"SELAMAT DATANG DI BLOG EKOGEO"(Pendidikan, Geografi dan Lingkungan)

Senin, 11 Desember 2017

TUJUAN , MANFAAT DAN RESIKO BAHAYA DALAM MENDAKI GUNUNG

 
    Pendakian umumnya merujuk pada perjalanan panjang dan penuh semangat yang biasanya melewati jalan kecil di area pedalaman. Di Indonesia, pendakian ini identik dengan perjalanan menuju puncak gunung. Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh klub-klub pecinta alam. Ada kalanya dalam pendakian perjalanan harus melalui hutan lebat, dan harus memotong semak-semak untuk membuat jalur yang bisa dilewati. Pendakian ini bisa menghabiskan waktu lebih dari 1 hari perjalanan.

Peralatan pendakian
Peralatan yang dibutuhkan dalam pendakian sebenarnya bergantung pada tingkat kesulitan medan dan estimasi waktu pendakian yang diperlukan. Tetapi setidaknya bagi pendaki harian harus membawa setidaknya air minum, makanan, map dan perlengkapan untuk melindungi dari hujan. Biasanya, sepatu yang digunakan untuk mendaki gunung adalah sepatu boot dan tas ransel sebagai perlindungan untuk melewati wilayah bebatuan serta baik untuk membantu menjaga keseimbangan. Beberapa peralatan lain yang penting bagi pendaki adalah kompas, kacamata hitam, baju hangat, topi, sarung tangan, tongkat untuk mendaki, senter, peralatan P3K, pemantik api dan sebuah pisau. Peta atau peralatan GPS juga merupakan peralatan penting yang harus dibawa sebagai panduan perjalanan.

Dampak pendakian
  Tidak dapat dipungkiri bahwa aktivitas mendaki ini juga memberikan dampak pada ekosistem alam yang dilalui. Tidak jarang banyaknya pendaki yang melalui lokasi tertentu menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan alam yang dilewati. Ini bisa diakibatkan karena pendaki yang sering membuang sampah sembarangan di jalur pendakian, menginjak atau menjadikan tanaman tertentu hingga menyebabkan tanaman itu mati atau tercabut, dan lain sebagainya. Penumpukan sampah yang berlebihan di gunung akibat sampah yang dibuang oleh pendaki terjadi antara lain pada Gunung Rinjani.
  Bukan hanya masalah sampah dan tanaman yang mati, tetapi kotoran manusia juga mengakibatkan masalah tersendiri pada kondisi alam di gunung. Karena kotoran manusia ini bisa mencemari air dan membuat pendaki lainnya terserang penyakit.
  Masalah lainnya yaitu api, karena dapat menyebabkan kebakaran. Seorang pendaki yang tidak berhati-hati jika berurusan dengan api, bisa membawa bencana besar pada ekosistem di lokasi pendakian, seperti tragedi kebakaran di Gunung Lawu tahun 2015 yang menyebabkan 7 orang pendaki meninggal dunia dengan sangat menyedihkan.

Etika pendakian
  Ada kalanya terjadi konflik antar pendaki saat mereka bertemu di tengah jalan. Etika mendaki ini diharapkan dapat meminimalisir permasalahan yang demikian. Beberapa etika umum dalam mendaki yaitu:
  1. Saat 2 kelompok pendaki bertemu, maka disepakati bahwa kelompok yang sedang mendaki (naik) ke puncak gunung lah yang didahulukan.
  2. Umumnya, para pendaki dilarang membuat suara keras, seperti berteriak, bermain musik atau penggunaan telepon seluler. Akan tetapi, pada situasi-situasi khusus para pendaki membuat suara keras sebagai langkah pencegahan terhadap bahaya melalui suara peluit atau lonceng, terutama dalam wilayah yang terdapat beruang liar
  3. Para pendaki harus meminimalisir memberikan dampak yang negatif terhadap ekosistem alam yang mereka lalui. Ini bisa dilakukan dengan berjalan di jalur pendakian yang telah ada, tidak memetik tanaman ataupun mengganggu hewan liar dan tidak meninggalkan sampah di area pendakian dan sekitarnya.
