"SELAMAT DATANG DI BLOG EKOGEO"(Pendidikan, Geografi dan Lingkungan)

Jumat, 16 Juli 2010

JENIS-JENIS ULAR DI INDONESIA (BAGIAN 2)


1. Ular Kadut
Ular kadut (Acrochordus granulatus) adalah spesies ular dari famili Acrochordidae. Ular ini berwarna abu-abu dengan warna belang putih, dan hidup di air tawar atau air payau (daerah pertambakan). Ular ini benar-benar hampir tak berdaya di tanah. kulit tipis mereka mudah sekali untuk robek, tetapi kulit mereka mempunyai tekstur yang sangat kasar.
Mereka bersifat dimorfik seksual dengan jenis kelamin jantan memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil daripada ukuran tubuh betina.
Yang menarik dari spesies ini adalah dalam berburu makan jantan lah yang aktif berburu mangsa sedangkan betina duduk dan menunggu untuk menyergap mangsa mereka.
Mereka biasa ditemukan di dalam Kolam Kecil, Rawa-rawa, dan Muara, tetapi beberapa dari mereka pernah ditemukan di Laut.

2. Ular Karung
Ular karung atau yang sering disebut ular belalai gajah, adalah sejenis ular air tak berbisa endemik di Indonesia. Ular ini sekerabat dengan ular kadut (Acrochordus granules. Dalam bahasa inggris dikenal dengan nama Elephant trunk snake, sedangkan nama ilmiahnya adalah Acrochordus javanicus (Hornstedt, 1781).
Deskripsi Umum
Panjang jarak moncong-anus mencapai 1855 mm. Individu betina biasanya lebih besar dan kuat daripada yang jantan. Badannya gemuk dengan kulit yang licin, sisik-sisiknya kecil dan kasar. Lubang hidung berada di atas kepala. Badannya bulat dengan sekitar 130-150 baris sisik pada bagian tengahnya. Sisik-sisik ventral mempunyai bentuk dan ukuran yang serupa, tidak terdapat lipatan kulit di bagian sisi badannya.

Penyebaran dan Ekologi
Ular karung tersebar di daerah tropis Asia Tenggara, yakni di Indonesia (Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Bali), Malaysia, Thailand selatan, Kamboja, dan Vietnam selatan. Lokalitas jenis: "Jawa, Indonesia". Ular ini menghuni wilayah perairan darat, diantaranya sungai, rawa, tambak, dan laguna.

Kebiasaan dan Makanan
Ular karung aktif pada malam hari. Ia mampu menyelam dalam di air selama 40 menit atau lebih, jarang menuju ke darat. Ular ini adalah pemangsa ikan dan amfibi yang sangat rakus, sangat merugikan usaha perikanan darat.

3. Ular Rumah
Ular rumah (Lycodon aulicus) adalah sejenis ular yang ramping anggota suku Colubridae. Ia dinamai demikian karena seringkali didapati di dalam rumah, memburu cecak dan sebangsanya. Dalam bahasa Inggris ular ini dikenal sebagai common wolf-snake, Indian wolf-snake atau house snake. Disebut wolf-snake karena ular yang tak berbisa ini memiliki sepasang gigi besar di muka rahang atas seperti taring serigala (Lycodon, Gr.: lycos, serigala; don, gigi).

Diskripsi Umum
Ular yang berukuran sedang, panjang total hingga 765 mm meski jarang yang melebihi 61 cm. Ular betina lebih panjang daripada yang jantan. Warnanya sangat bervariasi; umumnya dengan warna dasar coklat atau coklat keabu-abuan, gelap atau pun terang. Warna-warna tadi polos merata di seluruh tubuh, atau divariasikan dengan pola belang-belang atau pola serupa jala tebal, kuning atau putih atau keputihan di tengah badan, dengan atau tanpa ‘kerah’ kuning atau keputihan di atas tengkuk. Varian dengan warna dasar gelap dan belang-belang kuning atau keputihan kerap disangka sebagai jenis ular welang atau welang India yang berbahaya.
Ada pula variasi pola warna seperti jala yang kabur, amat mirip dengan pola warna ular cecak, kerabatnya yang terdekat. Hanya saja, ‘mata jala’ pada ular rumah lebih besar dan lebih jelas bentuknya.

