"SELAMAT DATANG DI BLOG EKOGEO"(Pendidikan, Geografi dan Lingkungan)

Sabtu, 23 September 2017

SELAMATKAN BADAK SUMATRA DI KALIMANTAN


    Masih berkaitan dengan peringatan Hari Badak Sedunia, kembali admin memposting artikel tentang keberadaan Badak Sumatera yang populasinya saat ini semakin menyusut drastis. Namun postingan kali ini lebih menekankan pada kondisi keberadaan Badak Sumatra di Kalimantan yang kurang mendapat respon perhatian lebih dari pemerintah sehingga ancaman kepunahan dapat terjadi sewaktu-waktu tanpa ada upaya pencagahan dan penanganan yang serius. 
    Kekuatiran punahnya badak sumatera di kalimantan juga dilatarbelakangi pernyataan punahnya Badak Sumatera di wilayah lembah Danum, Sabah Malaysia yang tidak terlihat lagi sejak tahun 2007 oleh peneliti konservasi Denmark. Memang Malaysia masih memiliki dua ekor badak sumatera yang coba ditangkarkan di Rhino sanctuary, Sabah, namun hingga saat ini kedua badak ini belum berhasil menghasilkan keturunan sehingga populasi di alam liar hanya tersisa di wilayah Kalimantan, Indonesia.
Bayi Badak dan Induknya
    Berita gembira ditemukannya populasi Badak Sumatera di Kutai Barat jangan membuat kita lengah, namun justru harus lebih memperketat lagi perlindungan untuk mereka. Apalagi habitat tempat mereka ditemukan rawan ancaman aktivitas manusia karena berdekatan dengan area pertambangan dan perkebunan Kelapa sawit milik penduduk dan dekat kegiatan indutri kayu dan pembalakan liar. Bahkan Badak sumatera yang berhasil terekam kamera trap dan diperangkap pada tanggal 12 Maret 2016 ini justru mengalami nasib tragis yang membuat kita semua bersedih, termasuk dunia internasional yang menyesali kematian badak betina remaja yang dinamakan Najag ini.
   Badak Sumatera di Kalimantan yang baru saja ditemukan ini mati pada Selasa 5 April 2016. Badak yang masuk subspesies Dicerorhinus sumatrensis itu mati tiga pekan setelah berada di kandang sementara.
Ini menjadi kabar duka bagi dunia konservasi sebab individu tersebut hingga kini menjadi satu-satunya badak sumatera di Kalimantan yang tertangkap secara fisik. Kabar kematiannya disampaikan oleh Kepala Biro Humas KLHK Novrizal Thahar. Kematiannya diduga infeksi akibat luka-luka dikakinya yang bekas terkena jerat dan tidakmampu beradaptasi di kandang barunya.
Induk Badak India (Unicorn Rhinocorus) dan Anaknya
    Matinya Badak sumatra yang rencananya akan dipindahkan ke habitat yang lebih aman di Hutan Lindung Kelian lestari yang luasnya 200 Ha dua kali lipat dari luas Sumatran Rhino Sanctuary (SRS) di TN Way Kambas, Lampung.membuat keprihatinan semua pihak. Menurut rencana, translokasi badak Sumetera betina remaja ini akan dilakukan  Sayangnya, badak Sumatera betina tersebut ditemukan mati sebelum sempat dipindahkan ke suaka. Ini membuktikan begitu sulitnya menjaga dan mengamankan populasi badak walau sudah berada pada perlindungan pihak konservasi.