  4. Memberi makan hewan liar dapat membawa bahaya, baik bagi pendaki, orang yang ada di sekitar lokasi maupun bagi hewan liar itu sendiri. Karena itulah, tindakan demikian sebisa mungkin harus dihindari

Bahaya dan risiko pendakian
   Melakukan pendakian dapat membahayakan nyawa yang bisa disebabkan oleh medan pendakian yang memang berbahaya, cuaca buruk, tersesat, atau pengaruh dari kondisi medis yang sebelumnya telah dimiliki oleh pendaki. Penyakit yang umum diderita oleh pendaki adalah diare, dehidrasi, hipotermia, serangan panas dari matahari, luka, kaki keseleo atau patah.
   Ancaman lainnya yaitu serangan dari hewan buas, atau kontak dengan tanaman beracun yang menyebabkan ruam, bahkan termasuk tersambar petir (terutama di tanah yang tinggi). Di beberapa negara, ada perbatasan negara yang tidak ditandai dengan baik dan mengakibatkan pendaki ditahan, seperti yang terjadi pada 3 pendaki Amerika yang ditahan oleh negara Iran karena mendaki melewati perbatasan antara negara Iran dan Irak.

Tujuan Pendakian Gunung
Ada beberapa tingkatan “Tujuan mendaki gunung”, yakni sebagai berikut:
  1. Tujuan mendaki gunung yang pertama, bisa dibilang tujuan yang paling rendah adalah ”Untuk hobi atau kesenangan pribadi semata”. Para pendaki gunung yang bertujuan untuk hobi ini, biasanya mendaki gunung untuk sekedar rekreasi, mengisi waktu luang atau melepas kepenatan. Orang-orang ini mendaki gunung untuk menikmati pemandangan alam, menghirup udara segar atau berkemah bersama teman-teman. Puncak gunung bukanlah harga mati, karena yang mereka kejar hanyalah kesenangan semata. Jadi meskipun mereka mendaki gunung tidak
    sampai ke puncak, sebenarnya mereka sudah cukup puas.
  2. Tingkat kedua, tujuan mendaki gunung “Untuk prestise atau mendapatkan pengakuan”. Para pendaki yang mendaki gunung untuk tujuan seperti ini, yang mereka kejar hanya puncak. Jadi puncak gunung adalah harga mati bagi mereka. Bagaimanapun caranya, puncak harus bisa diraih, karena mereka beranggapan semakin banyak puncak gunung yang dikoleksi,maka prestise akan meningkat pula dan Ia-pun akan mendapat pengakuan dari orang lain (meskipun kenyataannya justru dianggap sombong dan kurang begitu dianggap oleh kebanyakan pendaki).
  3. Tingkatan yang lebih tinggi yakni “ Untuk pengalaman dan Ilmu pengetahuan”. Orang-orang yang bertujuan seperti ini tidak hanya “pendaki gunung atau petualang saja”, tetapi bisa juga para ahli yang mendaki gunung untuk keperluan penelitian. Contoh: Seorang ahli “Vulkanologi” harus mendaki gunung untuk meneliti keadaan kawah sebuah gunung, Seorang pendaki yang mendaki gunung untuk keperluan membuat peta, seorang ahli yang mendaki gunung untuk keperluan meneliti jenis-jenis hewan dan tumbuhan di sebuah gunung, seorang petualang yang mendaki gunung untuk membuka jalur pendakian atau mencari lokasi sumber air dsb. Orang-orang yang memiliki tujuan ini, biasanya mengabaikan “Prestise”atau bahkan “nyawanya” sekalipun karena tujuan utama mereka adalah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam benak mereka. Demi ilmu pengetahuan dan pengalaman baru  sehingga bermanfaat untuk dirinya dan juga orang lain.