Berikut ini pemerian ular rumah menurut Boulenger (1890):
Moncong gepeng, dengan bibir yang membenjol, agak menyerupai spatula; mata agak kecil. Perisai] rostral (di ujung depan moncong) lebih melebar daripada memanjang, tampak dari sebelah atas. Perisai internasal jauh lebih pendek daripada prefrontal. Perisai frontal (dahi) biasanya lebih pendek daripada jaraknya ke ujung moncong, atau daripada panjang perisai parietal. Perisai loreal (pipi) berbentuk memanjang, tak menyentuh mata. Perisai preokular sebuah, bersentuhan dengan frontal; perisai post-okular dua buah. Perisai temporal (pelipis) kecil-kecil, menyerupai bentuk sisik punggung, 2+3 atau 3+3. Perisai labial (bibir) atas berjumlah sembilan, yang ke-3, 4, dan 5 menyentuh mata. Empat atau lima perisai labial bawah bersentuhan dengan perisai dagu depan, yang lebih panjang daripada perisai dagu belakang. Sisik-sisik punggung halus (licin), dalam 17 deret di tengah badan. Perisai ventral (perut) 183-209 buah, sedikit menyudut di sisi lateral (samping badan). Perisai anal (dubur) terbelah atau berganda. Perisai subkaudal (bawah ekor) dalam dua deret, 57–77 pasang. Warna tubuh bervariasi; coklat polos di sebelah atas, atau dengan belang-belang warna putih, atau dengan pola serupa jala warna putih; bibir atas putih polos atau dengan noktah-noktah coklat; sisi bawah tubuh putih polos.

Kebiasaan dan penyebaran
Ular rumah aktif di waktu malam (nokturnal) dan lembam di siang hari. Ular ini memangsa aneka jenis kadal, cecak dan katak. Taringnya yang besar di bagian depan rahangnya sangat berguna untuk memegang mangsanya. Taring ini dengan mudah menembusi sisik-sisik kadal yang keras dan rapat. Bertelur antara 4–11 butir, dengan kecenderungan ular yang lebih besar menghasilkan lebih banyak telur.
Merupakan jenis ular yang paling umum ditemukan di India dan Sri Lanka, ular rumah menyebar luas ke barat hingga Pakistan, ke utara hingga Himalaya, dan ke timur hingga semenanjung Malaya di Asia Tenggara. Ditemukan pula di Filipina dan di Timor, Indonesia. Ular ini sering ditemukan bahkan di lingkungan pemukiman yang padat penduduk.

4. Bandotan Pohon
Bandotan pohon (Trimeresurus puniceus) atau kadang disebut Bandotan kayu adalah jenis Ular Beludak berbisa yang endemik di wilayah Asia Tenggara. Tidak ada upajenis yang saat ini diketahui.

Distribusi
Ukuran tubuhnya mempunyai panjang total 870 mm. Panjang jarak antara moncong-anus mencapai 690 mm. Bibir atasnya terdiri dari 10-13 sisik, yang pertama dipisahkan oleh adanya sisik nasal, yang kedua letaknya rendah dan tidak berbatasan dengan bagian tepi anterior lubang loreal, dan yang ketiga berukuran lebih besar. Sisik subocular ada 1 atau 2. Sisik supraocular 3-5, dan bentuknya menonjol (kuat) ke atas. Sisik-sisik interocular yang memisahkan sisik supraocular berjumlah 9-14. Sisik preocular ada 3. Sisik postocular ada 2-4. Sisik dorsal pada bagian tengah badannya terdiri dari 21-23 baris, dan berlunas lemah. Sisik-sisik ventral berjumlah 158-173. Sisik anal tunggal. Sisik-sisik subcaudal berjumlah 41-56 dan terdiri dari 2 baris sisik. Kepala, punggung dan badannya berwarna coklat terang atau coklat kemerah-merahan dengan beberapa corak coklat tua yang samar. Perutnya bercorang-coreng warna coklat dan lebih gelap daripada punggungnya.