Distribusi Badak Sumatera di Kalimantan
   Setelah lama dianggap punah kemunculan kembali Badak sumatera di Kalimantan Timur adalah berita yang menggembirakan. Namun ini bukan berita mengejutkan buat admin, karena selama ini maaf, kepedulian dan perhatian pemerintah  sangat kurang. Selama ini Pihak yang terkait konservasi badak hanya pihak konservasi dan peneliti  asing yang begitu gigih seperti WWF yang terus melakukan monitoring keberadaan Badak sumatra di Kalimantan. Padahal kalau pemerintah daerah mau turun tangan dan ikut membantu sebenarnya keberadaan Badak sumatra tidak sebatas yang ada di Kalimantan Timur. Seperti ditemukannya Cula Badak Sumatra melalui sensor di Bandara Supadio yang akan dibawa penumpang ke Jakarta belum lama ini. Kemungkinan besar Cula Badak ini diambil dari populasi Badak di Provinsi Kalimantan Barat sekitar TN Bukit Raya yang berbatasan dengan Kalimantan Tengah. Cula Badak dan bagian bagian tubuh lainnya juga banyak ditemukan di rumah warga suku Dayak di Kalimantan Tengah dan cerita keberadaan Badak ini begitu mengakar dan menyatu dengan masyarakat suku Dayak.
    Tahun 2013 Tim WWF yang melakukan monitoring Badak sumatera menemukan jejak kaki badak dan bekas kubangannya di Kabupatan Barito Utara dan Murung raya, Kalimantan Tengah yang membuktikan bahwa populasi badak terdapat juga di Provinsi ini. Namun upaya perlindungan satwa ini terkendala oleh kurangnya perhatian pemerintah setempat, sehingga akhirnya para konservasi lingkungan lebih memilih melakukan penelitian di Kalimantan Timur yang berujung dengan ditemukannya populasi Badak sumatera di Kutai Barat dan Mahakam Hulu dalam 3 kontong habitat yang berdekatan. Sedangkan nasib badak di Kalimatan Tengah dan Kalimantan Barat terabaikan dan terancam kepunahan karena tak terawasi, terutama ancaman oleh pemburu lokal yang gemar mengoleksi bagian tubuh Badak sumatra.

Semangat Kalimantan Timur menjadi Provinsi Konservasi Badak
   Sejarah kepunahan badak sumatera di Malaysia, kini menghantui Kalimantan Timur (Kaltim). Semangat menjadi Provinsi Konservasi Badak, membuat Kaltim harus menempuh langkah-langkah penyelamatan. Tidak hanya membuat zonasi khusus, tapi juga berjuang menambah populasi individu badak.
Peneliti badak dari Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor (IPB), Muhammad Agil mengatakan, pada awal 2000-an badak sumatera dinyatakan punah di Peninsula, Malaysia.
   Sebelumnya, untuk mempertahankan dan menambah jumlah populasi, Pemerintah Malaysia menempuh program konservasi utama yaitu patroli, proteksi dan monitoring intensif. Sayangnya, populasi menurun drastis sejak awal 1980. Pada 2012, Pemerintah Malaysia memasang 200 kamera jebak di Danum Valley, namun hanya satu individu badak yang tertangkap kamera pada 2014. Saat ini, masih tersisa tiga individu di daerah Sabah, yang berada di Rhino Sanctuary.
   “Sama seperti di Malaysia, status populasi badak di Kalimantan memiliki konsekuensi dan risiko populasi kecil menuju kepunahan spesies. Faktanya, populasi badak sumatera menurun drastis dari 1984 hingga 2015. Selama 40 tahun, penyusutan populasi badak sumatera mencapai 90 persen,” ungkapnya pada Lokakarya Sosialisasi dan Perencanaan Konservasi Badak di Kalimantan Timur, di Samarinda, Selasa (14/03/17). 
Najag, tampak sehat ketika baru di tangkap di Kutai Barat
     Populasi badak sumatera memang mengkhawatirkan, sebab jumlahnya menurun, paling tidak stagnan. “Sejak 1995 hingga sekarang, monitoring badak dilakukan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan Taman Nasional Way Kambas (TNWK). Kedua area tersebut, merupakan wilayah yang dilindungi secara intensif. Laporan dan temuan perburuan badak di area dengan proteksi yang instensif tidak ditemukan perburuan badak (rhino zero poaching). Tidak ada laporan atau temuan badak mati di TNBBS setelah 2001 dan di TNWK sejak 2006,” kata Agil.
    Dari catatan peneliti, populasi badak sumatera saat ini dinyatakan sangat kritis. Terjadi penurun dari 800 individu pada 1984 menjadi sekitar 72 individu (2015) berdasar penelitian Nardelli (2014) dan PHVA (2015). Tidak ada populasi viabel di semua kantong habitat.
   Dengan jumlah yang sedikit itu, lanjut Agil, akan sangat sulit menyatukan perkawinan antara badak jantan dan betina. Sedangkan potensi perkawinan sedarah (inbreeding) meningkat dan tidak menambah jumlah kelahiran. “Populasi badak sumatera yang tersebar dengan populasi kecil atau kurang dari 15 individu per kantong habitat, sangat sulit untuk menyatukan dan mengawinkan badak jantan dan betina. Potensi perkawinan sedarah tinggi, namun jumlah kelahiran sangat rendah,” tambahnya.
   Agil menerangkan, yang menjadi faktor utama kepunahan badak sumatera adalah populasi. Selain itu populasi badak juga rawan allee effect, indeks inbreeding tinggi, heterositas genetik populasi rendah, timbul kasus patologi pada saluran dan organ reproduksi hingg potensi muncul gen-gen resesif letal (mematikan) atau morfologi abnormal. “Statusnya sangat kritis, apabila tidak ada tindakan penyelamatan, kepunahan akan benar-benar terjadi.”

