"SELAMAT DATANG DI BLOG EKOGEO"(Pendidikan, Geografi dan Lingkungan)

Rabu, 20 Mei 2009

KARET : BAHAN BAKU BERBAGAI INDUSTRI

    Karet (Hevea brasiliensis) adalah tumbuhan berbiji dari suku Euphorbiaceae yang batangnya menghasilkan getah lateks. Selain itu, istilah karet juga mengacu kepada senyawa isopren alami dan sintetik yang bersifat elastis atau lentur. Karet banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku pada berbagai industri, seperti industri ban, elektronika dan mainan.
    Pohon karet berasal dari Brazil telah dibudidayakan di berbagai negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, India, Sri Lanka dan Cina. Pohon ini tumbuh secara optimal di daerah tropis dan sub tropis dengan ketinggian sekitar 100-1.000 m di atas permukaan laut, temperatur udara sekitar 27oC, dan curah hujan sekitar 2.000 mm per tahun.Pada umumnya, karet dapat diperbanyak dengan biji dan okulasi tunas.
Proses Penyadapan Karet
Lateks
    Tinggipohon karet dapat mencapai 30 m. Tanaman berakar tunggang ini memiliki batang yang mengeluarkan lateks atau getah karet apabila ditoreh atau disadap. Lateks yang berwarna putih susu tersebut dihasilkan oleh tanaman karet yang telah berumur 7 tahun. Karet memiliki daun majemuk dengan 3 anak daun yang berbentuk ellips dan berujung runcing. Bunga karet berwarna putih dan berkelamin tunggal (terpisah antara bunga jantan dan betina). Ketika matang, buah karet menjadi pecah dan menyebarkan biji yang berwarna cokelat sampai sejauh 13 m.

Karet Alam
    Lateks yang disadap dari pohon karet dapat diolah menjadi karet alam. Karet alam tersusun atas monomer isopren yang membentuk polimer 1,4 cis-poliisoprene. Sifat elastis karet alam disebabkan oleh molekul polimer karet yang berbentuk panjang dan melingkar. Rantai polimer tersebut akan mengalami pergeseran molekul apabila ditarik, namun akan melingkar kembali apabila dilepas.

Karet Sintetik
    Pada saat ini, produksi karet alam bersaing dengan karet sintetis atau karet buatan. Penelitian mengenai karet sintetis dimulai ketika ahli kimia dari Inggris , Charles Hanson Greville Williams, merumuskan bahwa karet merupakan polimer pada isopren pada tahun 1860. Selama perang dunia I (1914-1918), ahli kimia Jerman telah berhasil mengembangkan polimerisasi dimetil butadiena menjadi karet sintetik yang disebut methyl rubber. Sejak saat itu berbagai jenis karet sintetik diproduksi dalam skala industri, misalnya karet Styrene-butadiane-rubber (SBR) dan Nitrile-butadiane rubber (NBR). Ada beberapa negara penghasil karet sintetik, antara lain Rusia, Amerika Serikat, Jepang, Perancis dan Jerman.

Pengolahan Karet Alam
    Pengolahan karet alam dimulai dari proses penyaringan lateks. Lateks selanjutnya dikoagulasikan (dipadatkan) menjadi koagulat dengan asam semut (asam format). Untuk mendapatkan crepe rubber (karet tipis), koagulat dipotong-potong dan ditipiskan dengan mesin penggilas. Crepe basah kemudian dikeringkan dalam ruang pengering. Untuk memperoleh Sheet rubber (karet lembaran) koagulat dialirkan ke dalam tangki bersekat untuk dilicinkan, dibilas, diangin-anginkan, dan diasapkan pada temperatur 50o C. Adapun untuk memperoleh Crump rubber (karet busa), koagulat dicampur dengan minyak risinus dan diubah menjadi bentuk remahan yang cepat mengering pada temperatur 100o C.
 Perkebunan Karet
 Penyadapan pohon karet
Getah Karet (Lateks)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon maaf, Blog Ini dibuat dengan konten berbagai sumber untuk menumbuhkan cinta lingkungan pada generasi muda Indonesia baik flora, fauna maupun alamnya dan sama sekali tidak bertujuan komersial.

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.