Pulau Sumatra adalah Pulau Harimau, demikian judul postingan yang admin unggah menyambut Hari Harimau Sedunia (Tiger Global Day) yang jatuh pada tanggal 29 Juli 2017 ini. Tahun ini adalah tahun ke 7 sejak Tiger Global Day ditetapkan dalam Pertemuan Tingkat Tinggi untuk Konsevasi Harimau (Tiger Summit Meeting) yang diadakan di St.Petersburg, Rusia Nopember 2010. Sebelum tahun 2009 jumlah negara yang memiliki populasi Harimau ada 14 negara dengan urutan terbanyak populasi adalah India (Harimau Benggala dan Indo-China ), Indonesia (Harimau Sumatera), Bangladesh (Harimau Benggala), Rusia (Harimau Siberia), Malaysia (Harimau Malaya dan Indo-China), Thailand (Harimau Indo-China dan Harimau Malaya di Selatan), Nepal (Harimau Benggala), Bhutan (Harimau Benggala), Myanmar (Harimau Benggala dan Indo-China), Vietnam (Harimau Indo-China), Cina (Harimau Siberia di Timur Laut dekat Rusia dan Harimau Cina Selatan), Laos (Harimau Indo-China), Kamboja (Harimau Indo-China), dan Korea Utara (Harimau Siberia).
Namun saat ini jumlah negara yang memiliki spesies Harimau ini berkurang 2 negara sejak Harimau Siberia dinyatakan punah di Korea Utara dan Harimau Indo-china, punah di Kamboja. Harimau Siberia di Korea Utara pernah menjelajah di Utara negara itu dihutan tundra perbatasan dengan Rusia, namun karena ketertutupan politik negara itu sulit dilakukan upaya kerjasama perlindungan internasional untuk Harimau Siberia. Rilis resmi pemerintah Korea Utara tidak ada lagi Harimau di negara tersebut, demikian pula rilis yang dikeluarkan WWF-UICN tahun 2015. Demikian pula untuk Kamboja, Harimau Indo-china yang pernah hidup di hutan Mondulkiri sebelah Timur Kamboja dinyatakan punah oleh WWF dan Pemerintah Kamboja April tahun 2016 lalu karena tidak pernah terlihat lagi sejak tahun 2007. Namun pemerintah Kamboja memiliki wacana untuk mendatangkan Harimau Indo-china dari Malaysia-Thailand-India untuk dilepas liarkan di hutan Mondulkiri tempat Harimau terakhir yang terekam kamera Trap. Butuh 2 Harimau Jantan dan 5-6 Harimau Betina untuk awal pelepasliaran ungkap pejabat kehutanan Kamboja. Berdasarkan rilis WWF dan UICN Harimau Indo-china yang hidup di Vietnam dan Laos juga memasuki masa kritis di ambang kepunahan. Dalam Rilisnya Harimau yang terlihat langsung di hutan Laos tinggal 2 ekor dan di hutan Vietnam yang terlihat kurang dari 5 ekor. Jauh dari populasi yang sempat mencapai 50-100 ekor pada tahun 2004 di Vietnam dan 40 ekor di Laos. Walaupun dalam rilis resmi pemerintah Laos masih ada 17-23 ekor dan pemerintah Vietnam meyakini masih lebih dari 10 ekor Harimau yang hidup namun kalaupun jumlah itu benar rasanya sulit untuk berkembang biak karena Harimau yang masih satu gen darah memiliki resiko kegagalan perkembangbiakan dan kematian tinggi karena kelainan genetika perkawinan sedarah.