Program prioritas 
   Badak di Kalimantan dipastikan keberadaannya pada 2013 di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur oleh WWF Indonesia. Populasinya diperkirakan sangat kecil, 3 sampai 12 individu di tiap kantong berbeda yang tersebar di Kutai Barat (Kubar) dan Mahakam Ulu (Mahulu). Diperkirakan, saat ini jumlah badak yang ada di Kaltim hanya 15 individu. Sedangkan jumlah di seluruh Kalimantan, belum diketahui pasti.
“Mereka (badak) ini terpisah tanpa ada akses transfer darah baru atau new blood (genetic exchange) antara subpopulasi. Ini masalah utama,” kata Agil.
   Mengenai masalah badak yang ada di Kaltim, Agil melanjutkan, fokus utamanya apakah harus bertahan atau akan punah seperti di Malaysia? Apa yang harus dilakukan untuk mencegah kepunahan?
“Harus ada revolusi konservasi badak guna menghasilkan anak-anak badak. Proteksi, monitoring, penyelamatan populasi dan habitat penting dilakukan.”
Video Keberadaan Badak Sumatera di Kalimantan
Meski demikian, pogram konservasi badak dengan populasi kecil harus menggunakan asesmen saintifik yang sangat berguna untuk menemukan badak tersisa di habitatnya, status reproduksi serta variasi genetik (heterosis) dalam populasi. “Masih adakah populasi yang viable di masing-masing kantong? Viable population adalah populasi terkecil yang dapat bertahan tidak akan punah,” katanya.
Untuk itu, lanjutnya, program prioritas konservasi badak di Kalimantan ini dapat dilakukan.
Penyelamatan di Kalimantan Timur
   Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam BKSDA Kaltim, Sunandar Trigunajasa, mengatakan pihaknya telah menyiapkan langkah penyelamatan badak sejak 2015. Di mulai 20 Januari 2015, BKSDA Kaltim telah melakukan pengecekan lapangan dan koordinasi dengan pihak terkait yakni Dishut Kubar, Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, WWF dan Dit.KKH, mengenai keberadaan dan kondisi badak di Kubar.
  Setelah itu, pada 20 Maret 2015, pihaknya melakukan survei gabungan pendahuluan rencana penyelamatan/translokasi badak di Kutai Barat. “Ada tiga kantong penyebaran, namun hanya terindikasi di kantong 1 dan 3,” ujarnya.
Hasil survei lapangan menunjukkan, rencana area konservasi badak berada di Hutan Lindung Kelian Lestari (HLKL). Di kawasan HLKL dan kantong 1, diyakini berpotensi sebagai habitat badak yang aman juga pengembangan populasi liar. Ini dilihat dari kesesuaian habitat, yakni kelerengan, sumber air, dan potensi keragaman pakan yang mencapai 82 jenis.
 Badak Sumatra di Kalimantan Timur
    Sementara di kantong 3, habitatnya cukup baik (jenis pakan, kubangan aktif, air, dan topografi). Ditemuan jejak, feces, plintiran, gesekan, satlick dan tanda-tanda satwa lain. Namun, dilokasi tersebut memiliki ancaman tinggi, yakni pertambangan, perkebunan sawit, ilegal logging, pencari gaharu dan klaim lahan. Di kantong 3 inilah, temuan foto dan video dua badak.
“Dalam rangka penegakan hukum terhadap kegiatan yang mengancam keberadan badak dan habitatnya, diperlukan kolaborasi berbagai pihak, juga pemerintah pusat dan daerah. Status kawasan juga kurang mendukung pembangunan sanctuary,” ungkapnya.