  4. Tingkatan selanjutnya yang lebih tinggi adalah “ Untuk pelestarian alam atau misi penyelamatan”. Biasanya banyak dari kalangan para “Pecinta alam” (Pecinta alam yang sebenarnya),Tim SAR atau polisi hutan. Mereka mendaki gunung untuk kelestarian alam, misalnya reboisasi di lereng gunung, ekspedisi bersih-bersih gunung dari coretan-coretan dan sampah gunung, perbaikan jalur pendakian untuk mencegah adanya jalur-jalur bayangan yang akan menyesatkan pendaki, Tim SAR yang mendaki gunung untuk mencari pendaki yang hilang, para polisi hutan yang mendaki gunung untuk menjaga hutan dari bahaya kebakaran atau memburu para penebang dan pemburu liar.
  5. Tingkatan berikutnya yang lebih tinggi lagi adalah “Untuk mengasah pribadi dan menemukan hakekat diri”. Orang-orang yang memiliki tujuan seperti inilah orang yang mampu berguru pada alam. Mereka mendaki gunung untuk menyendiri dan merenung guna mendapatkan kedamaian  dan   pencerahan dari Tuhan dengan mengakrabi alam. Karena dengan begitu mereka akan tahu bahwa dirinya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan alam apalagi Tuhan. Tujuan mendaki gunung seperti ini tidak hanya bisa dilakukan oleh para pertapa saja, yang biasanya mendaki gunung dan tinggal disana dalam waktu yang cukup lama sampai mendapat ilmu. Namun, sebenarnya para pendaki gunung biasa juga bisa memiliki tujuan seperti ini, kebanyakan para pendaki yang sudah cukup berpengalaman biasanya mendaki gunung untuk tujuan seperti ini.
    Mereka mendaki gunung bukan lagi untuk hobi atau mengejar prestise, tetapi mereka mendaki karena “panggilan jiwa” yang harus terus dipenuhi. Mereka seolah tak bisa hidup jauh dari gunung. Meskipun telah lama tidak mendaki gunung, namun keinginan untuk mendaki itu pasti akan tetap ada karena sudah menjadi kebutuhan. Mereka meyakini bahwa ada banyak pelajaran yang bisa diperoleh dari mendaki gunung. Dengan mengakrabi alam, maka dengan sendirinya alam akan mengajarkan banyak ilmu kepada kita.
Manfaat Mendaki Gunung
Apa manfaat serta yang di dapat dari melakukan kegiatan tersebut ?
Mendaki gunung sendiri pada dasarnya memiliki berbagai macam manfaat. Tentu saja manfaat ini ada beberapa yang langsung dapat dirasakan, dan ada pula manfaat lainnya yang tidak dapat terlihat langsung. Apa saja manfaat mendaki gunung? Berikut ini diantaranya :
  1. Meningkatkan kapasitas kerja jantung dan paru-paru. Mendaki gunung memiliki manfaat bagi kesehatan tubuh kita. Manfaat kesehatan dari mendaki gunung yang pertama adalah dapat meningkatkan kapasitas kerja dari jantung dan paru-paru. Dengan kata lain, mendaki gunung dapat memperkuat jantung dan paru-paru kita. Hal ini disebabkan oleh kegiatan mendaki gunung yang membutuhkan tenaga yang besar, yang akan membentuk kekuatan dari jantung dan paru-paru.
  2. Dengan meningkatnya kapasitas kerja dari organ tersebut, maka anda akan memperkecil resiko serangan jantung dan stroke, Mengoptimalkan supali oksigen dan peredaran darah, dan Terhindar dari berbagai macam penyakit. 
