Navigasi darat adalah ilmu praktis. Kemampuan
bernavigasi dapat terasah jika sering berlatih. Pemahaman teori dan
konsep hanyalah faktor yang membantu, dan tidak menjamin jika mengetahui
teorinya secara lengkap, maka kemampuan navigasinya menjadi tinggi.
Bahkan seorang jago navigasi yang tidak pernah berlatih dalam jangka
waktu lama, dapat mengurangi kepekaannya dalam menerjemahkan tanda-tanda
di peta ke medan sebenarnya, atau menerjemahkan tanda-tanda medan ke
dalam peta. Untuk itu, latihan sesering mungkin akan membantu kita untuk
dapat mengasah kepekaan, dan pada akhirnya navigasi darat yang telah
kita pelajari menjadi bermanfaat untuk kita.
Pada prinsipnya navigasi adalah cara menentukan
arah dan posisi, yaitu arah yang akan dituju dan posisi keberadaan
navigator berada dimedan sebenarnya yang di proyeksikan pada peta.
Beberapa media dasar navigasi darat adalah :
Peta
Peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang
datar) dari sebagian atau keseluruhan permukaan bumi yang dilihat dari
atas, kemudian diperbesar atau diperkecil dengan perbandingan tertentu.
Dalam navigasi darat digunakan peta topografi. Peta ini memetakan
tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan
laut menjadi bentuk garis kontur.
Beberapa unsur yang bisa dilihat dalam peta :
- Judul peta; biasanya terdapat di atas, menunjukkan letak peta
- Nomor peta; selain sebagai nomor
registrasi dari badan pembuat, kita bisa menggunakannya sebagai petunjuk
jika kelak kita akan mencari sebuah peta
- Koordinat peta; penjelasannya dapat dilihat dalam sub berikutnya
- Kontur; adalah merupakan garis khayal yang menghubungkan titik titik yang berketinggian sama diatas permukaan laut.
- Skala peta; adalah perbandingan
antara jarak peta dan jarak horizontal dilapangan. Ada dua macam skala
yakni skala angka (ditunjukkan dalam angka, misalkan 1:25.000, satu
senti dipeta sama dengan 25.000 cm atau 250 meter di keadaan yang
sebenarnya), dan skala garis (biasanya di peta skala garis berada
dibawah skala angka).
- Legenda peta ; adalah simbol-simbol yang dipakai dalam peta tersebut, dibuat untuk memudahkan pembaca menganalisa peta.
Di Indonesia, peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat
Geologi Bandung, lalu peta dari Jawatan Topologi, yang sering disebut
sebagai peta AMS (American Map Service) dibuat oleh Amerika dan
rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960.
Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval
kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran
Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih
baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur 12,5
m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.
Koordinat
Peta Topografi selalu
dibagi dalam kotak-kotak untuk membantu menentukan posisi dipeta dalam
hitungan koordinat. Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta.
Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan
ordinat. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni
perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu sama lain. Sistem
koordinat yang resmi dipakai ada dua macam yaitu :
- Koordinat Geografis (Geographical
Coordinate) ; Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan
bujur timur) yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa, dan garis
lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis
khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit
dan detik. Pada peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat
geografis sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau
sering disebut satu karvak) lebarnya adalah 3.7 cm. Pada skala 1:25.000,
satu karvak sama dengan 30 detik (30″), dan pada peta skala 1:50.000,
satu karvak sama dengan 1 menit (60″).
- Koordinat Grid (Grid Coordinate
atau UTM) ; Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam
ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan
berada disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis vertikal diberi
nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat ke
timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka.
Pada peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak
sebanding dengan 2 cm. Karena itu untuk penentuan koordinat koordinat
grid 4 angka, dapat langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6
angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm).
Sedangkan penentuan koordinat grid 8 angka dibagi menjadi sepuluh bagian
(per 1 mm).
Analisa Peta
Salah satu
faktor yang sangat penting dalam navigasi darat adalah analisa peta.
