Blog ini segmennya ditujukan usia remaja
(Usia SMP-SMA-Mahasiswa) . Oleh karena itu materinyapun disesuaikan usia tersebut.
Walaupun ada unsur pendidikan, Geografi dan Lingkungan tapi ada
"Cinta" disitu. Maaf bukan karena saya Mellow tapi sekedar berbagi
pengalaman jangan sampai tindakan yang kita lakukan dapat meninggalkan
penyesalan seumur hidup. Sejak dibangku SMP saya sudah menggemari kegiatan
dialam bebas termasuk mencintai flora fauna dan lingkungannya. Kalau ikut orang
tua pulang kampung ke Gunung Kidul dan Bayat,Klaten saya selalu menyempati mendaki
bukit-bukit disekitar tempat tinggal kakek/Nenek(Eyang) , pulang selalu larut
malam dan besoknya Eyang putri selalu memijat badanku yang pegal-pegal dan
lecet karena luka.
Hobi saya yang suka memanjat pohon dan dinding bukit terus terbawa sampai ke SMA dan Mahasiswa. Malah waktu di Kampus teman-teman memanggilku dengan julukan "Monyet Ganteng". Seganteng-gantengnya monyet tetap saja monyet, berarti saya manusia yang paling jelek. Tapi saya tidak marah , dan saya pun tidak pernah marah pada alam apalagi dendam walaupun beberapa kali saya sempat terjatuh di gunung dan tebing tapi saya tetap mencintainya. Mungkin ini yang dikatakan orang cinta sejati, walau berulangkali disakiti tapi cinta itu tidak hilang sampai kapanpun.
Gunung adalah kekasih saya , ditempat ini saya sering menulis puisi dan menciptakan lagu. Gemericik air sungai, gemericik air terjun, deru suara angin, suara ranting pohon yang bergesekan dan suara binatang hutan adalah latar belakangnya sekaligus menjadi inspirasi saya. Jadi hampir semua puisi dan lagu yang saya tulis berlatar alam . Gunung adalah tempat saya mengadu pada saat kesedihan dan kesepian datang.
Sebenarnya saya bukannya Mellow , karena seingat saya baru 3 kali saya benar-benar menangis (Kecuali waktu bayi dan balita) pertama akhir Juni 1987 waktu perpisahan kelas 3 SMA itupun hanya meneteskan air mata, namun menjadi awal dari kegalauan saya yang sangat panjang dan menyiksa hati. Kedua awal Juli 1990 di puncak Ciremai dan tidak ada teman-teman yang tahu. Pada saat Privasi memang saya lebih banyak menyingkir menjauh dari keramaian , menyendiri dan mengadu pada alam. Buat saya menangis adalah meluapkan emosi dan menumpahkan perasaan yang terpendam. Berteriak sekuat-kuatnya di puncak gunung itu yang saya lakukan, tapi jangan ditiru. Tindakan naik gunung sebagai pelarian adalah konyol dan sama saja dengan bunuh diri. Untung saya mendapat pelajaran dan hikmah dari semua kejadian itu, Peristiwa kecelakaan digunung Ciremai yang menimpa 9 pendaki asal Kerawang yang tewas terjungkal di kawah ciremai ditempat saya pernah menangis beberapa hari setelah saya turun gunung membuka mata saya tentang begitu berartinya hidup ini.
Tuhan memberi petunjuk untuk segera meninggalkan kegiatan yang tidak berguna.Dan seharusnya saya mengadu pada Allah yang menciptakan alam bukan pada gunung. Hidup yang tadinya tidak memiliki arah dan tujuan mulai terbuka menemukan jalan . Dulu saya yang tidak bisa membaca Al Qur'an pelan-pelan mulai belajar pada pengajian-pengajian di kampus. Dulu saya yang banyak meninggalkan Sholat 5 waktu sejak kejadian itu tidak lagi. Hobi saya yang suka melukis dan menggambar juga ditinggalkan termasuk menulis lagu dan puisi juga ditinggalkan , walaupun hukum menggambar dan bermain gitar sebagian ulama mengatakan tidak haram namun dalam pengajian-pengajian yang saya ikuti jelas dikatakan haram dan saya memang sudah berjanji pada Allah untuk tidak melakukan itu lagi. Kalaupun di Blog ini ada sebagian Cergam dan puisi/lagu yang pernah saya buat itu tidak dimainkan dengan gitar . Kenapa saya tampilkan dalam Blog ini yaitu tadi segmen Blog ini adalah remaja. Kalau ada yang menertawakan silahkan tidak apa-apa . Buat saya berbagi pengalaman atau sharing tidak memalukan selama itu niatnya untuk pembelajaran.