  3. Meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh. Manfaat mendaki gunung juga sangat baik untuk menjaga dan meningkatkan stamina serta daya tahan tubuh anda. dengan mendaki, maka anda pastinya membutuhkan stamina dan daya tahan tubuh yang lebih, sehingga dengan seringnya anda melakukan pendakian, daya tahan tubuh dan stamina anda akan tetap terjaga, dan malahan semakin meningkat. 
  4. Menjaga kesehatan tubuh. Mendaki juga dapat menjaga kesehatan tubuh. Selain karena kapasitas kerja jantung dan paru-paru yang meningkat, serta stamina dan daya tahan tubuh yang terjaga, mendaki gunung juga dapat menjaga kesehatan tubuh. Karena udara yang anda hirup masih jauh dari racun polusi udara yang ada di daerah perkotaan.
  5. Memperkuat otot-otot kaki. Tidak dapat dipungkiri kegiatan mendaki yang bisa anda lakukan secara rutin, pastinya akan memperkuat otot kaki, dan juga dapat berpengaruh pada kekuatan tulang tulang anda, sehingga mampu memperkecil resiko terkena osteoporosis.
  6. Sebagai media olahraga. Manfaat mendaki gunung bagi tubuh juga sebagai salah satu kegiatan untuk berolahraga, terutama bagi mereka yang senang dengan kegiatan-kegiatan di alam. Biasanya kegiatan olahraganya berupa berlari naik turun gunung. 
  7. Mendekatkan diri pada alam. Kegiatan mendaki biasanya dikaitkan dengan mendaki gunung. Biasanya, gunung memiliki lingkungan dan ekosistem yang masih alami dan indah. Sehingga bagi anda yang sedang mencari ketenangan dalam suasana alam, kegiatan mendaki sangatlah cocok bagi anda. 
  8. Memberikan pengalaman baru. Mendaki juga akan memberikan pengalaman baru bagi anda, baik itu pengalaman secara fisik, maupun pengalaman secara spiritual. Saat mendaki gunung, mungkin anda akan bertemu banyak hal yang tidak terduga, yang pastinya akan menambah pengalaman anda. 
  9. Menambah relasi dengan orang lain. Biasanya kegiatan mendaki dilakukan tidak sendirian. Dan apabila melakukannya sendirian, biasanya di tengah jalan pendakian anda akan bertemu dengan pendaki lain ketika sedang beristirahat. Hal ini lah yang akan membantu anda dalam menambah relasi dengan orang baru ketika mendaki. 
  10. Menurunkan berat badan. Ya, tentu saja manfaat mendaki gunung bagi kesehatan dapat menjadi salah satu metode olahraga paling ampuh untuk menurunkan berat badan. Hal ini disebabkan karena kalori yang terbakar ketika anda melakukan kegiatan pendakian sangatlah besar.
  11. Sebagai pemuasan dari hobi. Beberapa orang menganggap mendaki merupakan hobi dan tujuan hidup. Jadi dengan mendaki berbagai gunung yang ada, hal ini akan sangat memuaskan kebutuhan diri mereka akan hobi dan tujuan hidup. Dengan tercapainya kepuasan, maka kualitas hidup seseorang akan menjadi lebih baik.
  12. Menambah ilmu pengetahuan. Dengan mendaki, anda akan belajar mengenal alam, melalui tanda – tanda alam yang muncul, seperti arah angin, arah matahari, dan juga tanda – tanda lain seperti jejak binatang liar dan sebagainya. Dengan ini, maka ilmu pengetahuan yang anda miliki akan semakin bertambah dan dapat anda aplikasikan dalam kehidupan sehari – hari. 
  13. Belajar hidup secara mandiri. Dengan mendaki, itu berarti kita hanya akan mengandalkan perbekalan, insting dan juga kondisi alam sekitar kita untuk bertahan hidup, terutama ketika mendaki daerah-daerah yang cukup ekstrim. Maka dari itu, manfaat mendaki gunung dapat mengajarkan kita untuk belajar hidup mandiri dan bertahan tanpa bantuan teknologi canggih.