Kebiasaan
Ular ini tergolong umum ditemukan, biasanya pada daerah dengan ketinggian antara 500-1500 m dpl. Habitatnya di ladang, perkebunan (teh dan kopi), semak belukar, hutan bambu, hutan basah sampai hutan pegunungan. Biasanya bersembunyi di bawah dedaunan kering pada lantai hutan. Aktifitas hariannya dilakukan pada malam hari, baik secara arboreal maupun terrestrial. Perkembang-biakannya dengan cara beranak, betina akan mengeluarkan sekitar 30 ekor. Makanannya berupa binatang mamal kecil (tikus), burung maupun katak. Ular ini termasuk jenis yang mengandung racun bisa dan gigitannya menyebabkan luka yang serius sekali bagi manusia.

Sebaran Geografis
Tersebar di Indonesia (Jawa, Sumatra, dan Kalimantan), Thailand selatan, dan Malaysia. Lokalitas jenis yang diberikan adalah "Jawa".

5. Bandotan Puspa
Bandotan puspa (Daboia siamensis) adalah sejenis Beludak berbisa yang tersebar di beberapa wilayah Asia Tenggara, Tiongkok selatan dan Taiwan.

Deskripsi
Panjang total tubuhnya dapat mencapai 1,5 m. Warna dasar tubuhnya kuning kecokelatan Kepala berbentuk segitiga dengan 3 buah bintik besar berwarna coklat tua. Satu berada di antara mata dan dua buah lainnya berada di dekat tengkuk. Di bagian perisai punggungnya bersisik-sisik kecil yang berlunas terdapat corak-corak bulat berukuran besar berwarna cokelat tua.

Bibir atasnya terdiri dari 10-12 sisik, terpisah dari mata oleh sebaris sisik-sisik yang kecil. Nostril amat besar. Ada sisik nasorostral antara sisik rostral dan sisik nasal. Sisik supraocular kecil, saling terpisah satu sama lain oleh 6-9 sisik. Sisik dorsal pada bagian tengah badannya terdiri dari 27-33 baris, sisik-sisik ventrolateral halus dan selebihnya berlunas. Sisik-sisik ventral berjumlah 153-180. Sisik anal tunggal. Sisik-sisik subcaudal berjumlah 41-64 dan terdiri dari 2 baris sisik.

Sebaran
Ular ini tersebar luas di Myanmar, Thailand bagian utara dan tengah, Kamboja, Laos, Vietnam, Tiongkok (Guangxi, Guangdong), Taiwan, serta beberapa pulau di Indonesia. Di Indonesia sendiri ular ini hanya terdapat di Jawa Timur, Jawa Tengah bagian timur, Madura, dan Nusa Tenggara Timur (Pulau Ende, Flores, Komodo, Rinca, Lomblen, Kisar, dan Wetar).

Lingkungan dan kebiasaan
Ular ini ditemukan pada daerah kering yang ditumbuhi banyak ilalang (rumput tinggi) di dataran rendah dan perbukitan gersang (khususna daerah-daerah yang mengandung zat kapur). Aktif pada malam hari. Ular ini mempunyai perilaku yang khas pada saat menyembunyikan dirinya yaitu badannya akan bergulung di dalam alang-alang (rerumputan) yang kering. Perkembang-biakannya dengan cara beranak (ovovivipar), betina melahirkan sebanyak 20-30 ekor. Makanan utamanya tikus, selain itu burung dan katak. Ular ini termasuk jenis yang mempunyai racun bisa yang kuat dan gigitannya dapat membahayakan manusia.