Dengan satu peta, kita diharapkan dapat memperoleh informasi
sebanyak-banyaknya tentang keadaan medan sebenarnya, meskipun kita belum
pernah mendatangi daerah di peta tersebut.
- Unsur dasar peta ; Untuk dapat
menggali informasi sebanyak-banyaknya, pertama kali kita harus cek
informasi dasar di peta tersebut, seperti judul peta, tahun peta itu
dibuat, legenda peta dan sebagainya. Disamping itu juga bisa dianalisa
ketinggian suatu titik (berdasarkan pemahaman tentang kontur), sehingga
bisa diperkirakan cuaca, dan vegetasinya.
- Mengenal tanda medan ; Disamping
tanda pengenal yang terdapat dalam legenda peta, kita dapat menganalisa
peta topografi berdasarkan bentuk kontur. Beberapa ciri kontur yang
perlu dipahami sebelum menganalisa tanda medan :
- Antara garis kontur satu dengan yang lainnya tidak pernah saling berpotongan
- Garis yang berketinggian lebih
rendah selalu mengelilingi garis yang berketinggian lebih tinggi,
kecuali diberi keterangan secara khusus, misalnya kawah
- Beda ketinggian antar kontur adalah tetap meskipun kerapatan berubah-ubah
- Daerah datar mempunyai kontur jarang-jarang sedangkan daerah terjal mempunyai kontur rapat.
- Beberapa tanda medan yang dapat dikenal dalam peta topografi:
- Puncak bukit atau gunung biasanya berbentuk lingkaran kecil, tertelak ditengah-tengah lingkaran kontur lainnya.
- Punggungan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk U yang ujungnya melengkung menjauhi puncak
-
Lembahan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk V yang ujungnya tajam menjorok kepuncak. Kontur lembahan biasanya rapat.
- Saddle, daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian
- Pass, merupakan celah memanjang yang membelah suatu ketinggian
- Sungai, terlihat dipeta sebagai
garis yang memotong rangkaian kontur, biasanya ada di lembahan, dan
namanya tertera mengikuti alur sungai. Dalam membaca alur sungai ini
harap diperhatikan lembahan curam, kelokan-kelokan dan arah aliran.
- Bila peta daerah pantai, muara sungai merupakan tanda medan yang sangat jelas, begitu pula pulau-pulau kecil, tanjung dan teluk
- Pengertian akan tanda medan ini mutlak diperlukan, sebagai asumsi awal dalam menyusun perencanaan perjalanan
Kompas
Kompas adalah
alat penunjuk arah, dan karena sifat magnetnya, jarumnya akan selalu
menunjuk arah utara-selatan (meskipun utara yang dimaksud disini bukan
utara yang sebenarnya, tapi utara magnetis). Secara fisik, kompas
terdiri dari :
- Badan, tempat komponen lainnya berada
- Jarum, selalu menunjuk arah utara
selatan, dengan catatan tidak dekat dengan megnet lain/tidak
dipengaruhi medan magnet, dan pergerakan jarum tidak terganggu/peta
dalam posisi horizontal.
- Skala penunjuk, merupakan pembagian derajat sistem mata angin.
Jenis kompas yang
biasa digunakan dalam navigasi darat ada dua macam yakni kompas bidik
(misal kompas prisma) dan kompas orienteering (misal kompas silva,
suunto dll). Untuk membidik suatu titik, kompas bidik jika digunakan
secara benar lebih akurat dari kompas silva. Namun untuk pergerakan dan
kemudahan ploting peta, kompas orienteering lebih handal dan efisien.
Dalam memilih
kompas, harus berdasarkan penggunaannya. Namun secara umum, kompas yang
baik adalah kompas yang jarumnya dapat menunjukkan arah utara secara
konsisten dan tidak bergoyang-goyang dalam waktu lama. Bahan dari badan
kompas pun perlu diperhatikan harus dari bahan yang kuat/tahan banting
mengingat kompas merupakan salah satu unsur vital dalam navigasi darat
Cttn: saat ini
sudah banyak digunakan GPS [global positioning system] dengan tehnologi
satelite untuk mengantikan beberapa fungsi kompas.