  14. Membentuk mental dan pikiran yang kuat dan sehat. Mendaki juga sangat bermanfaat bagi pembentukan karakter, mental dan pikiran yang kuat serta tegas. Dalam mendaki dibutuhkan keahlian dalam hal pengelolaan insting, dan juga pengelolaan emosi yang baik. Dengan seringnya melakukan kegiatan mendaki, maka pengelolaan insting dan emosi akan terasah dengan baik, dan akan berpengaruh pada mental dan pikiran yang sehat dan kuat. 
  15. Relaksasi dan hiburan. Anda juga dapat memanfaatkan kegiatan mendaki sebagai salah satu media dalam mencari relaksasi dan hiburan. Bagi anda yang sudah penat dengan kehidupan kota yang memberikan banyak tekanan, maka anda dapat mendapatkan relaksasi dan hiburan anda melalui kegiatan mendaki.
   Kenapa tahun demi tahun kegiatan mendaki gunung makin banyak di gemari dan dilakukan ? Selain dari manfaat serta yang di dapat dari kegiatan mendaki gunung sangat banyak sekali, ada 1 hal yang tidak bisa di jelaskan tetapi di rasakan dan kebanyakan orang seperti itu. 
 
Mungkin itu yang bisa di share kali ini, perlu diingat, sebelum mendaki ada banyak hal yang harus disiapkan, antara lain :
  • Kesiapan fisik dan mental
  • Kesiapan logistik, peralatan mendaki dan perbekalan
  • Kondisi cuaca yang bersahabat
  • Lokasi pendakian yang harus sesuai dengan kemampuan dari pendaki
  • Niat dan juga berdoa untuk keselamatan
Sejarah Pendakian Gunung
 
Pendakian gunung sebenarnya telah dilakukan oleh para nenek moyang kita yang dimulai dengan bapak manusia Nabi Adam AS yang menjelajahi bukit tursina untuk mencari cintanya Siti Hawa. Demikian pula pada masa Nabi Ibrahim AS Siti Hajar yang telah melintas dari bukit marwah ke bukit Safa ditemani dengan sherpa malaikat JIBRIL untuk mencari air bagi ismail yang sedang kehausan.  Dan tentunya juga baginda Nabi Muhammad SAW ketika pertama kali menerima wahyu dari Allah S.W.T melalui malaikat Jibril di Gua Hiro yang untuk mencapainya diperlukan dengan perjalanan mendaki gunung.  Dan pendakian demi pendakian hingga saat ini masih terus berlangsung dan kelak (tak lama lagi ) giliran anda semua juga melakukannya untuk melanjutkan amanah menjaga kelanggengan kemanusian.

a. Sejarah Dunia
  • 1942 : Anthoine de Ville memanjat tebing Mont Aiguille (2907 m) di pegunungan alpen untuk berburu chamois (Kambing gunung)
  • 1624 : Pastor pastor Jesuit, melintasi pegunungan himalaya dari gharwal di Iindia ke Tibet menjalankan tugas misionarisnya
  • 1760 : Professoe de Saussure menawarkan hadiah besar bagi siapa saja yang dapat menaklukkan puncak mont blanc guna kepentingan ilmiahnya.
  • 1786 : Puncak tertinggi di pegunungan alpen Mont Blanc (4807 m) akhirnya dicapai oleh Dr. Michel Paccaro dan Jacquet Balmat.
  • 1852 : Batu pertama jaman keemasan dunia keemasan di Alpen diletakkan oleh Alfred Wills dalam pendakiannya ke puncak Wetterhorn (3.708 m), cikal bakal pendakian gunung sebagai olah raga.
  • 1852 : Sir George Everest, akhirnya menentukan ketinggian puncak tertinggi dunia, dan di abadikan dengan namanya (8.848 m), orang Nepal menyebut puncak ini dengan nama sagarmatha, orang tibet menyebutnya chomolungma.