Induk Harimau Siberia bersama 2 anaknya tertangkap kamera Trap di Rusia Timur Jauh
Vietnam yang mendapat rapor merah karena kegagalan dalam Konservasi Lingkungan dengan peristiwa matinya Badak Jawa terakhir yang ditembak pemburu di Taman Nasional Cat Tien pada April 2010 yang lalu sepertinya harus bekerja keras untuk tidak kehilangan lagi Harimau Indo-China yang berada diambang kepunahan, demikian pula Laos, karena kedua negara ini bersama Myanmar tidak memiliki hukum yang tegas perlindungan satwa liar. Ini dibuktikan dengan maraknya perburuan dan perdagangan ilegal satwa yang begitu mudah di ketiga negara tersebut. Seperti kita ketahui Badak Jawa (Rhinocorus Sondaicus) tinggal tersisa di habitat terakhirnya yaitu TN Ujung Kulon yang ukurunnya relatif kecil namun mendukung populasi Badak Jawa berkisar 40-60 ekor. Sedangkan diluar Ujung Kulon , Badak Jawa ditemukan dalam populasi kecil di Taman Nasional Cat Tien tahun 1988 setelah dinyatakan punah di Vietnam akibat perang saudara yang melanda negara itu dari tahun 1955-1975. Namun usaha konservasi untuk melindungi Badak Jawa di Vietnam (Rhinocorus annamaticus) yang tersisa di daratan benua Asia ini berakhir tragis di tangan pemburu. Di Taman Nasional Ujung Kulon selain Badak Jawa juga sempat menjadi hunian Harimau Jawa yang terakhir terpotret pada tahun 1970-an, namun akhirnya keberadaan Harimau Jawa juga lenyap dari Taman Nasional ini. Demikian juga keberadaan Harimau Indo-China di Vietnam dan Laos berada di tepi jurang kepunahan. Kalaupun progam mendatangkan Harimau Indo-China dari negara lain dilakukan seperti Kamboja, rasanya miris, karena jelas itu bukan Harimau penghuni asli negara tersebut walaupun satu spesies dan keberhasilannya masih diragukan.
Punahnya Harimau di negara Korea Utara dan Kamboja serta Keberadaan Harimau Indo-china di jurang kepunahan di Laos dan Vietnam menjadi pelajaran berharga bagi Indonesia untuk semakin memperketat regulasi hukum perlindungan Harimau Sumatera. Sangsi pidana buat yang melanggar harus diperberat jangan hanya 2 atau 4 tahun, kalau perlu 20 tahun penjara buat pemburu, pedagang, penadah dan pembeli bagian-bagian tubuh Harimau agar ada efek jera. Dalam beberapa kasus mereka masih melakukan perburuan selepas dari penjara bahkan dari balik penjarapun masih bisa melakukan usaha ilegal ini. Demikian pula sangsi untuk aparat yang lalai dan warga masyarakat yang sengaja atau tidak sengaja menembak, menjerat atau melukai Harimau Sumatera yang sudah tidak berdaya dan berakhir di ujung kematian juga perlu dipertegas sesuai tingkat kesalahan dan bukti-bukti di lapangan. Semua ini bertujuan untuk tetap menjaga dan memelihara kelestarian satwa kebanggaan Indonesia ini agar tetap eksis sampai nanti anak cucu di masa mendatang.
Berdasarkan rilis WWF tahun 2015 lalu ada peningkatan populasi Harimau Sumatera dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2009 diperkirakan ada 400 ekor Harimau di hutan-hutan Sumatera sedangkan rilis WWF berdasarkan bukti-bukti di lapangan diperkirakan ada 371-1.273 Harimau di hutan-hutan Sumatera dengan median tengah 671 ekor yang diketahui secara pasti sedangkan rilis pemerintah masih berkisar 250-ekor dan rekapitulasi yang admin blog ini hitung dari BBKSDA tiap propinsi di Sumatera sekitar 600-700 ekor. Jumlah pastinya tidak diketahui, karena memang sulit mendata popoluasi Harimau di habitat aslinya. Mengingat Harimau Sumatera distribusinya menyebar dari habitat pantai, hutan dataran rendah dan pegunungan yang sulit dijangkau wajar apabila pemerintah merilis data perkiraan saja dan tentu saja mungkin pemerintah tidak mau mendongkrak atau mengkonversi jumlah populasi seperti yang dirilis WWF karena ada kekuatiran ancaman populasi dari pemburu liar yang masih ada di Indonesia.
Harimau selama ini menjadi simbol kelestarian sebuah ekosistem. Keberadaan harimau hanya dimungkinkan jika hutan dan lingkungan yang menjadi habitat harimau terjaga dengan baik. Dengan ruang jelajah (homerange) yang sangat luas hingga mencapai 300 kilometer persegi, harimau menjaga ekosistem dengan menyeimbangkan populasi satwa yang menjadi mangsanya. Pada ujungnya, menciptakan kesetimbangan ekosistem yang dapat dinikmati manusia hingga saat ini.
Harimau sumatera saat ini menjadi salah satu satwa prioritas nasional yang harus ditingkatkan populasinya di alam. Hal ini dijelaskan oleh Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Wiratno.
“Harimau sumatera merupakan salah satu biodiversitas yang kita miliki dan banggakan. Harimau adalah simbol kelestarian ekosistem. Keberadaan nya hanya dimungkinkan jika hutan dan lingkungan sebagai habitatnya terjaga”, ungkap Wiratno dalam siaran pers Direktorat Jenderal KSDAE.
