panama. Di Amerika Selatan mereka tersebar luas di Kolombia, Ecuador, wilayah Amazon, Peru, Bolivia, Brasil, Venezuela, Isla Margarita, Trinidad, Tobago, Guyana, Suriname, dan Guyana Perancis. Di Hindia Barat, mereka terdapat di pulau Saint Vincent, Grenadines (Bequia, Ile Quatre, Baliceaux, Mustique, Canouan, Maryeau, Union Island, Petit Martinique, dan Carriacou), Pulau Grenada dan Kepulauan Windward (Lesser Antilles).
Boa hijau khatulistiwa adalah sejenis boa pohon Amerika yang warna dan bentuknya hampir mirip dengan Sanca hijau yang terdapat di Pulau Papua. Perbedaannya adalah pada punggung boa, terdapat beberapa motif garis melintang berwarna putih, sedangkan pada sanca tidak.
Nama spesifiknya, caninus yang berarti "seperti anjing", merujuk pada gigi boa ini yang panjang seperti gigi anjing. Gigi itu digunakan untuk mencengkram mangsanya. Warna tubuhnya hijau muda dengan belang-belang kecil berwarna pucat. Panjangnya mencapai 2,7 meter. Perut berwarna kuning pucat. Pada ular muda, warnanya bisa kuning bahkan oranye, seperti layaknya anak ular Sanca hijau.
Ular ini hidup di ranting-ranting pohon di hutan hujan Amerika Selatan, mangsanya adalah burung dan mamalia, juga hewan lain seperti kadal dan katak. Saat berburu, ular ini melacak keberadaan mangsanya dari perubahan suhu di sekitarnya, ia melacak menggunakan sensor panas di sela-sela bibir atasnya. Ular ini membunuh mangsanya dengan membelit. Ular ini berkembangbiak dengan melahirkan (ovovivipar), anaknya berjumlah 6-14 ekor.
Ular ini tersebar di daerah tropis Amerika Selatan, yakni Brazilia, Peru bagian timur, Ekuador bagian timur, Kolombia, Venezuela, Guyana Inggris, Suriname, Guyana Perancis, dan Bolivia bagian utara.
Candoia (Boa pasifik atau bernama lokal Mono), adalah genus yang meliputi 4 spesies ular boa. Ciri khas ular-ular ini adalah hidung mereka yang berbentuk kotak. Mereka tersebar di Maluku, Papua, dan Oseania (kecuali Tasmania, Selandia baru, dan Hawaii). Nama lokal ular ini adalah Mono atau Ular mono, sedangkan nama umumnya adalah Boa Pasifik. Dalam bahasa inggris disebut Bevel-nosed boa. Panjang ular ini mencapai 1,8 meter tergantung spesies. Tersebar luas di Maluku, Papua, Kepulauan Bismarck, Kepulauan Solomon, Melanesia, Fiji, dan Samoa.
Boa pohon Amazon adalah sejenis boa yang endemik di Amerika Selatan. Panjangnya mencapai 2 meter. Warna tubuhnya cokelat atau krem, terkadang dengan bercak-bercak hitam atau dengan tepian berwarnya cerah. Banyak pula spesimen dengan warna oranye atau merah polos. Ular ini adalah salah satu ular boa dengan variasi warna tubuh paling beragam di Benua Amerika.
Ular ini hidup di atas pohon atau di dahan-dahan tanaman-tanaman hutan yang rimbun. Makanannya adalah mamalia pohon, burung, dan kadal. Ia membunuh mangsanya dengan cara membelit seperti halnya boa pada umumnya. Berkembang-biak dengan beranak hingga sekitar 10 ekor. Persebaran geografis Ular ini  mulai di sebelah timur laut Barisan Andes, membentang mulai dari Peru, Brazilia, Kolombia, Venezuela, hingga Guyana Perancis dan Bolivia, serta di Pulau Trinidad dan Tobago. Populasi terbanyak terdapat di hutan sepanjang aliran Sungai Amazon dari hulu ke hilir.
    Demikianlah informasi sekilas tentang Ular terutama Jenis Ular Sanca dan Boa, semoga dengan dipostingnya tulisan ini bisa merubah image dan anggapan yang negatif tentang Ular yang ternyata bisa juga kita jadikan hobis sebagai satwa kesayangan. Dan kita berharap kelestarian jenis spesies ini tetap terjaga walaupun dari segi konservasi satwa ini cukup berlimpah jumlahnya dan cepat berkembang biak namun setidaknya kita tetap ikut berperan menjaga keberadaannya di alam liar dengan cara menjaga keutuhan habitat dan lahan hutan tempat mereka hidup dengan tidak merusak dan  mencemari lingkungan . Selamat Hari Ular sedunia tahun 2018. Salam Lestari !

Sumber Referensi : Wikipedia Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon maaf, Blog Ini dibuat dengan konten berbagai sumber untuk menumbuhkan cinta lingkungan pada generasi muda Indonesia baik flora, fauna maupun alamnya dan sama sekali tidak bertujuan komersial.

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.