  • 1878 : Clinton Dent (bukan pepsoden) memnjat tebing Aigullie de dru di perancis yang memicu trend pemanjatan tebing yang tidak terlalu tinggi tetapi cukup curam dan sulit, banyak orang menganggap peristiwa ini adalah kelahiran panjat tebing
  • 1895 : AF Mummery orang yang disebut sebagai bapak pendakian gunung modern hilang di Nanga Parbat (8.125 m), pendakian ini adalah pendakian pertama puncak di atas ketinggian 8.000 m
  • 1924 : Mallory dan Irvina mencoba lagi mendaki Everest, keduanya hilang di ketinggian sekitar 8.400 m
  • 1953 : Pada tanggal 29 mei Sir Edmund Hillary dan Sherpa Tenzing Norgay akhirnya mencapai atap dunia puncak everest.
b. Sejarah Indonesia
  • 1623 : Yan Carstenz adalah orang pertama melihat adanya pegunungan sangat tinggi, dan tertutup salju di pedalaman irian
  • 1899 : Ekspedisi Belanda pembuat peta di Irian menemukan kebenaran laporan Yan Carstensz hampir 3 abad sebelumnya tentang “ … pegunungan yang sangat tinggi, di beberapa tempat tertutup salju!” di perdalaman Irian. Maka namanya diabadikan sebagai nama puncak yang kemudian ternyata merupakan puncak gunung tertinggi di Indonesia.
  • 1962 : Puncak Carstenz akhirnya berhasil dicapai oleh tim pimpinan Heinrich Harrer.
  • 1964 : Beberapa pendaki Jepang dan 3 orang Indonesia, yaitu Fred Athaboe, Sudarto dan Sugirin, yang tergabung dalam Ekspedisi Cendrawasih, berhasil mencapai Puncak Jaya di Irian. Puncak yang berhasil didaki itu sempat dianggap Puncak Carstensz, sebelum kemudian dibuktikan salah.
  • Puncak Eidenburg, juga di Irian, berhasil di daki oleh ekspedisi yang dipimpin Philip Temple.
  • Dua perkumpulan pendaki gunung tertua di Indonesia lahir : Wanadri di Bandung dan Mapala UI di Jakarta, lalu di susul oleh perkumpulan perhimpunan pencinta alam lainnya mulai dari, MPA,SISPALA, KPA, ERNIPALA, MODIPALA dan sebagainya
  • 1972 : Mapala UI, diantaranya adalah Herman O. Lantang dan Rudy Badil, berhasil mencapai Puncak cartenz. Mereka merupakan orang-orang sipil pertama dari Indonesia yang mencapai puncak ini.
Resiko Dan Bahaya dalam mendaki Gunung

  1. Tersesat dan berpisah dari kelompok .Hal ini dapat terjadi, bisa dikarenakan oleh beberapa faktor. Baik itu dari diri sendiri maupun faktor dari alam. Dari diri sendiri misalnya : Kita lupa arah jalur pendakian, kita tidak cermat dalam melihat arah sehingga kita keluar jalur pendakian dan masih ada beberapa penyebab lainnya. Sedangkan dari faktor alam atau cuaca misalnya : Jalur yang ada tertutup dengan rerumputan karena lama tidak dilewati, cuaca yang berkabut dan lain sebagainya. Beberapa pendaki seringkali berpisah dari kelompok dikarenakan dia berjalan terlalu jauh dari kelompoknya. Karena keterbatasan fisik dan mempunyai kemampuan berjalan yang lebih lambat dari yang lain, seringkali ada pendaki yang akan tertinggal di bagian paling belakang. Oleh karenanya, bilamana dalam satu kelompok ada pendaki yang demikian sebaiknya dia berjalan di tengah kelompok. Hal itu bertujuan supaya leader dapat mengatur kecepatan perjalanan suatu kelompok. 