Orientasi Peta
Orientasi peta
adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (atau dengan
kata lain menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda
mulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan
sekitar yang menyolok dan posisinya di peta. Hal ini dapat dilakukan
dengan pencocokan nama puncakan, nama sungai, desa dll. Jadi minimal
anda tahu secara kasar posisi anda dimana. Orientasi peta ini hanya
berfungsi untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan posisi anda dipeta
adalah benar. Langkah-langkah orientasi peta:
- Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok.
- Siapkan kompas dan peta anda, letakkan pada bidang datar
- Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai dengan arah medan sebenarnya
- Cari tanda-tanda medan yang
paling menonjol disekitar anda, dan temukan tanda-tanda medan tersebut
di peta. Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan
- Ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya. Ingat hal-hal khas dari tanda medan.
Jika anda sudah lakukan itu semua, maka anda sudah mempunyai perkiraan
secara kasar, dimana posisi anda di peta. Untuk memastikan posisi anda
secara akurat, dipakailah metode resection.
Resection
Prinsip resection adalah menentukan posisi
kita dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali.
Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda medan yang terlihat jelas
dalam peta dan dapat dibidik pada medan sebenarnya (untuk latihan
resection biasanya dilakukan dimedan terbuka seperti kebun teh misalnya,
agar tanda medan yang ekstrim terlihat dengan jelas).
Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti.
Langkah-langkah melakukan resection:
- Lakukan orientasi peta
- Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah
- Dengan busur dan penggaris, buat
salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut (untuk alat tulis paling
ideal menggunakan pensil mekanik-B2).
- Bidik tanda-tanda medan tersebut
dari posisi kita dengan menggunakan kompas bidik. Kompas orienteering
dapat digunakan, namun kurang akurat.
- Pindahkan sudut back azimuth
bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut pelurusnya. Lakukan ini
pada setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik acuan.
- Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita dipeta.
Intersection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di
peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di
lapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi
suatu benda yang terlihat dilapangan tetapi sukar untuk dicapai atau
tidak diketahui posisinya di peta. Syaratnya, sebelum intersection kita
sudah harus yakin terlebih dahulu posisi kita dipeta. Biasanya sebelum
intersection, kita sudah melakukan resection terlebih dahulu.
Langkah-langkah melakukan intersection adalah:
- Lakukan orientasi peta
- Lakukan resection untuk memastikan posisi kita di peta.
- Bidik obyek yang kita amati
- Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta
- Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan langkah 1-3
- Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.
Azimuth – Back Azimuth
Azimuth adalah
sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat.
Azimuth disebut juga sudut kompas. Jika anda membidik sebuah tanda
medan, dan memperolah sudutnya, maka sudut itu juga bisa dinamakan
sebagai azimuth. Kebalikannya adalah back azimuth. Dalam resection back
azimuth diperoleh dengan cara:
- Jika azimuth yang kita peroleh
lebih dari 180º maka back azimuth adalah azimuth dikurangi 180º. Misal
anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200º. Back azimuthnya
adalah 200º- 180º = 20º
- Jika azimuth yang kita peroleh
kurang dari 180º, maka back azimuthnya adalah 180º ditambah azimuth.
Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak, diperoleh azimuth 160º,
maka back azimuthnya adalah 180º+160º = 340º
Dengan mengetahui azimuth dan back azimuth ini, memudahkan kita untuk
dapat melakukan ploting peta (penarikan garis lurus di peta berdasarkan
sudut bidikan). Selain itu sudut kompas dan back azimuth ini dipakai
dalam metode pergerakan sudut kompas (lurus/ man to man-biasa digunakan
untuk “Kompas Bintang”). Prinsipnya membuat lintasan berada pada satu
garis lurus dengan cara membidikaan kompas ke depan dan ke belakang pada
jarak tertentu.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
- Titik awal dan titik akhir
perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan hitung sudut yang
menjadi arah perjalanan (sudut kompas). Hitung pula sudut dari titik
akhir ke titik awal. Sudut ini dinamakan back azimuth.
- Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan. Perhatikan tanda medan lain pada lintasan yang dilalui.
- Bidikkan kompas seusai dengan
arah perjalanan kita, dan tentukan tanda medan lain di ujung
lintasan/titik bidik. Sudut bidikan ini dinamakan azimuth.
- Pergi ke tanda medan di ujung
lintasan, dan bidik kembali ke titik pertama tadi, untuk mengecek apakah
arah perjalanan sudah sesuai dengan sudut kompas (back azimuth).
- Sering terjadi tidak ada
benda/tanda medan tertentu yang dapat dijadikan sebagai sasaran. Untuk
itu dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai tanda. Sistem pergerakan
semacam ini sering disebut sebagai sistem man to man.
Merencanakan Jalur Lintasan
Dalam navigasi
darat tingkat lanjut, kita diharapkan dapat menyusun perencanaan jalur
lintasan dalam sebuah medan perjalanan. Sebagai contoh anda misalnya
ingin pergi ke suatu gunung, tapi dengan menggunakan jalur sendiri.
Penyusunan jalur ini dibutuhkan kepekaan yang tinggi, dalam
menafsirkan sebuah peta topografi, mengumpulkan data dan informasi dan
mengolahnya sehingga anda dapat menyusun sebuah perencanaan perjalanan
yang matang. Dalam proses perjalanan secara keseluruhan, mulai dari
transportasi sampai pembiayaan, disini kita akan membahas khusus tentang
perencanaan pembuatan medan lintasan. Ada beberapa hal yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan sebelum anda memplot jalur lintasan.
Pertama, anda harus membekali dulu kemampuan untuk membaca peta,
kemampuan untuk menafsirkan tanda-tanda medan yang tertera di peta, dan
kemampuan dasar navigasi darat lain seperti resection, intersection,
azimuth back azimuth, pengetahuan tentang peta kompas, dan sebagainya,
minimal sebagaimana yang tercantum dalam bagian sebelum ini.
Kedua, selain informasi yang tertera dipeta, akan lebih membantu
dalam perencanaan jika anda punya informasi tambahan lain tentang medan
lintasan yang akan anda plot. Misalnya keterangan rekan yang pernah
melewati medan tersebut, kondisi medan, vegetasi dan airnya. Semakin
banyak informasi awal yang anda dapat, semakin matang rencana anda.
Tentang jalurnya sendiri, ada
beberapa macam jalur lintasan yang akan kita buat. Pertama adalah tipe
garis lurus, yakni jalur lintasan berupa garis yang ditarik lurus antara
titik awal dan titik akhir. Kedua, tipe garis lurus dengan titik belok,
yakni jalur lintasan masih berupa garis lurus, tapi lebih fleksibel
karena pada titik-titik tertentu kita berbelok dengan menyesuaian
kondisi medan. Yang ketiga dengan guide/patokan tanda medan tertentu,
misalnya guide punggungan/guide lembahan/guide sungai. Jalur ini lebih
fleksibel karena tidak lurus benar, tapi menyesuaikan kondisi medan,
dengan tetap berpatokan tanda medan tertentu sebagai petokan
pergerakannya.
Untuk membuat jalur lintasan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
- Usahakan titik awal dan titik akhir adalah tanda medan yang ekstrim, dan memungkinkan untuk resection dari titik-titik tersebut.
- Titik awal harus mudah dicapai/gampang aksesnya
- Disepanjang jalur lintasan harus
ada tanda medan yang memadai untuk dijadikan sebagai patokan, sehingga
dalam perjalanan nanti anda dapat menentukan posisi anda di peta
sesering mungkin.