Provinsi istimewa
    Direktur Eksekutif Yayasan Badak Indonesia (YABI), Widodo S. Ramono, mengatakan, badak itu sangat istimewa. Otomatis, wilayah yang ada badaknya juga istimewa. Berbeda dengan satwa lain, badak memiliki siklus kawin yang tidak sering. Untuk menambah populasi, dibutuhkan waktu bertahun lamanya.
“Kenapa saya bilang istimewa, karena badak merupakan satwa lindung spesial. Ketika populasi badak bertambah, itu kabar paling membahagiakan. Sebab, untuk kawin saja tidak gampang. Badak betina tidak selalu menginginkan perkawinan walau bertemu badak jantan. Ketika pertemuan itu, mereka akan berkelahi, cula, tapak, dan kulit bisa terluka,” jelasnya.
Badak Sumatra dan Anaknya
    Sebagai Provinsi yang didiami badak, Kaltim patut bersyukur. Dengan adanya langkah penyelamatan, diharapkan Kaltim mampu menjadi provinsi yang berhasil menambah populasi badak.
“Badak tidak diam di suatu tempat, selalu berjalan dan terus melangkah. Ancaman aktivitas manusia di hutan membuat badak harus menemukan tempat baru. Mungkin saja, dulunya dia bukan di Kutai barat, tapi karena ancaman itu ada akhirnya menemukan Kutai barat sebagai habitat barunya,” pungkasnya.
   Admin menduga populasi badak sumatra di Kutai Barat berkerabat bahkan mungkin pelestari dari wilayah Kabupaten Barito Utara dan Murung Raya, Kalimantan Tengah yang sempat ditemukan Tim WWF tahun 2013. Namun nampaknya keberadaan Badak Sumatera di Kalimantan Tengah kurang mendapat perhatian, mengingat dana konservasi membutuhkan biaya besar dan itu bisa dilakukan oleh Provinsi Kalimantan Timur yang memiliki kekayaan Sumber Daya Alam melimpah dari Minyak dan Gas Bumi. Namun buat Kalimantan tengah yang minim APBD rasanya sulit apabila tidak didukung dana pusat untuk ikut bersama menjaga dan melestarikan Badak di wilayahnya. Bahkan yang memprihatinkan ada wacana membangun rel kereta api pengangkut Batubara ke lokasi habitat badak sumatera di Barito utara dan Murung raya yang berbatasan dengan Kalimantan Timur. Dan tentunya wacana ini membahayakan kelangsungan hidup Badak Sumatera di Kalimantan Tengah yang selama ini tidak pernah diperhatikan dan membawa Badak sumatera di wilayah ini ke jurang kepunahan tanpa sempat di buktikan keberadaannya.

Sumber Referensi : Mongabay Indonesia, WWF Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon maaf, Blog Ini dibuat dengan konten berbagai sumber untuk menumbuhkan cinta lingkungan pada generasi muda Indonesia baik flora, fauna maupun alamnya dan sama sekali tidak bertujuan komersial.

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.