  2. Bahaya petir. Selain angin besar, bahaya akan adanya petir juga sangat dapat muncul terutama ketika musim hujan datang. Kerena memiliki ketinggian yang lebih serta ditambah lagi peralatan yang kita bawa mengandung logam di dalamnya, sehingga kita berpotensi terkena sambaran petir ketika petir datang. Oleh karenanya penting bagi kita untuk tidak melakukan pendakian pada musim penghujan dikarenakan beberapa ancaman bahaya muncul terutama di musim penghujan.
  3. Bahaya terjebak dalam kebakaran hutan Gunung dengan segala vegetasinya memang rawan akan terjadinya kebakaran. Resiko kebakaran daerah pegunungan yang sebagian besar masuk dalam kawasan taman nasional akan semakin meningkat terutama jika musim kemarau datang, dimana rumput-rumput di kawasan pegunung akan mengering dan rawan terbakar. Oleh karenanya penting bagi kita sebagai pendaki untuk tidak melakukan tindakan yang dapat menimbulkan terjadinya kebakaran lahan, misalkan membuat api unggun. Tahun 2015 beberapa gunung di Indonesia mengalami kebakaran, setidaknya ada 9 gunung yang mengalami kebakaran dan beberapa di antaranya menimbulkan korban jiwa.  
  4. Bahaya akan badai dan cuaca buruk lainnya Hal ini seringkali terjadi ketika musim hujan tiba. Cuaca yang buruk seringkali membuat kita untuk tetap bertahan di dalam tenda dan memaksa kita menunda perjalanan kita. Beruntunglah jika badai atau cuaca buruk yang anda alami hanya beberapa jam saja, seringkali badai di kawasan puncak gunung berlangsung dalam hitungan hari. Oleh karenanya sebaiknya kita menghindari mendaki di musim penghujan karena akan lebih beresiko terkena cuaca buruk jika dibandingkan dengan mendaki pada saat musim kemarau. 
  5. Bahaya banjir lahar dingin Banjir lahar dingin bisa terjadi terutama pada musim hujan dan pada gunung-gunung berapi yang masih aktif mengeluarkan material vulcanic seperti gunung Merapi di Jawa Tengah. Curah hujan yang tinggi di kawasan puncak menyebabkan material-material hasil aktifitas vulkanik dapat terbawa aliran air, sehingga berdampak menyebabkan banjir pada daerah lereng gunung.
    Di daerah aliran sungai, banjir lahar dingin dapat berakibat menghancurkan jembatan ataupun pembatas-pembatas sungai yang berasal dari beton. Oleh karenanya sebaiknya kita menghindari berjalan di dekat aliran sungai serta mendirikan tenda di dekat aliran sungai, baik itu pada musim hujan maupun pada musim kemarau untuk menghindari dampak buruk yang disebabkan oleh banjir yang terjadi pada kawasan aliran air yang berasal dari puncak gunung. 
  6. Bahaya akan pohon tumbang Rimbunnya pohon atau vegetasi di daerah gunung yang kamu singgahi berpotensi tumbang ketika angin besar datang. Daerah yang berpotensi akan terjadinya pohon yang tumbang terutama pada daerah dengan kontur tanah labil atau berpasir. Sebaiknya anda jangan berlindung di bawah pohon besar ketika ada angin besar, serta tidak mendirikan tenda di tempat tempat yang telah disebutkan. Sebagai alternatif berlindung, anda dapat berlindung dibalik bebatuan dan mendirikan tenda dibalik bukit untuk menghindari bahaya-bahaya yang disebabkan oleh angin yang besar datang.