Bisa
Sebuah Antibisa, bernama "Russell's Viper Antivenin", dibuat di Thailand oleh Palang Merah Thailand untuk mengobati bisa dari hewan ini.
6. Bandotan Candi
   Bandotan candi (Tropidolaemus wagleri) adalah sejenis ular pohon berbisa dari anak suku Crotalinae (bandotan berdekik). Ular ini juga dikenal dengan nama-nama lokal seperti ular punai (Jambi), Ular cintamanis (Batak), Ular kapak tokong, Dupong (Malay), dan sebagainya. Dalam bahasa inggris dikenal dengan nama Temple viper. Ular ini terdapat di wilayah tropis Asia tenggara.
  Bibir atasnya terdiri dari 8-10 sisik, yang pertama tidak bersatu dengan sisik nasal, yang kedua letaknya rendah sehingga terpisah dari lubang loreal oleh 2 sisik kecil, dan yang ketiga biasa ukurannya lebih besar. Sisik supraocular ukurannya kecil atau menonjol ke atas. Sisik subocular besar terpisah dari sisik bibir atas oleh 2-3 baris sisik. Sisik dorsal pada bagian tengah badannya terdiri dari 21-27 (jarang yang 19) baris, seluruhnya berlunas. Sisik-sisik ventral berjumlah 127-154. Sisik anal tunggal atau ganda. Sisik-sisik subcaudal berjumlah 45-56 dan terdiri dari 2 baris sisik.
   Warna tubuh pada ular yang dewasa: Kepala bagian atas berwarna hitam dengan corak tak beraturan berwarna hijau. Bibir, dagu dan lehernya berwarna kuning dan putih kehijau-hijauan, sisik-sisiknya dengan garis sutur berwarna hitam. Pada punggungnya yang hitam ada beberapa bintik-bintik hijau dengan pinggir hitam yang menyebar. Selain itu ada semacam pola belang-belang hijau di bagian punggungnya dan kuning di badannya. Bagian ventral biasanya berwarna putih kehijau-hijauan dengan corak kuning tak beraturan yang pinggirnya hitam dan kadangkala bertotol-totol hitam. Pada bagian ekornya berwarna hitam dan dengan bercak-bercak hijau.
   Warna tubuh pada ular yang masih muda: Kepalanya hijau dengan coreng sempit di sisi yang berwarna putih (di atas) dan merah (di bawah). Punggung dan badannya hijau dengan totol-totol yang teratur berwarna sebagian merah dan sebagian putih, yang kadangkala membentuk rangkaian belang-belang. Bagian ekor seluruhnya kemerah-merahan.

Kebiasaan dan makanan
   Ular ini umum ditemukan pada dataran rendah dan pegunungan hingga mencapai ketinggian 1000 m dpl. Akan tetapi kebanyakan berada di dataran rendah yang basah dekat perairan, seperti persawahan, tepi sungai, rawa-rawa dan hutan bakau. Aktifitas hariannya dilakukan secara arboreal baik pada malam hari juga di senja atau dini hari. Sementara pada ular yang muda lebih sering ditemukan di permukaan tanah. Perkembang-biakannya dengan cara beranak, betina akan mengeluarkan sekitar 15 ekor. Makanannya berupa binatang mamal kecil, burung, kadal dan katak. Seolah-olah ular ini sangat jinak, akan tetapi ternyata jenis ini termasuk yang mempunyai racun bisa dan dapat menyebabkan luka serius serta sakit sekali bagi manusia.

7. Bandotan Macan
  Bandotan Macan (Ptyas mucosa) atau Ular tikus India, atau Dhaman (nama hindi), adalah jenis umum Ular dari keluarga Colubridae yang ditemukan di wilayah Asia Selatan dan Tenggara. Hewan ini berukuran besar, bisa tumbuh sampai 2 m (6,6 ft) dan kadang-kadang bahkan sampai 3 m (9,8 ft). Warna tubuh mereka beragam dari coklat pucat di daerah kering sampai hampir hitam di daerah hutan lembab. Hewan ini aktif di siang hari (diurnal), kadang hidup di pohon (semi-arboreal), tidak berbisa, waspada, cepat bereaksi, dan bergerak dengan cepat. Mangsa hewan ini beragam, namun hewan ini seing ditemukan di wilayah perkotaan dimana binatang pengerat seperti tikus banyak berkembang.