Populasi harimau sumatera saat ini diperkirakan sekitar 600-an individu, sebuah angka yang menunjukkan peningkatan dari perhitungan populasi pada tahun 2007 yang ada dikisaran 400 ekor. Namun, Ketua Forum HarimauKita, Munawar Kholis, menuturkan bahwa indikasi peningkatan ini masih dalam tahap analisis untuk memastikan berbagai variabel yang mempengaruhi.
“Meskipun ada indikasi peningkatan, namun kami tidak akan lengah karena berbagai faktor yang mengancam kepunahan masih terus terjadi,” jelasnya.
Harimau selama ini menjadi simbol kelestarian sebuah ekosistem. Keberadaan harimau hanya dimungkinkan jika hutan dan lingkungan yang menjadi habitat harimau terjaga dengan baik. Dengan ruang jelajah (homerange) yang sangat luas hingga mencapai 300 kilometer persegi, harimau menjaga ekosistem dengan menyeimbangkan populasi satwa yang menjadi mangsanya. Pada ujungnya, menciptakan kesetimbangan ekosistem yang dapat dinikmati manusia hingga saat ini.
Bayi Harimau Sumatera
Namun, Indonesia memiliki pengalaman tidak baik dengan punahnya 2 subspesies harimau, yaitu harimau jawa (Panthera tigris sondaica) dan harimau bali (Panthera tigris balica). Saat ini, Indonesia hanya memiliki satu-satunya subspesies harimau yang tersisa, yaitu harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae). Harimau sumatera saat ini menjadi salah satu satwa prioritas nasional yang harus ditingkatkan populasinya di alam. Hal ini dijelaskan oleh Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Wiratno.
“Harimau sumatera merupakan salah satu biodiversitas yang kita miliki dan banggakan. Harimau adalah simbol kelestarian ekosistem. Keberadaan nya hanya dimungkinkan jika hutan dan lingkungan sebagai habitatnya terjaga”, ungkap Wiratno dalam siaran pers Direktorat Jenderal KSDAE.
Populasi harimau sumatera saat ini diperkirakan sekitar 600-an individu, sebuah angka yang menunjukkan peningkatan dari perhitungan populasi pada tahun 2007 yang ada dikisaran 400 ekor. Namun, Ketua Forum HarimauKita, Munawar Kholis, menuturkan bahwa indikasi peningkatan ini masih dalam tahap analisis untuk memastikan berbagai variabel yang mempengaruhi.
“Meskipun ada indikasi peningkatan, namun kami tidak akan lengah karena berbagai faktor yang mengancam kepunahan masih terus terjadi,” jelasnya.
Dua Ekor Harimau Sumatera tertangkap Kamera Trap di Riau
Namun rasa pesimis dengan peningkatan populasi Harimau Sumatera ini sebenarnya bisa diminimalisasi dan bisa berubah menjadi optimis dengan berbagai upaya yang bisa kita lakukan misalnya :- Perluasan wilayah Taman Nasional yang sudah ada. Saat ini Taman Nasional di Sumatera yang cukup baik bisa dipertahankan dan apabila memungkinkan diperluas dengan merelokasi desa/warga ke lokasi lain seperti TN Leuser, Kerici-Seblat, Bukit Barisan Selatan, Berbak-Sembilang, Way Kambas, Tesso Nillo, Batang Gadis dan Bukit Tiga puluh.
- Menjadikan habitat tempat masih di temukannya harimau yang terisolasi menjadi kawasan konservasi atau Cagar Alam seperti Senapis, Barumun, Asahan, Maninjau, Mandailing Natal, Tapanuli Tengah, Pasaman/Solok, Agam, Ogan Komering Ilir, Siak, dan lain-lain.
- Ekpansi dan pelepas liaran Harimau ke lokasi yang masih mendukung ketersediaan pakan Harimau seperti yang dilakukan Bpk.Tony Wijaya di kawasan Tambling, Lampung
- Cara yang ditempuh Kamboja bisa kita tiru walau agak sulit yaitu memasukan Harimau Sumatera ke Taman Nasional di Pulau Kalimantan, ini tidak logis namun mengingat padatnya pulau Sumatera yang disesaki lebih dari 50 juta penduduk tidak memungkinkan menambah luas jelajah harimau, karena penduduk juga memerlukan penambahan luas pemukiman dan pertanian mereka, maka Kalimantan yang penduduknya kurang dari 10 juta jadi alternatif ditambah cakupan wilayah dan hutan di Kalimantan lebih luas dari Sumatera, bukankah dipulau ini tersedia juga pakan yang sama seperti Babi hutan, Kijang, Rusa, Kancil, Banteng dan lain-lain. Gajah, Beruang, Macan Dahan, Badak Sumatera, Orang Utan hidup juga di Kalimatan, mengapa Harimau Sumatera tidak ?
