"SELAMAT DATANG DI BLOG EKOGEO"(Pendidikan, Geografi dan Lingkungan)

Senin, 04 Maret 2013

LABA-LABA : SERANGGA PEMBUAT JARING

  
 Laba-laba
     Labah-labah adalah nama kelompok hewan filum Arthropoda (kaki berbuku-buku). Hewan yang termasuk juga dalam kelas Arachonoidea ini tersebar di daerah daratan tropis, sub tropis, dan gurun, jumlahnya sekitar 37.000 jenis. Kawasan hutan hujan tropis adalah tempat yang memiliki keanekaragaman jenis labah-labah terbanyak di antara lingkungan dartan lainnya.

Labah-labah
     Pada umumnya labah-labah berukuran kecil, panjang tubuhnya 2-10 mm. Akan tetapi ada yang berukuran besar yakni jenis tarantula amazon yang mempunyai ukuran 10 cm dengan panjang rentangan kaki 25 cm. Labah-labah bersifat dimorfisme seksual karena ukuran tubuh labah-labah betina lebih besar daripada jantan. Tubuh labah-labah terbagi atas dada (toraks) dan perut (abdomen). Bagian dada menyatu dengan kepala. Pada bagian dada kepala ini terdapat empat pasang kaki berbuku-buku, sepasang tangan pemegang mangsa, dan sepasang rahang taring. Mata labah-labah umumnya berjumlah delapan, tetapi ada yang enam. Pada waktu malam hari warna matanya terlihat putih mengkilat, pada waktu siang hari berwarna kuning, hitam, atau hijau.
Labah-labah Black Window
 Kanibal
    Pangkal rahang labah-labah membesar berisi kelenjar bisa. Ujung rahang meruncing dan melengkung tajam seperti kuku pengait (rahang taring) untuk menggigit dan membunuh mangsa. Bisanya digunakan untuk melumpuhkan mangsa, kemudian membungkusnya dalam kantong sutra dan dimakannya. Pada bagian belakang perut terdapat alat penghasil benang untuk membuat jaring. Tak semua labah-labah membuat jaring untuk menangkap mangsa, misalnya Lycosa sp (labah-labah pemburu) yang mengejar mangsanya. Karena labah-labah bersifat karnivora (pemakan daging), mangsanya adalah hewan seperti serangga, cacing, kutu kayu, bahkan labah-labah lain (kanibal). Sifat kanibal tampak pada labah-labah yang baru menetas yang makan tubuh induknya. Selain itu sifat ini juga muncul pada waktu sesudah kawin atau ketika betina sedang tidak mau kawin, maka labah-labah betina memangsa labah-labah jantan. Kehadiran mangsa diketahui labah-labah melalui jaringnya yang bergetar. Jaringnya terbuat dari cairan yang dihasilkan oleh kelenjar spinneret yang terdapat di bagian belakang abdomen. Jaring ini berbentuk corong, bulat, lembaran, segitiga, atau tidak beraturan.
Jaring labah-labah
Metamorfosis
    Pola perkawinan labah-labah adalah poligami (lebih dari satu jenis pasangan). Labah-labah jantan melakukan gerakan rayuan sebelum mendekati betina sejenis yang birahi. Betina yang bersedia kawin akan menanggapi dengan gerakan yang sama. Jantan mengenal betina dengan mencium jaring yang dibuatnya, lalu menggoyang-goyangkannya. Betina yang bersedia kawin akan tetap diam, sedangkan yang lapar atau tidak birahi akan menyerang jantan. Uniknya ada betina yang meminta mas kawin berupa mangsa, jantan harus memenuhinya agar bersedia kawin dan tidak menyerangnya. Seekor labah-labah betina yang telah dibuahi akan bertelur hingga 1.000 butir yang diletakkannya di jaring. Telur ini akan mengalami metamorfosis (berubah bentuk) mulai dari fase telur, nimfa, hingga menjadi labah-labah dewasa sekitar 263 hari. Pada waktu telur baru menetas (masa nimfa) ia akan menuju ibunya untuk memakannya.

Labah-labah pemangsa
Predator
    Predator labah-labah adalah jenis jamur dan semut yang menyerang telur. Selain itu musuh labah-labah adalah beberapa jenis burung dan serangga misalnya tawon kemit, walang sangit, dan capung yang menyerang nimfa serta labah-labah dewasa.

Jaring untuk memerangkap mangsa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon maaf, Blog Ini dibuat dengan konten berbagai sumber untuk menumbuhkan cinta lingkungan pada generasi muda Indonesia baik flora, fauna maupun alamnya dan sama sekali tidak bertujuan komersial.

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.