Memang saya tidak lagi mendaki gunung , tapi tidak tahu kenapa Saya digariskan tetap berada di gunung walaupun hanya kiasan saja. Saya tinggal di Jalan Sinabung, Kunciran Blok K yang semua nama jalannya nama-nama Gunung seperti Lawu, Ciremai,Sanggabuwana, Mahameru, Bromo dll. Tempat saya bertugas kebetulan di SMPN 29 dikelurahan Gunung, Blok E yang nama-nama jalannya juga nama Gunung seperti Kerinci, Leuser, Dempo Dll. Kebetulan? rasanya tidak ada yang namanya kebetulan .dulu saya bersekolah di SMAN 29 dan sekarang mengajar di SMPN 29 Jl.Bumi Mayestik, Kebayoran Baru(Dalam Film 5 cm disebutkan ketika Ian menyebut alamatnya setelah sadar dari pingsan) Tapi jangan ditiru Film 5 Cm walaupun Filmnya bagus tapi salah dalam mengartikan pendakian gunung, nggak segampang itu.
Hobi saya yang suka memanjat pohon dan dinding bukit terus terbawa sampai ke SMA dan Mahasiswa. Malah waktu di Kampus teman-teman memanggilku dengan julukan "Monyet Ganteng". Seganteng-gantengnya monyet tetap saja monyet, berarti saya manusia yang paling jelek. Tapi saya tidak marah , dan saya pun tidak pernah marah pada alam apalagi dendam walaupun beberapa kali saya sempat terjatuh di gunung dan tebing tapi saya tetap mencintainya. Mungkin ini yang dikatakan orang cinta sejati, walau berulangkali disakiti tapi cinta itu tidak hilang sampai kapanpun.
Gunung adalah kekasih saya , ditempat ini saya sering menulis puisi dan menciptakan lagu. Gemericik air sungai, gemericik air terjun, deru suara angin, suara ranting pohon yang bergesekan dan suara binatang hutan adalah latar belakangnya sekaligus menjadi inspirasi saya. Jadi hampir semua puisi dan lagu yang saya tulis berlatar alam . Gunung adalah tempat saya mengadu pada saat kesedihan dan kesepian datang.
Sebenarnya saya bukannya Mellow , karena seingat saya baru 3 kali saya benar-benar menangis (Kecuali waktu bayi dan balita) pertama akhir Juni 1987 waktu perpisahan kelas 3 SMA itupun hanya meneteskan air mata, namun menjadi awal dari kegalauan saya yang sangat panjang dan menyiksa hati. Kedua awal Juli 1990 di puncak Ciremai dan tidak ada teman-teman yang tahu. Pada saat Privasi memang saya lebih banyak menyingkir menjauh dari keramaian , menyendiri dan mengadu pada alam. Buat saya menangis adalah meluapkan emosi dan menumpahkan perasaan yang terpendam. Berteriak sekuat-kuatnya di puncak gunung itu yang saya lakukan, tapi jangan ditiru. Tindakan naik gunung sebagai pelarian adalah konyol dan sama saja dengan bunuh diri. Untung saya mendapat pelajaran dan hikmah dari semua kejadian itu, Peristiwa kecelakaan digunung Ciremai yang menimpa 9 pendaki asal Kerawang yang tewas terjungkal di kawah ciremai ditempat saya pernah menangis beberapa hari setelah saya turun gunung membuka mata saya tentang begitu berartinya hidup ini.
Tuhan memberi petunjuk untuk segera meninggalkan kegiatan yang tidak berguna.Dan seharusnya saya mengadu pada Allah yang menciptakan alam bukan pada gunung. Hidup yang tadinya tidak memiliki arah dan tujuan mulai terbuka menemukan jalan . Dulu saya yang tidak bisa membaca Al Qur'an pelan-pelan mulai belajar pada pengajian-pengajian di kampus. Dulu saya yang banyak meninggalkan Sholat 5 waktu sejak kejadian itu tidak lagi. Hobi saya yang suka melukis dan menggambar juga ditinggalkan termasuk menulis lagu dan puisi juga ditinggalkan , walaupun hukum menggambar dan bermain gitar sebagian ulama mengatakan tidak haram namun dalam pengajian-pengajian yang saya ikuti jelas dikatakan haram dan saya memang sudah berjanji pada Allah untuk tidak melakukan itu lagi. Kalaupun di Blog ini ada sebagian Cergam dan puisi/lagu yang pernah saya buat itu tidak dimainkan dengan gitar . Kenapa saya tampilkan dalam Blog ini yaitu tadi segmen Blog ini adalah remaja. Kalau ada yang menertawakan silahkan tidak apa-apa . Buat saya berbagi pengalaman atau sharing tidak memalukan selama itu niatnya untuk pembelajaran.
Memang saya tidak lagi mendaki gunung , tapi tidak tahu kenapa Saya digariskan tetap berada di gunung walaupun hanya kiasan saja. Saya tinggal di Jalan Sinabung, Kunciran Blok K yang semua nama jalannya nama-nama Gunung seperti Lawu, Ciremai,Sanggabuwana, Mahameru, Bromo dll. Tempat saya bertugas kebetulan di SMPN 29 dikelurahan Gunung, Blok E yang nama-nama jalannya juga nama Gunung seperti Kerinci, Leuser, Dempo Dll. Kebetulan? rasanya tidak ada yang namanya kebetulan .dulu saya bersekolah di SMAN 29 dan sekarang mengajar di SMPN 29 Jl.Bumi Mayestik, Kebayoran Baru(Dalam Film 5 cm disebutkan ketika Ian menyebut alamatnya setelah sadar dari pingsan) Tapi jangan ditiru Film 5 Cm walaupun Filmnya bagus tapi salah dalam mengartikan pendakian gunung, nggak segampang itu.