- Regulasi Hukum pelaku pelanggaran pembunuh, pedagang, pembeli, dan semua unsur pendukungnya yang menyebabkan Harimau mati diperberat minimal 20 tahun penjara sesuai dengan tingkat kesalahan yang dilakukan
- Sosialisasi kepada masyarakat semakin diperluas bahwa Harimau Sumatera adalah satwa dilindungi dan terancam punah. Oleh karena itu masyarakat dilarang memasang jerat atau perangkap yang bisa mengancam keselamatan Harimau Sumatera apapun alasannya.
- BBKSDA dan petugas lapangan harus ada di tiap Kabupaten kalau perlu Kecamatan terutama di daerah yang menjadi habitat Harimau untuk segera menindak lanjuti laporan masyarakat apabila ada Harimau yang terlibat konflik dengan warga sehingga konflik yang berujung kematian pada warga dan Harimau bisa dicegah.
- Patroli rutin yang semakin diperketat terutama oleh Polisi Hutan terhadap wilayah tanggung jawabnya sehingga tidak ada celah buat pemburu dan pemasang jerat Harimau untuk masuk keareal hutan.
- Aparat tidak main tembak, apalagi pada harimau yang sudah tak berdaya karena jeratan. Lapor segera ke BBKSDA yang pasti menyiapkan peluru bius ataupun perangkap yang aman untuk melindungi harimau dan juga warga masyarakat.
- Menjaga keutuhan hutan habitat harimau, perketat izin usaha penebangan hutan kecuali hutan yang mereka produksi sendiri. Tidak ada lagi pembukaan lahan baru untuk perkebunan Kelapa Sawit dan lain-lainnya pada wilayah yang menjadi habitat Harimau Sumatera.
- Sangsi Pidana juga buat perusak hutan, perambah hutan, penebangan liar, pembuka lahan liar yang dapat merusak ekosistem habitat harimau sumatera.
- Sosialisasi pada generasi muda penerus bangsa baik siswa SD, SMP, SMA,dan Mahasiswa tentang pentingnya pelestarian alam khususnya pelestarian Harimau sumatera melalui pembelajaran di kelas maupun melalui media sosial misalnya Web Lingkungan seperti Mongabay Indonesia, dan Blog sehingga tumbuh kesadaran dan kepedulian pelestarian lingkungan.
- Keminfo menginventarisir Situs web yang memperdagangkan jual-beli flora fauna langka termasuk yang kontra pelestarian dengan memblokir situs yang tidak mendukung pelestarian harimau sumatera.
- Promosikan dan Sosialisasikan Global Tiger Day (Hari Harimau Sedunia) melalui perbagai kegiatan yang mendukung dan meningkatkan kreatifitas generasi muda yang positif.
- Dept.Kehutanan, LSM/pegiat alam yang peduli Lingkungan, Pecinta Alam, dan semua elemen masyarakat bahu membahu melalui tindakan nyata dalam pencegahan kepunahan Harimau Sumatera, misalnya seperti yang dilakukan di Bengkulu, Relawan menyisir hutan dan berhasil mengamankan puluhan jerat dan jebakan yang bisa mengancam keselamatan Harimau Sumatera.
- Penangkaran Harimau Sumatera yang dilakukan oleh Taman Safari Indonesia, menjadi alternatif paling bagus untuk mengembalikan lagi populasi Harimau sumatera sebelum dilepas liarkan kembali ke habitatnya di hutan.
- Memelihara kearifan lokal yang sebenarnya ada di masyarakat dekat hutan bahwa harimau tidak akan mengamuk kalau manusia tidak mengganggu dan merusak hutan. Beberapa kasus di pedesaan yang memelihara tradisi ini dapat hidup berdampingan dengan harimau tanpa ada konflik. Harimau Jawa punah karena masyarakat Jawa yang semula menghormati Harimau dengan sebutan Mbah mulai meninggalkan tradisi itu setelah penjajah kolonial Belanda membawa tradisi adu Harimau dan menjanjikan hadiah bagi perburuan harimau dengan hadiah jutaan golden sehingga dalam waktu singkat populasi Harimau Jawa turun drastis dan akhirnya punah selamanya.