Sebaran Geografis
Hewan ini dapat ditemukan di Afghanistan, Bangladesh, China (Hainan, Hubei, Fujian, Guangdong, Guangxi, Hong Kong, Jiangxi, Tibet, Yunnan, Zhejiang), India, Indonesia (Sumatra, Jawa), Iran, Kamboja, Laos, Malaysia barat, Myanmar, Nepal, Pakistan (wilayah Sindh), Sri Lanka, Taiwan, Thailand, Turkmenistan, dan Vietnam.
Hewan dewasa ini jarang memiliki pemangsa alami selain Ular anang atau Raja kobra yang tersebar di wilayah yang sama. Hewan yang masih muda biasanya dimangsa oleh Burung pemangsa, reptil yang berukuran lebih besar dan mamalia berukuran sedang.
Pemburuan manusia terhadap Ular keluarga Colubridae di China dan Indonesia demi mendapatkan kulit dan dagingnya telah menimbulkan banyak kematian hewan ini. Peraturan dagang dan panen terhadap hewan yang ada sering diabaikan.

Perilaku
Hewan dewasa menunjukkan prilaku yang tidak biasa untuk Ular dari keluarga Colubridae. Hewan ini menaklukukan mangsanya dengan mendudukinya, bukan dengan membelitnya. Hewan ini bergantung pada berat badannya untuk melemahkan mangsanya.
Hewan jantan mendirikan batas wilayah kekuasaannya melalui sebuah ritual tes kekuatan dimana kedua jantan saling memilin tubuh masing-masing. Pengamat awam kadang salah mengartikan ini sebagai sebuah 'tarian kawin' antara pasangan.
Hewan dewasa bisa mengeluarkan suara menggeram dan membusungkan leher ketika terancam. Ini barangkali menunjukkan Mimikri dari Ular anang yang tersebar di wilayah yang sama. Kemiripan ini malah sering menjadi senjata makan tuan di daerah pemukiman manusia, dimana hewan tidak berbahaya yang sangat berjasa karena memangsa hama tikus ini dibunuh karena dikira ular anang atau Ular sendok yang berbahaya.

8. Bandotan Tutul
Bandotan tutul (Xenochrophis piscator) adalah sejenis Ular tidak berbisa yang umum ditemukan di Asia. Ular ini biasanya ditemukan disekitar danau air tawar atau sungai. Mangsa hewan ini kebanyakan ikan dan kodok.

Deskripsi
Mata hewan ini relatif kecil, dan hewan dewasa memiliki mata yang jaraknya pendek terhadap lubang hidung. Sisik cotoknya tampak jika dilihat dari atas.
Sebuah kasus langka dimana hewan ini melepaskan bagian tubuhnya sendiri dilaporkan dari Vietnam.

Sebaran Geografis
Terdapat dua upajenis dari hewan ini yang tersebar di wilayah yang berbeda, yaitu:
  • X. p. melanzostus, tersebar di India (Kepulauan Andaman dan Nikobar), Indonesia (Sumatra, Jawa, Borneo, Sulawesi) dan Malaysia Barat.
  • X. p. piscator (Schneider, 1799), tersebsar di Bangladesh, Bhutan, India, Myanmar, Pakistan, China (termasuk Hainan), Sri Lanka, Taiwan, dan Thailand.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon maaf, Blog Ini dibuat dengan konten berbagai sumber untuk menumbuhkan cinta lingkungan pada generasi muda Indonesia baik flora, fauna maupun alamnya dan sama sekali tidak bertujuan komersial.

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.