  7. Bahaya akan adanya gas beracun Beberapa gunung di Indonesia, terutama gunung yang masih aktif memiliki ancaman akan gas beracun yang dihasilkan karena adanya aktifitas vulcanic di dalamnya. Kita ketahui bersama putra terbaik bangsa Indonesia, salah satu tokoh pendiri mapala UI “Soe Hok Gie” meninggal dunia disebabkan karena menghirup udara beracun yang dihasilkan oleh kawah Jonggringseloko di puncak Mahameru. Saat ini memang sudah ada aturan serta himbauan yang ditujukan untuk para pendaki agar tidak melewati batas aman yang ditetapkan. Namun masih ada saja beberapa pendaki yang menerobos dan tidak menghiraukan larangan tersebut. Ada baiknya kita mengikuti aturan yang ada dengan tidak melewati batas yang ditetapkan oleh balai pengelola kawasan gunung tempat dimana kita mendaki. Sebagai contoh batas aman beberapa gunung diantaranya pasar bubrah ( gunung merapi ), Kalimati ( gunung semeru ).
  8. Terjadi hipotermia Hipotermia adalah kondisi darurat medis dimana tubuh kita tidak sanggup mengembalikan suhu panas tubuh karena suhunya terlalu cepat turun. Kondisi ini membuat suhu tubuh anda mencapai suhu yang sangat rendah (dibawah 35 derajat celcius). Bahaya hipotermia dapat terjadi pada seorang pendaki mengingat suhu udara di gunung-gunung di Indonesia relatif rendah. Oleh karenanya kita perlu membekali diri kita dengan  peralatan yang cukup untuk melindungi diri kita dari cuaca yang tidak menguntungkan bagi kesehatan kita.
  9. Bahaya dehidrasi  Kondisi dehidrasi pada seorang pendaki bisa disebabkan beberapa hal, yang pertama, hal itu bisa disebabkan karena faktor pendaki itu sendiri misalkan enggan atau malas minum sehingga berdampak pada tubuh kekurangan cairan, penyebab lainnya bisa dikarenakan suatu kondisi dimana air yang dibawa  habis serta sumber daya seperti mata air tidak tersedia, sehingga pendaki tersebut tidak dapat mencukupi kebutuhan cairan selama melakukan pendakian. Untuk mengantisipasi hal tersebut, kita diwajibkan membawa perbekalan yang cukup terutama air, serta mencari informasi tentang ada tidaknya mata air di daerah gunung yang akan kita singgahi. Selain itu juga, perlunya meningkatkan kesadaran diri untuk dapat mencukupi kebutuhan kita terutama asupan cairan selama melakukan pendakian.
  10. Bahaya terkena penyakit acute mountain sickness ( AMS ) Acute mountain sickness atau biasa disingkat AMS adalah suatu gejala pada seseorang disaat berada pada suatu ketinggian. Biasa terjadi pada ketinggian diatas 2400 m. Gejala yang muncul bisa secara tiba-tiba. Gejala ringan AMS diantaranya : pusing, mual, muntah. Untuk lebih mengatahui secara detail apa itu AMS anda bisa membaca pengertian acute montain sickness (AMS) pencegahan dan penanganannya  
   Itulah bahaya yang dapat terjadi dan bahaya yang dapat kita temui saat mendaki gunung dan berpetualang di alam liar. Disini kami tidak mempunyai maksud untuk menakut-nakuti anda dalam melakukan pendakian, namun tujuan kami hanyalah memberikan gambaran kepada anda, supaya dapat mempersiapkan diri dengan betul sebelum anda melakukan pendakian. Pastikan anda melakukan persiapan fisik dan mempersiapkan perbekalan sebelum melakukan pendakian.

Sumber Referensi : Wikipedia Indonesia, Oren3131.Blogspot.Com, KorpCiptaka.Wordpress, Ruang pendaki.Blogspot.Com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon maaf, Blog Ini dibuat dengan konten berbagai sumber untuk menumbuhkan cinta lingkungan pada generasi muda Indonesia baik flora, fauna maupun alamnya dan sama sekali tidak bertujuan komersial.

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.