Harimau Melakukan Perburuan mangsa
Dalam menyambut Global Tiger Day yang jatuh pada hari ini, 29 Juli 2017, WWF dan BBKSDA Riau merilis berita gembira melalui sebuah foto hasil rekaman kamera Trap di kawasan Hutan Taman Nasional Tesso Nillo tentang romantisme sepasang harimau sumatera yang sedang bercinta di Landskap Rimbo Baling, setelah melalui penantian 12 tahun lamanya. Sebelumnya melalui kamera Trap ini juga berhasil dipotret beberapa individu Harimau lainnya termasuk Induk Harimau dan 2 anaknya di lokasi yang sama. Kemunculan beberapa ekor Harimau di kawasan yang sudah dianggap punah lokal beberapa tahun ini juga merupakan berita gembira karena ini membuktikan bahwa populasi harimau sumatera kembali pulih seperti yang kita harapkan, misalnya di Ogan Kemering Ilir dan Ulu, sebelah Utara Palembang(Sumatera Selatan) , kawasan Bukit Dua belas,(Jambi) , Asahan dan Barumun,( Sumatera Utara ), Rejang Lebong (Bengkulu), Pesisir Selatan dan Maninjau (Sumatera Barat). Ada laporan masyarakat keberadaan Harimau di Hutan Rawa sebelah tenggara Palembang, sebuah kawasan hutan rawa luas yang dalam peta rilis tidak ada indikasi harimau sumatera diperkirakan masih ada mengingat kawasan ini merupakan wilayah hutan rawa paling luas di Sumatera dan jauh dari pemukiman terletak diperbatasan tiga Provinsi yaitu Sumatera Selatan-Lampung-BangkaBelitung sampai pesisir selat Bangka.
Admin Blog ini juga merindukan menginjakkan kaki di Tanah tinggi Pulau Sumatera, karena niat melihat sosok Harimau sumatera di habitat yang aslinya gagal karena ketiadaan biaya saat itu.Maklum admin blog ini semasa SMA hanya mengandalkan pesanan gambar, lukisan, kartu lebaran untuk mengumpulkan biaya sendiri termasuk beberapa artikel pendek yang sempat dimuat di majalah Remaja Hai. Rasanya uang hasil jerih payah itu hanya cukup untuk membeli Carier, Sleeping bag, Bivak dan peralatan pendakian lainnya namun tidak cukup untuk biaya akomodasi dan transpot ke luar Pulau Jawa. Namun, ada kepuasan sendiri setelah melihat dan membuktikan beberapa satwa langka aman di habitatnya. Kecuali Harimau Jawa yang keberadaanya tidak pernah ditemukan, tidak seperti pecinta alam lain yang katanya melihat keberadaan Harimau jawa di Gunung Ciremai, Slamet, Semeru dan Gunung Kidul, namun admin blog ini gagal membuktikannya.
Setelah yakin menerima kenyataan Harimau Jawa Punah dengan beberapa pendakian gunung di pulau Jawa yang dulu menjadi habitat Harimau Jawa ternyata yang tersisa hanya ada Macan Tutul dan Macan Kumbang (Panthera Pardus Melas) sebenarnya admin blog ini ingin membuktikan keberadaan Harimau Sumatera ketika Budi Santoso teman sejak SMP dan SMA memamerkan fotonya bersama Club MAFFERS Pecinta Alam di Puncak Gunung Kerinci (3805 m) di Sumatera tahun 1987 bersama ceritanya tentang suara auman, jejak kaki dan bekas cakaran Harimau sumatera di sepanjang jalur pendakian. Cerita itu sudah cukup lama, namun membekas di hati ketika Harimau sumatera dengan mudah ditemukan di hutan-hutan Sumatera, bahkan di Tapak Tuan (Nangroe Aceh Darussalam) yang tergolong perkotaan bisa ditemukan puluhan ekor harimau sumatera bermain dekat pantai. Termasuk kota-kota besar lainnya seperti Bengkulu, Palembang, Jambi, Solok, Padang Pariman, Pekan Baru dan pinggiran-pinggiran kota-kota di Sumatera lainnya. Semoga pemandangan menakjubkan di awal tahun 1980-an masih ada dan kita berkeyakinan bahwa Harimau sumatera akan tetap eksis keberadaan dan kelestariannya selamanya di bumi Indonesia kususnya Pulau Sumatera yang admin blog ini sebut sebagai Tigers Island.
Sumber Referensi : Mongabay Indonesia
Sumber Referensi : Mongabay Indonesia