- Dalam menentukan jalur lintasan,
perhatikan kebutuhan air, kecepatan pergerakan vegetasi yang berada
dijalur lintasan, serta kondisi medan lintasan. Anda harus bisa
memperkirakan hari ke berapa akan menemukan air, hari ke berapa medannya
berupa tanjakan terjal dan sebagainya.
- Mengingat banyaknya faktor yang
perlu diperhatikan, usahakan untuk selalu berdiskusi dengan regu atau
dengan orang yang sudah pernah melewati jalur tersebut sehingga resiko
bisa diminimalkan.
Penampang Lintasan
Penampang
lintasan adalah penggambaran secara proporsional bentuk jalur lintasan
jika dilihat dari samping, dengan menggunakan garis kontur sebagai
acuan. Sebagaimana kita ketahui bahwa peta topografi yang dua dimensi,
dan sudut pendangnya dari atas, agak sulit bagi kita untuk membayangkan
bagaimana bentuk medan lintasan yang sebenarnya, terutama menyangkut
ketinggian. Dalam kontur yang kerapatannya sedemikian rupa, bagaimana
kira-kira bentuk di medan sebenarnya. Untuk memudahkan kita
menggambarkan bentuk medan dari peta topografi yang ada, maka dibuatlah
penampang lintasan.
Beberapa manfaat penampang lintasan :
- Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan perjalanan
- Memudahkan kita untuk menggambarkan kondisi keterjalan dan kecuraman medan
- Dapat mengetahui titik-titik ketinggian dan jarak dari tanda medan tertentu
- Untuk menyusun penampang lintasan
biasanya menggunakan kertas milimeter block, guna menambah akurasi
penerjemahan dari peta topografi ke penampang.
Langkah-langkah membuat penampang lintasan:
- Siapkan peta yang sudah diplot, kertas milimeter blok, pensil mekanik/pensil biasa yang runcing, penggaris dan penghapus
- Buatlah sumbu x, dan y. sumbu x
mewakili jarak, dengan satuan rata-rata jarak dari lintasan yang anda
buat. Misal meter atau kilometer. Sumbu y mewakili ketinggian, dengan
satuan mdpl (meter diatas permukaan laut). Angkanya bisa dimulai dari
titik terendah atau dibawahnya dan diakhiri titik tertinggi atau
diatasnya.
- Tempatkan titik awal di sumbu x=0
dan sumbu y sesuai dengan ketinggian titik tersebut. Lalu peda
perubahan kontur berikutnya, buatlah satu titik lagi, dengan jarak dan
ketinggian sesuai dengan perubahan kontur pada jalur yang sudah anda
buat.Demikian seterusnya hingga titik akhir.
- Perubahan satu kontur diwakili
oleh satu titik. Titik-titik tersebut dihubungkan sat sama lainnya
hingga membentuk penampang berupa garis menanjak, turun dan mendatar.
- Tembahkan keterangan pada
tanda-tanda medan tertentu, misalkan nama-nama sungai, puncakan dan
titik-titik aktivitas anda (biasanya berupa titik bivak dan titik
istirahat), ataupun tanda medan lainnya. Tambahan informasi tentang
vegetasi pada setiap lintasan, dan skala penampang akan lebih membantu
pembaca dalam menggunakan penampang yang telah dibuat.
Ingatlah hai engkau penjelahan alam :
- Take nothing, but pictures [jangan ambil sesuatu kecuali gambar]
- Kill nothing, but times [jangan bunuh sesuatu kecuali waktu]
- Leave nothing, but foot-print [jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak kaki]
dan senantiasa ;
- Percaya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
- Percaya kepada kawan [dalam hal
ini kawan adalah rekan pegiat dan peralatan serta perlengkapan, tentu
saja juga harus dibarengi bahwa diri kita sendiri juga dapat dipercaya
oleh “teman” tersebut dengan menjaga, memelihara dan melindunginya]
- Percaya kepada diri sendiri, yaitu percaya bahwa kita mampu melakukan segala sesuatunya dengan semaksimal mungkin
Sumber Referensi : Mountenering.Org