22 tahun sudah saya mengajar
dari SMP/SMA/SMEA 10 Nopember,STM Geologi Gede Bunyamin pernah saya jalani
termasuk di Bimbingan Belajar Aprilia/Privat dengan Siswa SMA , SMPN 267, SMPN
271 dan sekarang SMPN 29 yang sudah 15 tahun saya lalui. Tapi baru tahun ini saya merasakan sesuatu yang tidak
biasa . Peristiwa 27 tahun lalu seperti berulang . Dan puisi/lagu yang saya
buat seperti berulang-ulang terdengar ditelinga dan juga dihati ini. Puisi yang
saya tulis bukan di gunung tapi di ruang kelas di SMAN 29 saat kelas kosong setelah
liburan semester dan lulus SMA(di kelas 3 D IPS). Puisi dan lagu ini terus
mengganggu hati saya di SMPN 29 setelah pelepasan Kelas IX. Ada rasa kehilangan
sama seperti perasaan yang saya alami 27 tahun yang lalu. Saya tidak tahu
kenapa, tapi ingin rasanya kembali memetik gitar dan menyanyikan lagu ini
kembali, lagu yang singkat, lirik tanpa Ref tapi dapat membuat saya menangis
kembali untuk yang ketiga kalinya.
CINTAKU TUMBUH DI UJUNG WAKTU
Cintaku tumbuh diujung waktu
Tinggalkan aku dalam kesedihan
Menangis ku ditempatmu duduk
Sunyi sepi aku rasakan
Mengapa waktu begitu cepat
Tinggalkan aku dalam penyesalan
Berpisah denganmu
Cintaku tumbuh diujung waktu
Di hari-hari akhir sekolahku
Mengapa baru aku sadari
Disaat engkau telah pergi
Andaikan waktu dapat kembali
Ku akan puaskan hati ini
Menyayangi dirimu
SMAN 29, 27 Juni 1987
SMPN 29, 26 Juni 2014
PELARIANKU
Dengan mendaki Gunung
Bukit hijau yang indah
Kuharap kudapat melupakanmu
Dengan menyusuri sungai
Gemericik Air terjun
Kuharap kudapat melupakanmu
Kicauan Burung-burung
Jauh di lereng Gunung
Makin mencekam dalam hatiku
Kuteringat selalu
Pada Raut wajahmu
Dalam hidupku
G. Salak, September 1987
NYANYIAN KERINDUAN
Di lereng Gunung aku melangkah
Menyusuri jalan setapak ini
Walau gelap dan dingin menyelimuti
Tapi semua tak kurasakan
Kuingat kembali masa yang lalu
Saat kududuk sekelas denganmu
Pernah kita lalui jalan ini
Memandang indahnya panorama
Ingin kukembali ke masa itu
Saat kududuk di bangku SMA
Terasa sesak dan sedih hatiku
Bila kuingat kita tak mungkin lagi bertemu
Ref :
Oh Rindu rindunya hatiku
Ingin aku berjumpa denganmu
Tlah kucoba untuk mencarimu
Tapi hingga kini kau tak kujumpai
Tlah setahun kita berpisah
Tapi bayanganmu selalu hadir
Tlah kucoba untuk melupakanmu
Tapi tak mampu aku melakukannya
Lereng G.Salak, Juni 1988
KECEWA REONI SMA
Buat apa kecewa
Buat apa bersedih
Kalau semua telah terjadi
Tak perlu kusesali
Tak perlu kutangisi
Ku tak mau larut dalam kesedihan
Andaikan kutahu dimana kau berada
Pasti ku akan menemui disana
Andaikan saja Tuhan mengizinkan
Kupercaya suatu saat berjumpa denganmu
Ref :
Kumenangis bila teringat usahaku
Berulangkali kucoba untuk mencarimu
Tapi Kini setelah reoni terjadi
Aku kecewa tidak diberitahu kawanku
Kubertanya pada angin
Bertanya pada embun
Apakah salahku
Curug Sawer, Juni 1989
RUNTUH HATIKU
Bagai petir menyambar
Runtuh hatiku karna dirimu
Baru pertama aku rasakan
Kepedihan yang sangat menyayat hati
Setelah Kulihat sendiri
Betapa bahagia kau disampingnya
Tak sanggup aku menghadapi
Kenyataan pahit yang aku alami
Kadang aku tak sadar
Menyebut dan memanggil namamu
Kadang tak kusadari
Kutertawa dan menangis tanpa sebab
Ref :
Tuhan aku sangat takut
Mengapakah aku jadi begini
Kucoba tetap bertahan
Agar tak kehilangan kesadaranku
Tuhan Tolonglah aku
Kembalikan aku seperti dulu
Tanpa pernah mengenal cinta
Kalau akhirnya menyiksa jiwaku
Rawamangun, Juni 1990